Elle sedang berbincang dengan Kelsey saat ia mendengar suara riuh dari tepi lapangan. Kelsey memicingkan matanya sesaat untuk mengamati apa yang terjadi, sedangkan Elle tetap tenang melihat rerumputan yang hijau.
"Aku kira kau tidak pergi kuliah." Celetuk salah satu perempuan di seberang mereka. Perempuan itu bergerombol dengan teman – temannya yang cukup banyak, tak sebanding dengan Elle yang hanya berdua dengan Kelsey. Elle tersenyum sesaat sebelum menjawab sindiran halus tersebut.
"Aku pasti pergi kuliah." Jawabnya tenang.
"Mengapa harus aku yang kebetulan satu jurusan denganmu ?"
"Apakah hal tersebut begitu penting bagimu Jesse ?"
"Lalu ?" Jesse mulai bangkit untuk menghampiri Elle yang tak berusaha bergerak dari tempatnya.
"Elle, lihat !"
Perhatian mereka semua teralih saat ada suara pukulan terdengar dari tepi lapangan. Elle terkejut sambil menutup mulut dengan tangannya. Kelsey menggenggam erat tangan Elle ketika dua orang lelaki disana mulai beradu pukul.
Elle berlari menghampiri Noah yang tersungkur di dekat kursi taman. Ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan mengelap kepala Noah yang terbentur ujung kursi. Kepala lelaki itu tampaknya sedikit sobek.
"Itu untukmu yang selalu meninggalkan ruang senat sebelum pekerjaan selesai."
"Pekerjaan Noah selalu selesai lebih awal karena dia datang di pagi buta ! Jangan bandingkan dengan dirimu yang baru datang jam 8 !" Amanda melerai pertengkaran mereka berdua. Sarah datang dengan wajah marahnya saat ia diberitahu bila ada pertengkaran di antara panitian masa orientasi.
"Sudah kubilang berapa kali untuk berhenti mengganggu Noah !" Rachel menggertak Kenneth yang membuat lelaki tersebut tertawa sinis.
"Apa yang kau lakukan kali ini, Ken ? Berhenti mempermalukan senat di mata mahasiswa baru."
"Demi apa ? Demi melindungi laki – laki yang sebentar lagi akan dikeluarkan dari kampus ?" Begitu Kenneth menyinggung Noah sekali lagi, Elle melihat sesuatu yang lain. Sesuatu yang belum pernah ia prediksi sebelumnya.
"Maaf Noah, tapi sepertinya kau harus benar – benar berhenti. Kau tidak bisa belajar disini lagi."
Elle tertawa miring sambil menggigit bibir bawahnya. Ia tak sadar bahwa Kenneth akan begitu menjengkelkan. Sedetik kemudian ia sadar bahwa Noah sudah bangkit terlebih dahulu. Lelaki itu berdiri dengan amarah yang memuncak, tak mempedulikan bahwa di tengah lapangan sana ada banyak mahasiswa baru yang melihat pertengkaran tersebut. Noah sudah akan melayangkan pukulan ke arah Kenneth sebelum Elle tiba – tiba berdiri. Perempuan itu menghantam Kenneth dengan kerasnya, membuat lelaki tersebut jatuh tersungkur. Semua orang yang berada disana seketika terdiam. Stevielle Grace, perempuan yang sangat pendiam tersebut bisa memukul orang sekeras itu.
"Apa yang kau lakukan !" Teriak seorang dosen yang tiba – tiba melintas. Elle tersenyum singkat, kemudian membalikkan badannya.
"Aku memukulnya." Jawab Elle mantap. Lelaki paruh baya tersebut terkejut dengan ucapan Elle, tanpa ragu – ragu sama sekali.
"Kau mahasiswa baru, ikut aku !"
Sarah menelan salivanya sendiri melihat hal – hal yang terjadi di luar kendalinya. Elle berjalan melewati mereka semua dengan tenang. Kecuali Noah yang sekarang sedang menggapai lengan Elle dengan raut wajah yang tak dapat dideskripsikan.
"Aku tahu apa yang aku lakukan." Ujar Elle dengan senyum yang lebar. Noah melepas genggaman tangannya, membiarkan Elle pergi.
"Lukanya tak terlalu parah namun perlu dijahit agar tidak terjadi infeksi. Bila diizinkan, aku akan membawa Noah ke rumahku untuk dijahit." Elle menatap Sarah yang nampak masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Perempuan itu mengangguk cepat. Bersamaan dengan itu, Noah teringat dengan percakapannya dengan Jude semalam.
"Dokter Grace membuka praktek di rumahnya. Biasanya Elle membantu ayahnya."
Noah terdiam sesaat. Rasanya semua hal menjadi suatu kebetulan yang kompleks baginya. Dan sedetik kemudian Noah memahami sesuatu. Bayangannya kembali pada kejadian seminggu yang lalu, bagaimana Elle berhasil menarik perhatiannya dan secara tak langsung mengulur tali pada Noah untuk tetap berada di sekitarnya. Saat itu juga, Elle berjalan melewati Noah. Matanya bertatapan sesaat. Noah bisa melihat Elle tersenyum padanya. Sedangkan Elle bisa melihat raut wajah Noah yang sedang gugup.
"Akhirnya kau menyadarinya." Batin Elle dalam hati. Perempuan itu merasa menang melawan takdirnya sendiri. Setelah ini, semuanya akan berubah 180 derajat. Dan Elle menyukai ide – ide gila yang ada di otaknya saat ini.
***
Elle menutup pintu tersebut dengan hati – hati. Percakapannya dengan Mr. Wilson tak berlangsung lama, hanya sekitar 15 menit. Ketika ia berhasil keluar, Noah dan Sarah mengejutkan Elle dari belakang.
"Ya Tuhan..." Pekik Elle pelan.
"Apa yang dikatakan Mr. Wilson ?" Tanya Sarah dengan khawatirnya. Elle tersenyum sesaat sebelum menjawab pertanyaan ketua senat tersebut.
"Baik – baik saja. Aku bilang padanya bahwa aku sebal dengan Kenneth lalu aku memukulnya. Dia hanya menasehatiku dan memberiku skors satu hari."
"Kau tidak bisa lulus orientasi bila kau diskors walaupun hanya sehari." Noah mencoba tidak emosi ketika Elle mengucapkan kata skors tanpa beban sama sekali.
"Aku akan bicara dengan Mr. Wilson sekarang. Elle, bawa Noah ke rumahmu. Dia harus segera dijahit." Sarah langsung memotong ucapan Noah agar keadaan tak semakin memanas.
"Sarah aku benar – benar minta maaf bila aku menyusahkanmu."
"Tenang, aku sudah biasa menghadapi situasi seperti ini. Sekarang pergilah sebelum lukamu semakin parah." Sarah mengibaskan tangannya pelan. Elle bisa melihat bagaimana tegangnya Sarah. Tapi Elle tahu bila perempuan itu sudah mahir mengatasi rasa takutnya. Sarah mengembuskan nafasnya perlahan kemudian mengetuk pelan pintu ruangan Mr. Wilson. Sedetik kemudian ia masuk begitu saja ke ruangan Mr. Wilson.
"Kita harus membersihkan lukamu segera, ayo." Elle berjalan mendahului Noah setelah ia memberikan instruksi. Noah menggelengkan kepalanya pelan kemudian mengikuti Elle dari belakang.