Sebentar lagi adalah tahun baru, biasanya Tira dan sekeluarga selalu tukaran kado yang setiap tahun.
Tapi di tahun baru kali ini, ada yang berbeda yaitu Angga. Entah mengapa sudah seminggu ini Tira tidak melihat Angga dimana-mana, bahkan saat di berkunjung ke rumahnya dia tidak merasakan kehadiran Angga.
Tira sedikit kawatir, tapi terakhir kali ketemu Angga terlihat baik-baik saja.
"Apa dia pindah rumah.." guman Tira.
Tira sedikit kesal dengan teman dewasanya itu, karena saat tadi dia berencana untuk mengajak Angga merayakan perayaan tahun baru bersama, gadis manis itu tidak melihat keradaan pemuda itu. Angga juga tidak bisa ditemui selama seminggu ini.
Sedangkan persiapan tahun baru keluarganya sudah sangat matang. Disini ada jagung bakar BBQ dan kembang api. Tira sangat berharap dapat merayakan tahun baru bersama Angga yang selalu kesepian.
Sudah satu tahun, sejak Angga dan Tira bertemu. Dan para tetangga sekita juga mengatakan memang setiap tahun baru batang hidung pria tampan itu jawang terlihat. Padahal Tira sangat berharap untuk tahun baru ini dapat dirayakan bersama Angga.
"Mah..om Angga itu tiap tahun baru kemana ya.." tanya Tira pada mamanya.
"Pulang kampung kali.." jawab mamanya singkat.
"Mana ada anak itu pulang kampung dia kan asli sini, keluarga Angga itu adalah penghuni tertua di komplek ini. Ya kampung dia ya disini." sahut Papanya Tira.
Mendengar jawaban kedua orang tuanya Tira semakin tambah pernasaran dengan keberadaan Angga.
"Dia dimana ya..." guman Tira.
Tira cukup mengkhawatirkan Angga apalagi dengan kesan pertama mereka saat bertemu. Tira sangat takut melihat wajah sedih Angga, atau melihat pria mudah itu merasa kesepian.
"Aku memang baru mengenalnya 1 tahun bahkan kami jarang bertemu, tapi entah mengapa aku tidak mau melihat air matanya," batin Tira.
Tira terus mengharapkan kehadiran dari pria muda itu bagai punuk merindukan bulan.
Untuk Tira, Angga adalah seseorang yang perlu ia jaga dan sayang. Baginya Angga sangat berarti, keserdehanaan Angga dengan semua yang dimiliknya mengajarkan apa itu kerendahan hati. Dan untuk gadis ini Angga adalah idolanya.
Dia tidak pernah tahu apa arti dia bagi Angga, tapi melihat Angga yang bahagia dengan kehadiranya membuat Tira sudah sangat senang bisa berada disisi Angga.
"Hm... om Angga lagi ngapain ya.." guman Tira lagi. Tira terus saja berguman karena dia sangat menantikan Angga.
Waktu terus belalu saat para anggota keluarga asik bercerita. Tira sibuk berpikir mengira-ngira aktifitas apa yang dilakukan pemuda yang mysterius itu saat malam sakral seperti ini.
Tira memikirkan banyak hal yang tidak baik dan dia tidak dapat makan, makanan dnegan lahap. Gadis mungil itu terus-menerus memikirkan Angga.
Dan akhirnya malam yang ditunggu - tunggu telah tiba. Jam telah menunjukan waktunya semua orang mulai menghitung mundur.
"3!"
"2!"
"Sa...." hitungan terhenti oleh bunyi bel pintu.
Orang tua Tira yang sedang asik menikmati suasana tahun baru. Memerintakan putri tunggal mereka untuk membukakan pintu.
Tira yang persaran pun segera bergerak dengan cepat, dan betapa terkejutnya dia dengan apa yang dilihat saat membukakan pintu.
Ternyata dibalik pintu itu dia melihat sosok pemuda tampan, dengan rambut hitam dan iris mata coklat tua dengan tubuh tingginya. Dan orang itu bukan lain adalah Angga Mahesa, dengan wajah yang tersenyum dia menyapa Tira.
