Chapter 5 - 5

Noah tak begitu tahu mengenai keluarga Grace di kota ini. Begitu Noah memasuki area rumah Elle, ia terkejut bila bagian serambi kanan rumah tersebut digunakan sebagai klinik pengobatan. Jude memang telah memberitahunya bahwa ayah Elle adalah seorang dokter. Namun ia tak menyangka bila rumah perempuan tersebut menjadi satu dengan klinik pengobatan ayahnya.

"Masuklah." Elle melemparkan tasnya ke atas sofa kemudian ia beralih menuju meja resepsionis.

"Elle ? Kau sudah kembali secepat ini ?" Tanya seorang perempuan dari balik meja tersebut. Elle hanya tertawa ringan sambil mengambil beberapa benda dari laci meja.

"Kukira kau pergi kuliah." Tandas perempuan itu sekali lagi, seperti mewaspadai Elle karena ia membawa seorang lelaki pulang ke rumah. Elle sadar akan hal itu dan ia segera angkat suara.

"Noah, kau harus bertemu dengan bibiku." Elle memberikan kode pada Noah untuk memperkenalkan dirinya. Noah tersenyum ramah pada perempuan itu, dia sadar bahwa dia adalah tamu di rumah ini.

"Selamat siang nyonya, namaku Noah Skylar." Ujar Noah dengan ramah.

"Panggil aku Claris. Apa kau pacarnya Elle ?" Tanya Claris tanpa basa – basi yang langsung direspon cubitan oleh Elle.

"Serius Claris !" Elle memasang perangai garangnya di depan Claris, membuat perempuan itu segera lari dari sana sambil tertawa.

"Abaikan dia, dia memang selalu seperti itu." Elle berjalan menghampiri Noah kemudian meletakkan kotak yang ia bawa. Noah tak menjawab apapun, melainkan fokus pada Elle yang mulai menata alat – alat jahitnya. Ia memakai sarung tangan medis. Sejurus kemudian Elle mengeluarkan sebuah botol semprot kecil. Ia mengocoknya sebentar kemudian menyemprotkannya pada luka Noah.

"Kau tinggal dengan siapa saja ?" Tanya Noah tiba – tiba. Elle terdiam sejenak sebelum menjawabnya.

"Hanya dengan ayahku. Bibiku akan pulang setiap sore karena dia bekerja disini sebagai perawat sekaligus resepsionis. Jika aku memiliki waktu luang, aku akan membantu ayahku."

"Itu sebabnya kau cukup mahir dalam urusan seperti ini."

Elle tertawa pelan mendengar lelucon itu. Noah ikut tertawa kecil menyadari bahwa ucapannya barusan nyatanya benar.

"Aku akan memberimu anestesi sebelum aku menjahit lukamu."

"Wow, kau bukan dokter dan kau memberiku anestesi begitu saja."

"Percayalah aku sudah mahir dengan hal seperti ini." Elle tertawa untuk kedua kalinya.

Noah memekik beberapa saat ketika ia merasa ada jarum suntik menembus kulit di sekitar lukanya. Namun tak beberapa lama, ia sudah tak bisa merasakan lukanya lagi. Perih yang ia rasakan tadi benar – benar hilang. Ketika Noah sudah tenang, Elle mulai mengaitkan jarum jahitnya pada dahi Noah pelan – pelan. Noah melihat dari sudut – sudut matanya, betapa piawainya Elle dalam melakukan hal ini.

"Mengapa kau tidak masuk ke sekolah medis ?" Tanya Noah tiba – tiba. Elle tersenyum kemudian menggeleng cepat.

"Aku rasa itu ide yang kurang bagus."

"Aku tahu itu bukan jawaban yang sebenarnya." Noah mendesak Elle secara halus tetapi Elle tak menanggapinya sama sekali. Noah mengunci mulutnya karena Elle Nampak kurang menyukai topik pembicaraan tersebut.

"Elle ?"

Suara pria paruh baya tersebut mengagetkan Noah. Ia reflek menoleh ke belakang namun Elle langsung menahan kepalanya dengan cepat.

"Diam, aku belum selesai menjahitmu !"

"Elle ?" Ujar pria itu sekali lagi yang membuat Elle langsung menanggapinya.

"Iya ayah." Jawabnya singkat. Tatapan Grey jatuh pada Noah sejak tadi. Pria itu menatap Noah dari atas hingga bawah dengan wajah yang sulit dideskripsikan.

"Bukankah kau harus kuliah ? Mengapa kau tiba – tiba pulang ?" Grey menyinggung Elle secara halus, membuat Noah merasa bahwa dokter Grey sedang menyudutkannya secara tak langsung. Noah segera memutar badannya kemudian berdiri dan menunduk sesaat pada dokter Grey ketika Elle baru saja memotong ujung benangnya.

"Maafkan aku, Elle pulang karena menjahit lukaku." Ujar Noah dengan lugas. Elle langsung menarik badan Noah untuk kembali duduk. Mata perempuan itu melotot untuk beberapa saat, kesal karena Noah harus bergerak padahal ia belum meletakkan penutup jahitannya. Grey menggeleng pelan kemudian ia berlalu dari sana.

"Maafkan aku, ayahku memang seperti itu orangnya."

"Aku rasa wajar mengingat kau adalah anak tunggal."

"Berhenti membuat lelucon !" Elle memukul pelan pundak Noah yang membuat lelaki tersebut memekik pelan.

"Kau harus istirahat terlebih dulu. Aku akan kembali ke kampus sekarang." Elle melepas sarung tangannya kemudian menyemprot tangannya dengan alkohol.

