Elle sedang membaca buku saat ia melihat Noah melintas di depannya sambil membawa banyak gulungan kertas. Perempuan itu langsung meletakkan bukunya di paha Kelsey kemudian berlari menghampiri Noah.
"Berikan setengahnya padaku." Elle langsung merebut gulungan tersebut begitu saja. Noah menatapnya sinis.
"Apakah kau sudah mengerjakan tugasmu ?"
"Nanti saja." Jawab Elle ringan.
"Kau akan mempersulit dirimu sendiri bila kau menundanya." Noah berjalan beriringan dengan Elle di lorong utama.
"Mengapa aku harus kesulitan ? Bukankah kau selalu membantuku ?" Elle tersenyum disana.
"Elle, kau tidak bisa meminta tolong padaku setiap saat. Aku adalah pengawas kelompokmu, kau harus ingat itu."
"Dan kau yang akan dimarahi Sarah ketika aku tak berhasil mengerjakan tugasku."
Noah tertawa sinis mendengar ucapan Elle barusan, sedangkan perempuan itu menahan tawanya sambil berjalan mendahului Noah.
***
Elle memakan sandwich nya dengan tenang bersama Kelsey di taman belakang. Mereka sedang menonton film dari laptop Elle. Elle bahkan tidak tahu film apa yang sedang mereka tonton saat ini. Kelsey yang memilih film nya. Perempuan itu tampak serius melihat film tersebut.
"Baiklah Kels, aku tidak tahu mengapa kita menonton film ini. Kukira kau suka film horror."
"Apa kau percaya reinkarnasi ?" Celetuk Kelsey tiba – tiba, membuat Elle menoleh dengan bingung.
"Kau tahu, bila aku dilahirkan kembali, aku akan memohon pada Tuhan untuk memberiku kesempatan kedua."
"Maksudnya ?" Elle semakin bingung dengan ucapan Kelsey, padahal perempuan ini tak pernah membahas hal seperti ini biasanya.
"Kesempatan kedua untuk memperbaiki kehidupan pertamaku. Mungkin saja karena kepergianku, banyak masalah yang datang menghampiri orang – orang di sekelilingku. Aku hanya tidak ingin meninggalkan dunia dengan banyak masalah yang belum usai." Kelsey tersenyum penuh arti.
"Kita tidak bisa meminta hal seperti itu terjadi, Kels." Elle tertawa pelan.
"Bisa. Sangat bisa, Elle." Kelsey menatap mata Elle dalam – dalam.
Sedetik kemudian perempuan tersebut kembali fokus pada filmnya. Elle bahkan belum bisa memproses ucapan Kelsey barusan. Baru saja Elle akan memakan pastanya, Jesse datang menghampirinya, membuat Elle dan Kelsey spontan menoleh.
"Amanda mencarimu di depan perpustakaan." Tukasnya pelan kemudian lari begitu saja. Elle dan Kelsey saling berpandangan sejenak dengan ekspresi yang tak terbaca.
"Kau sudah mengumpulkan tugasmu kan ?" Tanya Kelsey untuk memastikan bahwa Elle telah mengumpulkan hal paling krusial di masa orientasi.
"Sudah." Jawab Elle pelan. Ia berfikir sejenak mengenai alasan Amanda memanggilnya.
"Sepertinya aku harus pergi sekarang." Perempuan itu langsung berlari begitu saja. Elle bertanya – tanya dalam hati. Mengapa ia tak bisa melihat apapun mengenai hal ini ?
"Amanda." Ujar Elle spontan saat ia melihat Amanda tiba – tiba muncul di depannya. Elle bertemu dengan Amanda di depan lift. Wajah Amanda sangat datar, namun satu hal yang Elle tahu. Perempuan itu sedang marah sekarang.
"Aku menunggumu lama di depan perpustakaan." Tandas Amanda dengan tegas.
"Aku langsung pergi menghampirimu ketika Jesse memberitahuku bahwa kau mencariku." Jawab Elle seadanya. Amanda memutar bola matanya dengan sinis kemudian berjalan melewati Elle begitu saja. Sedangkan Elle hanya menggeleng pelan kemudian mengikuti Amanda dari belakang.
"Kau tahu Elle, dari semua mahasiswa baru dua tahun terakhir, kau yang paling bermasalah." Mata Elle seketika membulat sempurna. Amanda menghentikan langkahnya tiba – tiba lalu membalik badannya agar bisa berhadapan dengan Elle. Ia melempar semua kertas yang ia bawa tepat di depan wajah Elle.
