Chereads / Badminton Love Story / Chapter 1 - Chapter 1 - Awal Berjumpa

Badminton Love Story

🇮🇩sinasidev
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 31.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1 - Awal Berjumpa

Sejak awal, tidak ada yang bisa menyangka bahwa anak dari pebisnis property terkenal memilih menjadi seorang atlet daripada meneruskan usaha yang telah dilakukan oleh orang tuanya. Berita itu muncul dimana-mana, sosial media dan surat kabar penuh dengan berita mengenai itu. Arman, dialah yang memilih menjadi atlet daripada menjadi pebisnis. Arman bercita-cita menjadi atlet sejak berusia 8 tahun. Ibu Arman yang melihat bakat putranya langsung mengirim Arman ke tempat latihan badminton. Hingga akhirnya, Arman ingin menjadi atlet badminton profesional. Tapi, keputusan Arman menjadi atlet ditentang oleh Ayahnya. Ayahnya yang melihat bakat atlet dalam diri Arman memutuskan menghentikan Arman menjadi atlet.

Semenjak kematian Ibu Arman, Arman dan Ayahnya sering bertengkar dan Arman akhirnya memutuskan meninggalkan rumahnya dan hidup sendirian. Ayah Arman tidak tinggal diam, dia mengambil semua aset yang diberikan kepada Arman seperti mobil dan kartu ATM. Arman yang diperlakukan seperti itu oleh Ayahnya, tetap teguh pendirian. Tapi, uang tabungan hasil kemenangan Arman sudah menipis karena Arman membeli sebuah apartemen mewah. Arman mulai merasa kesulitan, keuangan yang menipis membawa Arman kembali ke rumah Ayahnya, bukan untuk tinggal tetapi untuk memohon agar Ayahnya berhenti menyulitkan dirinya dan membiarkan Arman kembali memiliki aset yang sebelumnya diberikan kepadanya.

"Ayah, aku mohon biarkan aku kembali memiliki mobil dan kartu ATM yang ayah berikan." Kata Arman kepada Ayahnya.

"Ayah akan kembalikan semuanya, kalau kamu mau berhenti menjadi atlet." Kata Ayah Arman

"Aku tidak bisa, atlet adalah mimpiku, hidupku, dan keinginan Ibu." Kata Arman menjelaskan.

"Kalau tidak mau berhenti, pergi saja jangan kembali dan jangan meminta apapun kepada Ayah." Kata Ayah dengan mempertegas kalimatnya.

"Ayah, uang tabunganku sudah menipis. Aku bahkan sudah berhutang pada bank. Aku akan melakukan apapun untuk membuatnya kembali menjadi milikku kecuali Ayah tidak meminta aku berhenti menjadi seorang atlet." Kata Arman dengan sedih.

"Kenapa Ayah harus memberikan asetmu kembali? Kamu yang memutuskan pergi dari rumah. Seharusnya kamu yang bertanggung jawab dengan semua perbuatanmu." Kata Ayah Arman dengan kesal.

"Kalau dulu kamu mau mendengarkan Ayah untuk menjalankan perusahaan dan tidak pergi dari rumah, kamu gak akan mengalami hal seperti ini." Kata Ayah Arman lagi.

"Ayah!" Kata Arman dengan kesal

"Apalagi?" Kata Ayah Arman yang ikut kesal

"Aku mohon Yah, bantu aku sekali ini aja. Kalau aku tidak membayar hutangku dibank, Apartemenku akan diambil lagi, Aku gak punya tempat tinggal." Kata Arman dengan sedih

Ayah Arman berpikir sejenak,

"Baiklah ayah akan mengembalikan asetmu dengan syarat, kamu harus menikah."

"Apa Ayah serius meminta itu? Ayah sungguh kejam. Ayah kan tahu kalau aku tidak bisa melakukan hal itu. Ayah kan tahu bagaimana hubunganku dengan Fani sebelumnya." Kata Arman yang kecewa dengan permintaan Ayahnya.

"Karena itu Ayah menyuruhmu. Kalau tidak bisa lupakan saja untuk memiliki asetmu kembali. Pergi sana, banyak yang harus Ayah kerjakan." Kata Ayah Arman dengan senyum licik nya.

Arman pun berniat meninggalkan Ayahnya, tapi langkahnya terhenti ketika melihat kunci mobil ada di meja kerja yang sedang Ayahnya punggungi. Arman mengambil kunci mobil itu seperti seorang maling. Arman berhasil mendapatkan kunci mobil itu dan langsung lari, Ayah Arman berbalik karena suara hentak kaki Arman yang berlari dan berpura-pura mengejar Arman, sehingga Arman tidak curiga kalau Ayahnya sengaja memberikan mobil itu.