"Tak perlu, aku akan kembali sekarang juga. Aku punya urusan dengan Sarah." Noah inisiatif terlebih dahulu dengan mengambil kunci motornya yang berada di atas meja.

"Urusan apa lagi memang ?" Nada bicara Elle sedikit meninggi. Spontan Noah menoleh pada Elle. Detik itu pula Elle menyadari sesuatu. Noah memiliki tatapan mata yang dalam, membuat Elle tenggelam beberapa saat di dalamnya.

"Aku harus memastikan bahwa kau tidak jadi diskors sehingga kau bisa lolos di masa orientasi." Ujar Noah dengan cepat.

"Kau berada dalam pengawasanku, jadi kelulusanmu adalah tanggung jawabku."

Suara Noah barusan terdengar sangat lugas, tak dapat didebat sama sekali. Alih – alih membalas Elle dengan nada tinggi, lelaki tersebut justru bicara dengan suara yang pelan namun terdapat penekanan disana. Saat itu Elle menyadari satu hal lagi. Tak hanya tatapan matanya saja, suara Noah juga mendalam. Dan Elle menyukainya.

***

Ketika sampai di kampus, hal yang pertama dilakukan Elle adalah mencari Kelsey. Namun sejauh mata memandang, ia tak bisa menemukan gadis berambut coklat tersebut.

"Amanda, apakah kau melihat Kelsey ?" Tanya Elle pada Amanda yang sedang lewat di seberangnya. Perempuan cantik itu menoleh dengan wajah datarnya.

"Aku tak melihatnya."

"Terima kasih." Elle langsung pergi meninggalkan Amanda dan naik ke lantai dua, tempat perpustakaan berada. Ia mengintip dari jendela luar, namun tak ada tanda – tanda Kelsey disana.

"Elle !"

"Kels !" Elle memekik girang ketika ia mendengar suara Kelsey dari kejauhan. Ternyata perempuan itu sedang berada di gedung seberang, tetapi suaranya cukup keras untuk memanggil Elle yang berada di seberangnya.

***

"Jadi, bagaimana Noah Skylar menurutmu ? Apakah dia lelaki yang manis ? Atau sebaliknya ?" Kelsey menghujami Elle dengan berbagai pertanyaan yang ada di benaknya. Elle tertawa miring mendengar pertanyaan seperti itu terlontar dari mulut Kelsey.

"Um... Dia baik."

"Baik ? Kau serius hanya mengatakan bahwa Noah Skylar adalah orang yang baik ?"

"Kels, dia tidak seperti apa yang orang – orang pikirkan." Elle menyambungnya lagi. Ia menegakkan posisi duduknya agar ia bisa menatap Kelsey yang sedang bersandar di bawah pohon taman. Kelsey menaikkan kedua bahunya sekilas, pertanda ia ingin mendengar penjelasan lebih mengenai Noah dalam sudut pandang Elle.

"Aku tak bisa mendeskripsikan bagaimana sifat Noah, tetapi aku nyaman ketika berada di dekatnya."

"Wow." Ujar Kelsey pelan kemudian ia menutup buku yang baru saja dibacanya. Matanya menatap Elle dengan serius, seakan ada hal yang ingin sekali yang ia sampaikan.

"Apakah kau tahu bila Noah adalah seorang biker ?"

Elle memicingkan matanya, mencoba mencari keseriusan dari sana.

"Kakakku menceritakan hal ini padaku. Tak tahu bagaimana ceritanya tetapi Noah sangat dekat dengan kehidupan malam. Kau paham maksudku kan ?"

"Bagaimana bila dia tak seburuk apa yang orang – orang pikirkan ?"

"Bukankah itu tugasmu untuk mencari tahu ?" Kelsey mengedipkan sebelah matanya.

"Serius Kels !" Elle memukulkan jaketnya pada bahu Kelsey yang membuat kedua perempuan itu tertawa bersamaan.

"Tetapi aku dengar Noah sudah punya pacar." Celetuk Kelsey tiba – tiba. Seketika Elle terdiam mendengar hal tersebut.

"Benarkah ?"

"Aku tidak tahu pastinya. Noah memang dekat dengan banyak wanita, asal kau tahu."

"Ya Tuhan memang apa hubungannya denganku, Kels !"

"Aku hanya memberitahumu saja, Elle !" Ujar mereka saling bersahut – sahutan. Mereka diam beberapa saat, saling pandang kemudian tertawa lepas.

"Aku tahu kau berpikir bahwa aku akan mengencani Noah Skylar !" Elle tertawa sambil menunjuk Kelsey dengan jari telunjuknya. Kelsey tak dapat mengelak hal tersebut. Perempuan itu memukul pelan bahu Elle menggunakan bukunya.

Sarah mengamati mereka dari kejauhan. Ralat, dia hanya mengamati Elle saja. Amanda berdiri di belakangnya sambil membawa sebuah buku agenda yang cukup besar. Dia diam di tempat sambil sesekali ikut melirik Elle yang berada di bawah.

"Sampai kapan kau memperhatikan perempuan itu ?" Singgung Amanda dengan jelas.

"Entah mengapa aku merasa Elle memiliki sesuatu yang ia sembunyikan dari kita semua. Dia selalu ada dimanapun Noah mengalami masalah." Kemudian Sarah menoleh dengan tatapan datarnya tanpa menggubris ekspresi Amanda yang kurang suka dengan ucapan Sarah barusan.

"Panggilkan Elle sekarang. Aku tunggu di ruang senat." Sarah beranjak pergi meninggalkan Amanda begitu saja. Amanda berusaha tetap tenang sambil mengamati keadaan di sekitar Elle. Dia tak ingin kedatangannya di taman menjadi sorotan mahasiswa baru yang berada di sekitar sana.