Vyschella melihat hubungan antara sang suami dengan Alexa sangat mesra hingga membuat dirinya merasa tak berguna. Dengan bersusah payah, ia berusaha berdiri sambil berpegangan pada dinding yang kokoh. Karena kondisi tubuh yang begitu lemah membuatnya sulit berdiri.
Kleiner meraih tangan Vyschella dan membantunya berdiri. Ia melihat darah segar mengalir dari kening sang istri.
"Singkirkan tangan kotormu itu dari tubuhku!" bentak Kleiner kepada Alexa yang masih saja menempel padanya.
Wajah Alexa yang cantik berubah pucat pasi. Ia pun menuruti permintaan Kleiner untuk menyingkirkan tangannya dari tubuh pria yang sebenarnya adalah saudara angkatnya. Ia berkata, "Kau dari mana saja, Kak? Mengapa kau membiarkan wanita murahan ini tidur di kamarmu?"
Kleiner tak menghiraukan pertanyaan adik angkatnya itu. Tangan kirinya memegang pinggul Vyschella sedangkan tangan kanannya meraih tangan kanan sang istri.
"Pergilah!" usir Kleiner kepada Alexa yang masih saja belum beranjak dari sisinya. "Pergi baik-baik atau ku usir?!"
"Kak, kau belum menjawab pertanyaanku!" teriak Alexa sambil menatap Vyschella dengan tatapan mencemooh.
Kleiner memapah Vyschella yang lemah ke ranjang mereka. "Apa kau baik-baik saja? Apa yang kau rasakan?"
"Aーaku ...." Vyschella melirik Alexa yang juga sedang menatapnya tajam. "Kepalaku pusing."
"Apa-apaan wanita busuk ini!" teriak Alexa dalam hati. Ia merasa terhakimi dengan jawaban Vyschella barusan.
Kleiner menatap Alexa tajam dan bertanya, "Apa yang sudah kau lakukan kepada Cyra?"
Alexa gugup mendapatkan tatapan tajam dari Kleiner. Ia pun berkata, "Mengapa kau berbohong, Cyra? Hanya jatuh seperti itu tidak mungkin membuatmu terluka parah!"
"Kau bilang apa?!" teriak Kleiner sambil membalikkan badannya ke belakang tepat ke arah Alexa yang membuntuti dirinya dan Vyschella. "Kau bilang hanya terjatuh?! Dengan luka separah ini?!"
"Sial! Hanya karena perempuan brengsek ini, Kak Kley semarah ini padaku?" Lagi-lagi Alexa mengutuk Vyschella di dalam hatinya.
Kleiner beranjak dari sisi Vyschella dan meraih tangan kiri Alexa. Pria berbadan atletis itu pun memaksa Alexa pergi dari sana. "Ayo, ikut aku!"
Tak tak tak!
Kini Kleiner dan Alexa sudah berada di luar kamar utama tanpa kehadiran Vyschella dan tak ada seorangpun yang melihat apa yang akan dilakukan Kleiner kepada Alexa.
Bruk!
Kleiner mendorong Alexa hingga ke dinding dengan kasar. "Aku tidak suka main kasar kepada perempuan, tetapi entah mengapa kau membuatku ingin melakukan itu!" hardik Kleiner. Mau tidak mau, ia harus memberikan pelajaran tata krama kepada Adik angkatnya tersebut.
Wajah Alexa memerah. Ia sangat takut melihat Kleiner yang sedang naik pitam. Namun, sepertinya sudah terlambat.
"Aーaku ... aku tidak mengerti mengapa kau begitu marah padaku! Padahal aku sengaja kembali ke rumah ini untuk memberikan ucapan selamat menikah untukmu, Kak," ujar Alexa berusaha meyakinkan Kleiner yang masih geram.
"Bullshit! Simpan saja alasan tidak berguna itu untuk dirimu sendiri!" tegas Kleiner. Ia berjalan meninggalkan Alexa yang sedang menahan air mata yang sebentar lagi akan terjatuh.
"Tunggu, Kak!" Alexa meraih tangan Kleiner dan menahan langkah pria itu agar tetap bersamanya. "Aku bersungguh-sungguh, Kak. Jangan acuhkan perkataanku!"
"Kau sudah membuatku kecewa, Alexa. Bertahun-tahun lamanya kau hidup seorang diri di Prancis, apakah kau sudah melupakan tata krama di kediaman ini?" Kleiner menunggu jawaban atas pertanyaannya, tetapi Alexa tak kunjung menjawab juga. "Well, kembalilah ke mansionmu! Jangan pernah datang ke mansionku lagi dan mencoba memprovokasi istriku!" ancam Kleiner. "Atau kau akan merasakan akibatnya!"