"Syukurlah Ayah tidak mengejar, untung aku melihat kunci mobil ini." Kata Arman yang senang.

Namun, tiba-tiba seorang wanita berlari dengan kencang dan hampir tertabrak oleh Arman. Arman sangat terkejut dan membuatnya rem mendadak. Wanita itu pun langsung terduduk di aspal karena kaget. Arman keluar dari mobil dan melihat seorang wanita. Wanita yang melihat Arman keluar dari mobil langsung masuk ke mobil Arman. Arman yang terkejut melihat wanita itu langsung masuk kembali ke mobilnya.

Di dalam mobil, Arman melihat tangan wanita itu gemetaran, wajah pucat ketakutan serta keringat yang mengalir deras didahinya.

"Tolong jalankan mobilnya sekarang." Kata wanita itu memohon karena ketakutan

Arman yang merasa kasihan dengan wanita itu, langsung menjalankan mobilnya. Arman melihat lagi tangan wanita itu masih bergemetar, keringat masih mengalir di dahinya.

"Mbak, mau kemana ya? Biar saya antarkan." Kata Arman cemas

"Terserah mas saja, saya tidak punya tujuan", kata wanita itu dengan suara gemetar.

Arman tampak bingung, dan akhirnya memutuskan membawa wanita itu ke Apartemennya.

"Mbak, kita sudah sampai. Ayo, masuk ke rumah saya dulu." Kata Arman menenangkan.

Wanita itu keluar dari mobil dan mengikuti Arman. Arman masih melihat tangan wanita itu gemetaran meskipun keringatnya sudah berhenti mengalir.

"Silahkan masuk, mbak." Kata Arman

Wanita itu hanya diam saja dan masuk ke apartemen Arman.

"Duduk dulu mbak, saya akan ambilkan air putih untuk mbak." Kata Arman.

Arman memberikan air putih kepada wanita itu, wanita itu meminumnya dan merasa lebih lega.

"Terima kasih, Mas." Kata wanita itu.

"Nama mbak siapa ya?" kata Arman ingin tahu.

"Nama saya Rosa, Mas." Kata Rosa

"Kalau boleh tahu mbak kenapa ya? Mbak sepertinya ketakutan?" kata Arman yang tambah ingin tahu.

Rosa hanya diam saja.

"Kalau Mbak enggak mau cerita juga gak apa." Kata Arman

Kemudian setelah berkata seperti itu, dia berniat pergi ke kamarnya. Tapi, Rosa berkata

"Itu.. Ayah tiri saya berniat membunuh saya." Kata Rosa dengan suara pelan

"APA!" kata Arman yang kaget dan menghentikan niatnya untuk pergi.

"Kenapa enggak lapor polisi aja mbak? Saya bisa antarkan kalo Mbak mau." Kata Arman

"Tidak bisa Mas, saya banyak berhutang budi pada Ayah saya. Ayah saya lah yang membesarkan saya disaat Ibu kandung saya meninggallkan saya." Kata Rosa

Arman terkejut sekaligus prihatin dengan apa yang dialami Rosa.

"Meskipun setiap hari Ayah saya sering marah-marah dan memukul saya. Tapi, saya tahu kalau dia sebenarnya sayang kepada saya. Hanya saja hari ini sikapnya berbeda, entah kenapa saat saya pulang dari kerja paruh waktu saya. Ayah saya keluar dengan membawa pisau dan mengejar saya." Kata Rosa menjelaskan.

Arman tidak tega melihat kehidupan Rosa dan Arman pun mengambil selimut dikamarnya dan memberikannya kepada Rosa.

"Ini ambillah, tinggallah selama beberapa hari disini sampai kamu benar-benar baik dan siap menghadapi Ayahmu." kata Arman yang menenangkan Rosa.

"Terima kasih, Mas." Kata Rosa

"Oiya, jangan panggil saya, Mas. Nama saya Arman. Panggil aja Arman ya." Kata Arman

"Iya Arman." Kata Rosa

Keesokan paginya, ketika Arman berniat membangunkan Rosa untuk sarapan pagi. Arman kaget melihat keringat didahi Rosa, tampaknya Rosa demam. Arman merawat Rosa, mengompres Rosa dengan air hangat. Dalam tidurnya Rosa memanggil Ayah kandungnya ,"Ayah.." lirih Rosa sedih dan meneteskan air mata.