Chapter 9 - 9

Noah melangkah perlahan agar suara tapak kakinya tak terdengar sama sekali. Ia memperhatikan Elle yang terduduk di kursi perpustakaan dengan tangan yang masih setia menggenggam penanya. Noah memberanikan duduk tepat di sebelah Elle. Perempuan itu tekejut dengan kedatangan Noah. Ia cepat – cepat memalingkan wajahnya agar Noah tak bisa melihatnya.

"Kau tidak perlu mengulang tugasmu."

"Pergilah dari sini." Tandas Elle dengan cepat. Noah terdiam sejenak namun ia tak berusaha pergi dari sana.

"Ternyata begini rasanya menjadi kaum minoritas."

Elle menoleh seketika saat Noah berkata demikian. Disana Noah tahu bahwa Elle mata Elle sembab. Perempuan itu pasti menangis sangat lama, pikirnya.

"Elle, dengarkan aku." Noah menatap perempuan tersebut dengan serius.

"Perbedaan bukanlah sesuatu untuk ditakuti." Ucap Noah mendalam. Elle menggeleng pelan kemudian memalingkan wajahnya lagi.

"Aku hanya berusaha lulus di masa orientasiku."

"Bukankah ini hari ulang tahunmu ?"

Elle terkejut begitu Noah mengucapkan hal tersebut. Ia bahkan tak ingat bahwa hari ini ia berulang tahun. Noah melirik Elle dengan senyum miringnya.

"Tak usah terkejut seperti itu. Saat aku menata tugasmu tadi, aku sempat melihat tanggal lahirmu. Ternyata hari ini kau ulang tahun, selamat." Ujar Noah ringan sambil tertawa. Lelaki tersebut merebut pena yang dipegang Elle kemudian ia menulis sesuatu pada kertas kosong yang berada tepat di sampingnya.

"Buatlah satu permintaan, tulis di kertas ini." Noah menyodorkan kertas tersebut pada Elle.

'Ini ulang tahunku ke-19, Tuhan akan mengabulkan permintaanku.'

Begitu pesan yang ditulis Noah disana. Tanpa berpikir panjang, Elle menulis sesuatu disana. Ia tahu keinginannya terdengar konyol, namun mungkin saja bisa terwujud.

"Aku ingin melihat bintang yang sangat terang." Noah membaca keinginan Elle dengan lantang, membuat perempuan tersebut tertawa.

"Baiklah Elle, Tuhan mengabulkan permintaanmu dengan cepat. Kemasi barangmu sekarang, aku akan menunjukkanmu bintang yang paling terang."

Elle tak sempat berpikir saat Noah berkata demikian. Ia terkejut tentu saja.

"Bagaimana dengan tugasku ?" Tanya Elle kebingungan.

"Aku yang menentukan kelulusanmu, bukan Amanda."

Tepat saat itu juga, Noah bangkit dari duduknya kemudian mengulurkan tangannya pada Elle. Lelaki tersebut tersenyum manis. Sesaat waktu seakan berhenti. Elle sering bertatapan mata dengan Noah. Namun baru kali ini ia melihat masa depan Noah dengan jelas. Sebelumnya, Elle hanya tahu bahwa ia akan ada di masa depan Noah tetapi entah apa hubungan Elle dengan Noah, masih tidak jelas. Namun saat ini, semuanya tergambar jelas.

"Bangkitlah Elle, aku siap menjadi penopangmu." Senyuman Noah masih sama dengan senyuman yang ia suguhkan detik ini. Tubuh Noah basah kuyub namun lelaki tersebut tetap tampan. Entah peristiwa tersebut akan terjadi beberapa minggu, bulan, bahkan tahun dari sekarang, tak ada yang tahu.

Elle menerima uluran tangan tersebut dengan bahagia. Noah adalah orang baru dalam hidupnya namun ia merasakan keyakinan dalam diri Noah ketika ia menggenggam tangannya. Tak ada keraguan disana.

"Ini adalah hari terbaik dalam hidupku." Batin Elle dengan senangnya.

***

Elle mengikuti kemana Noah membawanya. Tetapi yang jelas, Noah tak memakai helm. Noah menyuruh Elle untuk memakai helmnya karena Noah hanya membawa satu helm. Noah tak ingin rambut Elle yang semula tertata rapi menjadi berantakan karena terkena angin walaupun ia tahu Elle selalu mengikat rambutnya.

Mereka menempuh perjalanan cukup lama, menjauhi pusat kota. Lexington memang terkenal dengan hutannya jadi Elle tak terkejut bila Noah membawanya ke area sekitar hutan. Noah menghentikan motornya di sekitar danau. Elle baru tahu bila di tengah hutan terdapat danau tenang. Ia turun dari motor Noah sambil memandangi sekitar.

