"Hai Noah." Seorang wanita mengangkat panggilan Noah melalui ponsel. Dari tadi perasaan Noah tak nyaman sama sekali.
"Hai Jude, apakah kau sibuk malam ini ? Aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Ujar Noah langsung mengungkapkan maksudnya. Lelaki itu sudah tak tahan lagi dengan pertanyaan – pertanyaan yang ada di kepalanya.
"Wow, kau tidak terdengar seperti Noah biasanya." Wanita itu tertawa dari ujung sana. "Baiklah Noah, tanyakan apapun yang ingin kau ketahui."
"Temui aku di bar belakang kampus seperti biasanya. Sekarang."
"Tunggu, selarut ini ? Hei apa kau serius..." Noah langsung mematikan ponselnya. Ia beranjak pergi dari ruang senat, meninggal Amanda, Sarah, Rachel, Kenneth yang sedang mengatur atribut mahasiswa baru yang akan digunakan pada malam kelulusan masa orientasi.
"Apakah kau berkencan dengan Jude ?"
"Kau gila." Umpat Noah pada Kenneth dengan kesalnya. Lelaki tersebut membanting pintu dengan marah sebelum benar – benar hilang dari sana.
"Kalian lihat ?" Sindir Kenneth dengan halus. Amanda menggeleng seakan tak ingin tahu mengenai pertengkaran kecil barusan.
"Sebaiknya kau berhenti mengganngu Noah, Ken. Aku serius." Ucap Rachel melemparkan sebuah gulungan kertas pada Kenneth.
"Sebaiknya kau mulai mendesain logo untuk angkatan baru. Harus selesai minggu ini." Tegas Sarah tak banyak berkomentar. Mereka semua sudah letih dan ini sudah pukul 10. Seharusnya sudah waktunya untuk pulang tetapi keperluan untuk masa orientasi mahasiswa bagai tak pernah habis.
***
"Maaf aku terlambat."
"Tak apa, aku juga baru sampai." Kemudian Noah menuangkan wine yang sudah ia pesan tadi pada gelas mereka masing – masing.
"Jadi apa yang membuat Noah Skylar tiba – tiba ingin menemuiku." Ujar Jude lalu perempuan tersebut menegak wine nya.
"Kelsey, dia adikmu kan ?" Begitu nama Kelsey disebut, Jude langsung melotot terkejut. Ia segera meletakkan gelasnya dengan raut wajah yang khawatir.
"Apakah ia berbuat kesalahan fatal di masa orientasinya ?"
"Tidak... Tidak... Maksudku bukan itu. Aku ingin bertanya, apakah Kelsey pernah cerita mengenai teman – temannya ?"
"Noah tunggu, aku tak paham apa maksud pertanyaanmu." Jude menyela ucapan Noah. Lelaki itu mengusap wajahnya kasar. Ia frustasi mengapa rasanya sulit sekali untuk mengungkapkan pertanyaannya.
"Kelsey berteman dekat dengan Stevielle Grace. Aku hanya ingin tahu apakah..."
"Apakah Kelsey pernah menceritakan sesuatu tentang Elle ? Begitu maksudmu ?" Jude menangkapnya dengan baik. Perempuan itu tersenyum melihat Noah mengangguk pasti.
"Kelsey sudah cerita padaku bila ia berteman baik dengan Elle. Aku awalnya khawatir namun dari apa yang diceritakan Kelsey, Elle tampak seperti perempuan yang menyenangkan. Kelsey jadi tak takut lagi menghadapi masa orientasi."
"Mengapa kau khawatir bila Kelsey dekat dengan Elle ? Ada apa memang ?" Tanya Noah dengan perangai ingin tahunya. Jude tertawa pelan sembari mengetuk – ngetuk meja bar.
"Aku hanya ingin tahu tentang Elle."
"Apakah dia berbuat onar ?"
"Jude, ayolah !" Suara Noah tiba – tiba agak meninggi, membuat Jude menaikkan sebelah alisnya dengan tatapan menantangnya.
"Aku baru saja bertengkar dengannya, menyangkut masalah pribadi." Noah menyerah.
"Wow." Ujar Jude singkat, seketika membuat Noah menoleh.
"Kau baru saja bertemu dengannya kurang dari seminggu masa orientasi dan kau sudah punya masalah pribadi dengannya."
"Aku menyinggungnya mengenai kemampuan khususnya."
