Kleiner tidak perduli dengan Vyschella yang mulai mengeluarkan air mata karena kesakitan atas perlakuan kasar darinya. Ia hanya tahu bahwa hasratnya belum sepenuhnya tersalurkan. Bagaimana dengan prinsipnya? Ya, apa yang ia korbankan demi pernikahan palsu ini harus sebanding dengan apa yang akan ia dapatkan dari wanita yang kini berstatus sebagai istri sahnya.
"Kamu pikir aku akan mengasihanimu karena air mata palsu mu itu?" tanya Kleiner sambil menyibakkan rambut sang istri yang menutupi wajah cantiknya. "Wanita yang berasal dari kaum rendahan seperti dirimu sangat tidak pantas mendapatkan cintaku."
Lain di mulut lain di hati, sepertinya peribahasa ini sangat cocok melekat pada diri Kleiner. Apakah pria dewasa memang memiliki pemikiran seperti ini?
"Aku sudah tidak kuat lagi," lirih Vyschella. "Bisakah kita hentikan sekarang?"
"Lihatlah dirimu! Kau menilai dirimu terlalu tinggi, Cyra ...." Kleiner terus menerus menghina Vyschella sambil terus menikmati tubuh sang istri yang kini berada di atas tubuhnya. "Lebih cepat!"
"Aku sudah kehabisan tenaga," jawab Vyschella lemah.
"Aku bilang kau harus mempercepat ritmenya lagi!" bentak Kleiner. Ia menarik nafas dalam-dalam. Rupanya dua saudara kembar yaitu Cyra dan Cia memiliki sikap yang sangat bertolakbelakang! seru Kleiner di dalam benaknya.
Kedua mata coklat milik Vyschella terbuka sempurna, tetapi ia tak memiliki kekuatan apapun untuk menentang Kleiner. "Ya."
Kleiner yang sudah tidak bisa bersabar lagi segera mengubah posisi. Ia duduk dan mendorong tubuh Vyschella tanpa melepas ikatannya dengan sang istri. Kini, ia sudah berada tepat di atas tubuh istrinya.
"Aku tidak ingin kau tertidur sebelum permainan malam ini berakhir, mengerti?"
"Ya," lirih Vyschella, dirinya sempat menundukkan kepala, mengalihkan pandangan matanya ke bawah guna menghindari kontak mata secara langsung dengan Kleiner.
Vyschella terpaku menatap Kleiner. Menyadari hal itu, Kleiner pun berkata, "Jangan memasang wajah seperti itu saat sedang bersamaku!"
Mendapatkan gertakan seperti tadi, membuat Vyschella merubah mimik wajahnya. Ia tersenyum dengan terpaksa sambil mengusap air matanya yang mengalir dari sudut-sudut mata.
"Oh, damn!" seru Kleiner sambil menyeka peluhnya.
Suara berat Kleiner mengagetkan Vyschella yang sudah sangat lelah. Tangan wanita itu menggenggam erat sprei berwarna keemasan seraya menahan serangan bertubi-tubi dari suaminya. Demi apapun juga, aku harus bertahan untuk Kleiner! seru batin Vyschella.
"Oh ... oh ...." Kata-kata itu terlontarkan begitu saja dari mulut Kleiner. Ia masih asyik melanjutkan aksinya bergerilya menembus pertahanan sang istri.
Ruang tidur utama pasangan pengantin baru yang luas bergaya modern dengan ranjang berukuran king size berderit. Kegiatan malam panjang yang dilakukan oleh Kleiner dan Vyschella seakan tak ada hentinya. Pria dua puluh tujuh tahun itu pun seolah tak mengenal kata puas.
"Cyra, kau harus menuruti semua perintahku dan jangan pernah berpikir bahwa kau bisa lari dari genggaman ku!" Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Kleiner, ia bergumam tanpa henti sambil terus memasukkan bagian vitalnya ke lubang milik Vyschella.
"Come on, Baby ...." Kleiner mempercepat ritme sambil melekatkan bibirnya ke bibir mungil Vyschella. Ia melumatkan bibir mungil itu hingga membuat Vyschella mendesah.
"Hmm ...." Vyschella mendesah beberapa kali. Ia tidak kuat menahan gairah yang timbul karena perlakuan Kleiner padanya.
"Oh, shit! Aargghhhhh ...." Desahan panjang yang keluar dari mulut Kleiner menandakan berakhirnya permainan malam ini.
Setelah selesai, Kleiner mengecup lembut kening Vyschella. Ia lupa atau memang sengaja memberikan kecupan terimakasih kepada sang istri yang tentu saja membuat wanita itu salah paham.
A little piece of heaven adalah ungkapan yang tepat untuk mewakili perasaan Kleiner saat ia telah mendapatkan apa yang diinginkannya dari sang istri, yaitu kepuasan.
**
Pagi-pagi sekali Kleiner sudah terbangun dari tidurnya. Ia menghisap rokok yang sudah diletakkan di sela-sela bibirnya. Sambil membuka jendela, ia memperhatikan sang istri yang masih menutup matanya rapat-rapat.
"Oscar, bagaimana? Apa ada progres?" Kleiner menghubungi sang asisten untuk menanyakan perkembangan pencarian Villearisa, tunangannya yang melarikan diri di hari pernikahan mereka.