Kleiner melepas tangan wanita yang sudah melukai Vyschella. Ia sangat kecewa pada tingkah kekanak-kanakan Alexa. Ia pun berkata, "Kau adalah adikku dan sampai kapan pun fakta itu tidak akan pernah berubah. Ingat itu!"
Brak!
Kleiner menutup pintu kamar tidurnya dengan kasar. Pria berhati dingin bagai gunung salju itu pun melangkah memeriksa luka di kening Vyschella.
"Kau selalu membuatku khawatir, Gadis kecil." Ia mengusap lembut pipi istrinya lalu beranjak mengambil kotak obat yang terletak tepat di atas wastafel.
**
Setelah Kleiner mengobati luka di kening sang istri, ia tertidur di samping Vyschella dengan posisi duduk di kursi samping ranjang. Tangannya memegang erat tangan Vyschella dan masih dengan mata tertutup, ia berbicara di dalam tidurnya.
"Jangan! Jangan pergi!" teriak Kleiner yang semakin erat menggenggam tangan Vyschella hingga membuat wanita itu terbangun.
"Hmm," gumam Vyschella. Ia membuka matanya dengan perlahan dan mengedarkan pandangan mencari sumber suara yang membuatnya tersentak.
Peluh bercucuran membasahi dahi Kleiner yang sedang tertidur. Keningnya berkerut dan alisnya hampir menyatu seolah pria itu sedang memikirkan sesuatu atau seseorang. Vyschella bangun dan tangan kanannya menyeka peluh dengan lembut di dahi Kleiner, sedangkan tangan kirinya mengusap lembut pipi pria itu seraya mencoba membangunkannya.
"Kley, bangun! Tidurlah dengan benar di ranjang!" seru Vyschella khawatir. "Apa kau bermimpi buruk?"
"Jangan pergi! Sampai kapanpun kau adalah pengantinku dan aku berjanji akan menikahimu jika kita dewasa kelak," cerocos Kleiner di dalam mimpinya. "Kau lebih cantik daripada bunga-bunga di taman ini."
Vyschella mencoba untuk tidak menanggapi ocehan Kleiner. Ia terus mencoba membangunkan suaminya.
"Kley, bangun! Ayo bangun!" seru Vyschella berulang kali, tetapi pria dingin yang tak berperasaan itu tetap terlelap. "Siapa yang berada di dalam mimpimu, Kley? Apa dia sangat berarti untukmu? Apakah itu Cyra?"
Sejenak Vyschella berpikir bahwa ia tak mungkin bisa menjangkau hati dan pikiran sang suami. Ia tidak mungkin bisa membuat pria arogan itu mencintai dirinya dan menerima kehadiran sosoknya di tengah-tengah ikatan cinta antara Kleiner dan Cyra meskipun ia tahu bahwa saudara kandungnya tidak pernah mencintai Kleiner sedikitpun.
"Begitu cantik dan indahnya sosok wanita ciptaan Tuhan yang akan kunikahi suatu saat nanti," Kleiner berdecak kagum. "Magnificent!" seru Kleiner tanpa membuka matanya.
Tidak ada yang bisa merubah takdir yang sudah tertulis di kitab Tuhan semesta alam. Wanita dua puluh satu tahun yang bernama Vyschella Ciara Demougust itu hanya bisa berduka. Istri mana yang kuat hatinya ketika mendengarkan suaminya memanggil nama wanita lain yang akan ia nikahi di dalam tidurnya. Namun, perjanjian tertulis pun tetap ada hingga Vyschella berhasil melahirkan anak dari Kleiner sebanyak yang keluarga kaya itu inginkan.
"Huh," Vyschella mendesah. Napasnya terasa berat dan ia pun tidak tahu harus apalagi menghadapi sang suaminya. Vyschella ingin beranjak dari tempatnya, tetapi apa boleh buat, Kleiner masih saja menggenggam erat tangannya seakan tak ingin melepaskannya lagi. "Kley, buka matamu! It's ok! Everything's gonna be alright," ucap Vyschella sambil memeluk erat Kleiner dan membawa pria itu dalam kedamaian. "Apa yang membuatmu takut, Kley? Tak ada yang perlu kau takuti karena kau adalah Kleiner Rutherford Stonevrustarios, bukan?"
Kata-kata penyemangat keluar begitu saja dari mulut mungil Vyschella. Ia tidak tahu apa yang ia lakukan, tetapi menurut dugaannya, Kleiner membutuhkan pertolongan agar suaminya tidak terus menerus bermimpi buruk dan meracau. Ia pun ikut terlelap sambil terus mendekap tubuh sang suami.