"Karena ia bisa melihat masa depan ?"
Noah terdiam seketika. Ternyata benar kata Sarah. Hampir semua orang mengetahui hal ini.
"Jangan terkejut, Noah. Semua orang di kawasan ini tahu bila Stevielle Grace bisa melihat hal semacam itu. Di luar nalar, tapi apa yang ia katakan selalu benar terjadi." Noah memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut Jude, seakan ia sudah tahu bahwa perempuan itu tahu segalanya mengenai Elle.
"Sejak dulu, Elle tak nampak seperti anak lain pada umumnya." Jude menatap lurus mata Noah sambil menerawang jauh pada masa lalunya.
"Kau tahu apa yang membuat ia dijauhi banyak orang ?"
"Apa memang ?" Tanya Noah dengan keingintahuan level tinggi. Jude menghela nafas sejenak kemudian mengangkat kedua bahunya bersamaan.
"Elle pernah berkata bahwa salah satu teman sekelasnya akan jatuh dari tangga. Benar saja, ketika pulang sekolah, hal tersebut terjadi. Tapi kata perempuan itu, Elle sendiri yang mendorongnya. Ada yang percaya ada yang tidak, tapi yang jelas orang – orang mulai menjauhinya."
Noah mengembuskan nafas dengan kasar, menahan tawanya sebentar. Jude memandang aneh lelaki tersebut.
"Ada apa ?"
"Kau mempercayainya ?" Pertanyaan barusan seperti menohok Jude dalam – dalam yang membuat perempuan tersebut kelimpungan.
"Orang – orang mempercayai bahwa Elle memang mendorong perempuan tersebut."
"Pertanyaanku, apakah kau mempercayainya ? Aku tak bertanya mengenai opini orang lain." Noah menekankan kata – katanya sambil menggebrak pelan meja di bar tersebut, membuat Jude terkejut sesaat.
"Aku harus pulang." Perempuan itu mengambil tasnya kemudian berdiri.
"Jika kau menghindari pertanyaanku, kuanggap kau percaya bahwa kejadian itu terjadi begitu saja. Elle tak ikut campur dengan keadaan tersebut." Noah masih sempat menginterupsi Jude sebelum wanita itu benar – benar pergi dari hadapannya. Jude menghentikan langkahnya sesaat kemudian menoleh pada Noah.
"Bila kau berpendapat demikian, maka aku mungkin adalah orang pertama di kota ini yang mempercayai bahwa Elle tak terlibat dalam kejadian tersebut."
Wajah Jude tampak tegang seperti senar gitar, setidaknya itu yang dipikirkan Noah. Jude berlalu begitu saja dan keluar dari bar. Noah menegak wine nya dalam – dalam. Ia tak menyangka bila Elle menghadapi hidup serumit itu.
Baru saja Noah bersandar pada kursi sambil menenangkan pikirannya sejenak, tiba – tiba Jude sudah ada di hadapannya lagi. Kali ini raut wajahnya seperti tak dapat dideskripsikan.
"Ada apa Jude ?" Tanya Noah dengan bingungnya. Nafas perempuan tersebut memburu. Ia mengaturnya terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Noah.
"Aku percaya. Aku percaya Stevielle Grace memang punya kemampuan yang tak dimiliki orang lain."
Sejenak mereka terdiam dalam keheningan dengan tatapan mata yang tak lepas dari satu sama lain. Jude mengeluarkan sebuah kartu nama yang membuat Noah semakin bertanya – tanya.
"Dokter Grace membuka praktek di rumahnya. Biasanya Elle membantu ayahnya. Kau bisa gunakan alasan tersebut bila kau ingin tahu Elle lebih jauh. Mungkin kau bisa datang ke rumahnya dengan kedok ingin berobat."
Jude langsung pergi begitu saja, tak memberi Noah kesempatan untuk bertanya lebih jauh.
"Jude..."
"Ya ?" Perempuan tersebut masih sempat menoleh dari ambang pintu.
"Terima kasih." Ujar Noah pelan. Jude tersenyum sangat singkat kemudian pergi. Noah kembali pada kartu nama yang Jude berikan padanya. Ia mengamati lekat – lekat informasi yang ada disana.
"Dokter Grey Grace..." gumam Noah pelan. "Ternyata ayahnya seorang dokter." Batin lelaki tersebut dalam hatinya.