Dengan wajah yang bahagia dia memeluk gadis itu dan mengucapkan selamat tahun baru. Orang tua Tira yang pernasaran dengan keadaan putri mereka pun, segera menuju pintu. Dan mereka melihat putrinya yang sedang tertawa bersama seorang pemuda yang sangat dinantikan oleh putrinya itu.
Mereka pun mempersilahkan Angga untuk masuk kerumah mereka. Dan menimati suasana tahun baru bersama mereka. Tira dan Angga pun saling menatap satu sama lain, layaknya dunia milik mereka berdua.
Malam tahun baru ini pun disambut dengan romantis oleh kedua merpati cinta ini. Angga pun memanggil Tira.
"Tira.." kata Angga lembut .
"Ya..." jawab Tira.
"Selamat Tahun baru lagi ya...!" ucap Angga engan nada riang sambil memberikan kado pada Tira.
Melihat kado yang besar Tira pun sangat senang dan segera membukanya, tenyata kado tersebut berisi rumah boneka dari kayu buatan tangan, melihat kadonya Tira menjadi sangat senang dan berterima kasih.
"Wah terima kasih!" ucap gadis mungil itu senang
"Aku jauh-jauh keluar negeri untuk membelinya loh bagus deh, kalau kamu suka..." jawab Angga.
"Wah..nak Angga aturan enggak perlu semewah itu kadonya!" seru mama Tira terkejut.
"Ndak..apa -apa buk saya senang kok lagian kan Tira rangking satu jadi wajib ada kado.." bantah Angga dengan nada tulus.
"Kau seneng kami enggak enak bocah..." batin mama Tira dalam hati sambil menahan amarah.
"Om ... aku juga punya kado ya gak mahal sih tapi semoga suka ya..." ucap Tira malu-malu.
"Mana sini..." pinta Angga sambil meleraikan tanganya dengan senyuman 1 juta watt.
"Nih..!" kata Tira menyerahkan kadonya.
Ternyata kadonya berisi ukiran kayu berbentuk bintang dengan tulisan namanya. Angga yang melihatnya pun merasa terharu.
"Ini kamu yang membuatnya?" tanya Angga.
"Hm.." jawab Tira sambil menganggukan kepalanya.
Angga mengucapkan terima kasih dan menyimpan ukiran bintang itu di dompetnya.
Dan mereka pun merayakan pesta tahun baru bersama.
"Tira apa harapan tahun baru kamu?" tanya Angga.
"Bisa terus bersama, sama Om," jawab Tira santai.
"Aku juga ingin bersamamu terus." balas Angga.
Tira pun menikamati malam tahun barunya dengan indah bahkan, gadis mungil itu lupa dengan semua pertanyaan yang menganggunya. Dia tidak mempedulikan semua itu lagi setelah melihat om kesayangannya itu.
Mereka bermain bersama, Tira yang semua hanya diam sejak tadi menjadi yang paling cerewet. Sifat aslinya mulai kembali, dia menceritakan semua hal yang dia lakukan kemarin-kemarin, sambil makan jagung bakar yang sedang digenggamnya.
Angga pun juga merasa sangat nyaman di keluarga ini. Setelah sekian lamanya, untuk pertama kalinya dia merasakan kehangatan dan kasih sayang yang amat sangat dirindukannya.
Angga sesekali bercerita, dia bercerita betapa sulitnya mencari rumah boneka untuk Tira. Seluruh toko mainan di eropa dia jelajahi, tapi tidak satupun yang memberikan hasil. Dan Angga baru dapat menemukan mainan tersebut saat dirinya hendak transit dari Swiss ke Jerman dia melihat sebuah toko mainan di badara menjual mainan itu.
Dengan riang gembira dia langsung membelinya, bahkan dia sepat berebut dengan gadis kecil disana. Semua orang menangis menatapnya seperti seorang pendosa.
"Aku menarik mainan... lalu dia terjatuh dan mengadu pada ibunya..." celoteh Angga
Semua yang mendengarkannya pun tertawa riang terutama papa Tira yang tertawa hingga terbahak-bahak. Hingga suasana begitu hanyut. Mereka mnikmati tahun baru dengan melihat kembamg api yang diledakan di langit-langit.
Dan mereka pun menikamati pesta tahun baru mereka dengan serunya. Dan dari sinilah keromantisan mereka akan semakin terang -terangan.