"Apa kau berusaha menguji kesabaranku ! Aku sangat letih, Elle dan kau membuang banyak waktuku untuk mengoreksi tugasmu ! Bisakah kau lebih serius dalam mengerjakan tugasmu ? Aku merasa sedang memeriksa tugas rumah anak – anak."
Elle terdiam tak berkutik saat Amanda membentaknya. Ia memunguti semua kertas tugasnya yang berserakan sambil menahan air mata yang berkumpul di ujung matanya. Ia berusaha tak menangis saat Amanda membentaknya dengan keras barusan.
Ketika Elle akan memungut kertas di sisi kirinya, ia melihat sebuah tangan yang juga ikut memungut kertas tersebut. Elle menoleh sesaat. Dan detik itu pula ia menyesal karena menoleh.
"Pergilah."
Elle segera menghapus air matanya, entah sejak kapan ia menangis padahal ia tadi menahannya. Noah mengambil semua kertas yang ada di genggaman Elle. Amanda tertawa sarkasme saat ia melihat Noah tiba – tiba datang.
"Pergi !" Noah menggertak Elle. Elle menunduk kemudian segera pergi dari sana. Noah menatap Amanda dengan sengit.
"Berhenti menyelamatkan Elle, Noah."
"Kau tidak memiliki perasaan !" Noah melemparkan semua kertas tersebut tepat di depan wajah Amanda. Perempuan tersebut terkejut melihat apa yang Noah lakukan padanya.
"Bagaimana kau bisa berkata seperti itu pada Elle ? Dia menangis, Amanda. Kau tidak bisa menggunakan jabatanmu untuk berbuat semena – mena pada orang lain !" Noah terdengar sangat marah saat itu. Beruntungnya lorong tersebut sepi sehingga tak ada yang melihat pertengkaran mereka.
"Kau tidak bisa menertibkan kelompokmu, Noah. Seharusnya Sarah tidak memberikanmu tugas menjadi penanggung jawab kelompok..."
"Karena kau berpikir bahwa kau lebih hebat daripada semua orang." Noah menyela ucapan Amanda dengan cepat.
"Kau harus menertibkannya, Noah !"
"Aku penanggung jawab kelompoknya ! Itu berarti Sarah memberiku kekuasaan penuh untuk menilai setiap tugas yang dikerjakan oleh mahasiswa baru. Dan kau... !" Noah menunjuk Amanda dengan jari telunjuknya.
"Jangan ikut campur urusanku ! Kau tidak berhak melihat tugas – tugas mereka, apalagi memarahi mereka."
"Hei ada apa ini !" Noah merutuki dirinya sendiri. Mengapa Sarah bisa kebetulan lewat sini ?
"Kau dengar apa yang ia katakan Sarah ?" Amanda berusaha membela dirinya sendiri namun Noah tetap berani seperti biasanya.
"Jangan mencoba memanipulasi keadaan, Amanda." Noah tak memiliki rasa takut sama sekali walaupun Sarah ada di depannya.
"Jelaskan dulu padaku apa yang terjadi." Sarah mencoba menengahi mereka.
"Salah satu anggota kelompoknya, Stevielle Grace, mengerjakan tugas dengan asal. Tetapi Noah membelanya."
"Sekarang katakan padaku, apakah benar menegur seseorang dengan melemparkan kertas tepat di depan wajahnya ? Apakah benar menegur seseorang dengan membentaknya keras – keras ?" Noah membalik kata – kata Amanda dengan baik. Sarah menoleh dengan tatapan marahnya pada Amanda.
"Kau tidak bisa menyimpulkan sesuatu melalui apa yang kau lihat sekilas." Noah menjeda ucapannya sebentar, kemudian ia melanjutkan kata – katanya lagi.
"Aku mengenali setiap anggota kelompok yang ku bimbing. Aku merasa tak ada yang salah dari mereka. Yang perlu kau ingat, setiap orang memiliki karakternya masing – masing. Dan Elle memiliki karakter khusus dimana ia tidak terlalu mahir untuk mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan. Jadi ketika ia menambahkan gambar dalam tugasnya, aku mewajarinya. Itu tidak kekanak – kanakan dan hal tersebut bukan sesuatu yang bisa kau tertawakan, Amanda. Sama sekali tidak lucu." Tandas Noah dengan mantap. Ia berbalik begitu saja kemudian meninggalkan Amanda bersama Sarah. Noah tak mau tahu apakah setelah ini Sarah akan mengomeli Amanda atau tidak, yang jelas ia harus menemui Elle saat ini juga.