"Sampai detik ini belum, Tuan," jawab suara di seberang sana.
"Pecat orang-orang yang tidak kompeten dalam bekerja!"
"Tapi ... mereka adalah detektif senior yang sudah lama kita pekerjakan, Tuan muda," balas Oscar.
"Apa menurutmu saya perduli?" tanya Kleiner kasar. "Kirimkan laporannya sekarang dan rekrut detektif baru untuk mencari keberadaan Villearisa!"
"Saya mengerti, Tuan," jawab Oscar cepat.
Klik!
Kleiner menutup sambungan teleponnya dan kembali menatap Vyschella. "Bodoh! Mereka semua sangat bodoh! Rupanya selama ini aku memelihara orang-orang bodoh, pantas saja mereka tidak kompeten dalam bekerja!" maki Kleiner. Ia mematikan rokoknya dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar kamar.
Syur!
Suara gemericik air dari dalam kamar mandi membuat Vyschella terbangun. Ia menggeliat sambil mengusap-usap kedua matanya. Tangan kanannya meraba-raba ranjang yang sudah kosong.
"Hmm? Di mana dia?" Sambil perlahan membuka mata, Vyschella mencari-cari keberadaan sang suami. "Oh, no ... tubuhku hangat," ujarnya seraya meletakkan tangannya ke dahi.
"Ada apa?" Kleiner muncul tiba-tiba di dekat ranjang dan membuat sang istri terkejut.
"Ah, tidak," jawab Vyschella cepat tanpa ragu. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Pergi mandi sana!"
"Ya," sahut Vyschella. Ia bangun dari ranjangnya namun kepalanya terasa pusing. Ia memijakkan kakinya ke lantai yang dingin dengan perlahan, tetapi ia gagal dan ambruk seketika.
Bruk!
Vyschella kehilangan keseimbangan dan tersungkur di lantai. Kleiner melihat sang istri terjatuh tepat di kakinya. Wajahnya berubah merah padam.
"Kamu ...." Kleiner menahan kalimatnya. Ia menggendong tubuh sang istri dan membawanya kembali ke ranjang. "Hmm? Sepertinya dia sakit!" batin Kleiner.
"Terima kasih," ucap Vyschella sambil menatap wajah suaminya yang tampan. Hatinya bergetar, tetapi ia mencoba tidak menghiraukannya.
"Selama kau menjadi istriku, aku tidak membenarkan tindakan seperti tadi, mengerti?"
"Tindakan seperti tadi? Seperti apa?"
"Tersungkur di lantai. Mengapa kau begitu bodoh? Ucapanku saja tidak kau mengerti!"
"Maaf, aku tidak sengaja terjatuh," ujar Vyschella membela diri.
"Stop! Aku tidak butuh alasan apapun. Ingat, aku tidak ingin kulitmu terluka sedikitpun!" Setelah mengatakan hal yang menurutnya tidak masuk akal, ia segera merapikan pakaiannya dan keluar dari sana. Sebelum Kleiner melangkah keluar dari kamar, ia sempat menoleh ke arah Vyschella dan berkata, "Stay there and don't go anywhere!"
Ceklek!
Kleiner membuka pintu kamar dengan pelan lalu menutupnya kembali. Ia berjalan menuruni anak tangga dan para pelayan sudah menyambut kedatangannya di bawah tangga.
"Selamat pagi, Tuan muda," sapa Roselly sambil membungkuk.
"Ross, siapkan sup ayam dan sediakan obat penurun demam lalu antar ke Nona Cyra!"
"Baik, Tuan muda," ucap Roselly sambil mengangguk pelan.
Kleiner berjalan keluar menuju mansion utama dimana dirinya akan sarapan bersama dengan keluarganya. Ia berjalan di jalanan setapak yang basah karena embun.
"Selamat pagi, Tuan muda," sapa beberapa pelayan yang berpapasan dengannya.
"Hmm," gumam Kleiner tanpa menoleh. Ia berjalan masuk menuju ruang makan dimana para anggota keluarga sudah menunggu untuk menikmati sarapan bersama.
"Loh, Kley?" Seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun terkejut dengan kedatangan Kleiner. Lorainne Scvillean Stonevrustarios atau akrab disapa Lora, ibu kandung Kleiner.
"Ada apa, Ma?" tanya Kleiner sambil meraih kursi.
"Dimana istrimu?"
"Oh, di kamar," jawab Kleiner santai. Ia meraih sandwich yang sudah diletakkan di piringnya.
"Kenapa kamu tidak mengajaknya sarapan?" tanya Ansell Reuel Stonevrustarios, sang ayah.
"Tidak, dia terlalu lelah untuk berjalan ke sini."
"Oh, apakah kalian melakukannya semalaman?" tanya Ansell lagi sambil mulai menikmati sarapannya.
"Pa, jangan menggoda Kleiner, dia akan sangat malu," ujar Lorainne sambil memberikan jus stroberi kepada suaminya.
"Aku sangat keberatan jika kalian terus bertanya tentang dirinya," ucap Kleiner.
"Oh? Ada apa?" tanya suara seorang wanita yang baru saja datang dari belakang Kleiner.