"Tunggu disini, aku akan mengambil lampu." Ujar Noah singkat. Saat ini tidak terlalu gelap karena masih sore. Lagi pula, darimana Noah bisa mendapatkan lampu di tengah hutan seperti ini ? Namun kebingungan Elle terjawab cukup cepat. Ia menoleh kemana arah Noah pergi dan ia menemukan bahwa terdapat rumah pohon di tepi sungai tersebut. Dengan tenangnya Noah memanjat pohon tersebut sedangkan Elle memandangnya dengan sedikit was – was karena pohon tersebut lumayan tinggi.

Elle melepaskan helmnya kemudian meletakkan tasnya di sisi motor Noah. Ia beranjak menghampiri danau tersebut dan duduk di tepinya. Elle memejamkan matanya perlahan. Sesaat, ia bisa melupakan kejadian tadi. Ia menjadi lebih tenang sekarang.

"Bukankah sangat damai disini ?" Elle membuka matanya ketika ia mendengar suara Noah yang tiba – tiba sudah duduk di sampingnya sambil membawa lentera.

"Kukira kau mengambil lampu." Tukas Elle pelan.

"Disini tidak ada listrik." Jawab Noah seadanya. Mereka terdiam untuk beberapa saat. Elle yang berinisiatif pertama kali untuk membuka pembicaraan.

"Kau tahu Noah, aku baru sadar rambutmu sedikit bergelombang." Noah tertawa pelan mendengarnya.

"Dan aku membiarkannya tumbuh sedikit memanjang." Noah memegangi rambutnya sendiri. Sebenarnya menurut Elle, rambut Noah sangat keren. Lelaki tersebut sering mengikat rambutnya walaupun rambutnya tidak panjang. Bisa dibilang, rambut Noah sedikit gondrong. Tetapi ketika Noah membiarkannya terurai, ketampanannya naik berlipat ganda. Mungkin inilah alasan mengapa banyak perempuan yang menyukai Noah, termasuk wanita sepopuler Amanda. Elle masih asik melamun sambil melihat rambut Noah tetapi ia terkejut seketika saat Noah menarik ikat rambutnya.

"Noah apa yang kau lakukan ?" Tanya Elle dengan bingung. Perempuan tersebut memegangi rambutnya sendiri agar tidak terkibas sembarangan karena rambutnya sangat panjang, hampir sepunggung.

"Mengapa kau suka mengikat rambutmu ? Biarkan ia terbang mengikuti angin yang membawanya."

"Aku malu."

"Buka saja." Noah langsung menarik tangan Elle sehingga tangannya terlepas dari rambutnya. Elle memejamkan matanya sejenak karena ia terkejut rambutnya jatuh terurai begitu saja.

Dan Noah baru saja menyadari sesuatu. Ia memandangi Elle untuk beberapa saat.

"Kau sangat cantik." Puji Noah dengan jujur. Elle membuka matanya dengan tatapan sengit.

"Berhenti menggodaku ! Kita akan melihat bintang." Elle langsung mengalihkan pandangannya dengan ketus. Noah tertawa melihat Elle yang sedikit sewot.

"Kau bisa melihat bintang bila langit sudah gelap total. Dan kita tidak akan melihatnya dari sini, tetapi dari sana." Noah menunjuk kearah rumah pohon yang ia naiki tadi. Elle berpikir sesaat.

"Ingat saat aku memberitahumu bahwa aku memiliki teleskop yang cukup besar ?" Sedetik kemudian Elle mengingat percakapannya dengan Noah di depan perpustakaan.

"Jadi itu tempat rahasiamu ?"

"Benar sekali. Aku tak pernah memberitahu siapapun mengenai tempat ini. Tetapi karena ini hari ulang tahunmu, maka aku akan mengabulkan keinginanmu. Anggap saja aku malaikat yang diutus Tuhan untuk memberimu hadiah." Sedetik kemudian Elle tertawa lebar. Lelucon yang dibuat Noah barusan sangat menggelitiknya. Noah sendiri tak menyangka bahwa humornya yang murah ternyata bisa membuat Elle tertawa begitu lebar. Dan perempuan itu terlihat semakin cantik ketika ia tertawa.

"Ayo ke atas, hari sudah semakin gelap." Noah bangkit terlebih dahulu kemudian Elle mengikuti lelaki tersebut.

"Apakah ada kue ulang tahun juga ?" Elle menggoda balik lelaki tersebut. Noah hanya tertawa ringan mendengarnya.

"Entahlah, aku hanya punya Kit Kat dan Oreo." Elle tertawa lagi mendengar lelucon Noah.