Chereads / MARRY THE TWINS / Chapter 13 - Madness

Chapter 13 - Madness

Vyschella tersungkur di lantai dengan kondisi tidak sadarkan diri. Namun tidak hanya itu, bagian hidungnya pun mengalir cairan kental berwarna merah. Wanita yang memiliki tubuh ideal idaman kaum Hawa tersebut menggenggam sesuatu di tangan kanannya.

"Cia? Kenapa kau begitu lemah? Jika kau terus seperti ini, aku sangat yakin bahwa kau termasuk wanita yang mudah ditindas!"

Kleiner menggendong Vyschella dan membaringkannya di atas ranjang dengan lembut. Pria dingin itu membersihkan luka di hidung Vyschella lalu melepaskan pakaian istrinya satu persatu dan memakaikan gaun tidur yang tentunya berbahan tipis dan sangat terbuka.

"Sepertinya kau akan terlihat semakin cantik dan seksi ketika memakai gaun tidur ini, Cia! Hahaha ...."

Kleiner terkekeh seraya memakaikan gaun tidur berwarna hitam yang memperlihatkan lekuk tubuh istrinya.

"Oh, shit!"

Kleiner tidak menyangka, bahwa keisengan yang ia ciptakan berhasil menjerat hasrat lelakinya untuk segera disalurkan. Ia berusaha untuk tidak menghiraukan hasrat yang memanggilnya tersebut, tetapi sepertinya ia tidak bisa ia mengabaikannya lagi.

"Setiap kali melihat tubuh indahmu, gejolak di dalam diriku meronta-ronta. Kau harus bertanggung jawab, Cia!"

Kleiner melepaskan pakaian yang ia kenakan dengan cepat dan melemparkannya ke lantai. Ia tidak perduli dengan pakaian yang berserakan karena ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

"Ah, Cia! Kulit halusmu selalu membuatku ketagihan."

Kleiner tak menempelkan bibirnya dan mulai menelusuri kulit sang istri. Sesekali terdengar suara desahan keluar dari mulut Vyschella yang masih menutup matanya.

"Hmm ...."

Vyschella menggeliat. Wanita itu mendorong tubuh Kleiner secara tidak sadar karena terganggu dengan sentuhan-sentuhan di bagian sensitif tubuhnya.

"Ah! Buka matamu, Cia! Cepat layani aku atau ...."

Suara Kleiner hilang begitu saja saat dirinya mulai sibuk menjelajah punggung putih mulus Vyschella yang terlihat samar-samar dari balik gaun tidurnya yang tipis tanpa corak.

"Hmm ...."

Vyschella membuka kedua matanya dengan rasa penasaran tinggi karena sangat terganggu dengan sentuhan-sentuhan yang diberikan oleh Kleiner. Ia pun terkejut setengah mati.

Sejak kapan Kley berada di sini? Dan, ah! Apa aku harus melayaninya dengan keadaan seperti ini? batin Vyschella mengeluh atas perlakuan sang suami padanya.

Srak!

Kleiner membuka paksa gaun tidur Vyschella hingga robek. Terlihat jelas bagian tubuh sang istri hingga membuat kedua mata Kleiner tak bisa berpaling dari gundukan kembar di depan matanya.

"Oh!"

Vyschella hanya bisa mendesah. Namun tidak dengan Kleiner, aksi pria itu benar-benar buas di atas ranjang.

"Bangun! Kita akan bertukar posisi sekarang!"

Permintaan yang diserukan oleh Kleiner Rutherford Stonevrustarios membuat Vyschella mengerutkan keningnya. Oh, bukan! Itu merupakan suatu kalimat perintah, bukan permintaan.

"Oh, taーtapi ... aーaku masih tidak ...."

"Apa?! Kau hendak menolakku, bukan? Apa kau ingin hidup keluargamu hancur?"

"Ah, tiーtidak!"

Vyschella menyanggah pendapat Kleiner dengan cepat sambil menggeleng. Ia sangat takut keluarganya akan menanggung resiko karena dirinya.

"Buーbukan begitu, tapi ...."

"Baiklah, mari lakukan!"

Kleiner memperlakukan Vyschella tanpa ampun. Ia tidak pernah membiarkan sang istri beristirahat sejenak.

"Ah, lebih cepat Cyra! Ayo, lebih cepat!"

Kleiner menikmati setiap permainan yang dilakukan oleh Vyschella. Pria yang membayangkan wajah mantan tunangannyaーVillearisa Cyra Demougustーtersebut tidak sadar, bahwa yang saat ini sedang bersamanya adalah sang istri pengganti dan bukan sang tunangan yang kabur bersama mantan sahabatnya.

Ah! Apakah satu-satunya wanita yang ada di dalam pikiranmu hanya Cyra? Apakah tidak ada tempat sedikitpun untukku di hatimu? tanya Vyschella dalam hatinya.

Kleiner yang berada di bawah tubuh Vyschella, terlihat senang dan puas akan permainan sang istri. Ia tahu, bahwa dirinya tidak bisa menepis bayangan Villearisa dari benaknya, tetapi ia pun tahu, bahwa yang saat ini sedang tidur bersamanya adalah adik kembar dari mantan tunangannya tersebut.

"Ah, kau benar-benar ahli! Berapa banyak pria yang sudah kau layani? Hah?!"

Bukankah Kleiner tahu, bahwa wanita yang sedang bersamanya tersebut masih menjaga kesuciannya dengan baik? Dan, bukankah ia mendapatkan jawaban itu di malam pertama mereka? Namun, mengapa pria ini masih berkata sesuka hatinya?

"Oh, teruskan! Aku ... oh."

Kleiner mulai meracau. Ia membuka dan menutup matanya berulang kali. Dirinya pun masih bertahan dengan posisi yang sama, di mana Vyschella berada tepat di atas tubuhnya dengan aktif memainkan peran seperti yang diperintahkan Kleiner padanya. Dengan peluh yang bercucuran, wanita cantik itu terus melakukan apa yang disukai oleh suaminya.

"Ah ...."

Desahan demi desahan terdengar dari mulut Kleiner. Ia tidak pernah memikirkan sedikitpun perasaan sang istri.

"Apakah kau masih belum cukup puas?"

Vyschella melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari waktu setempat. Setidaknya sudah dua jam lamanya, ia melayani sang suami yang seakan tidak pernah puas dengannya.

"Jangan banyak bicara! Cepat, lekatkan bibirmu di bibirku!"

Oh, semoga saja ini menjadi bagian akhir dari permainan malam ini! batin Vyschella. Ia sangat berharap Kleiner mengakhiri permainan mereka karena dirinya sudah sangat lelah.

Vyschella mendekatkan wajahnya ke wajah Kleiner, tetapi ia tidak berani melekatkan bibirnya di bibir sang suami. Pria tampan yang sedang bersamanya, sudah tak bisa menunggu lagi. Dengan cepat, Kleiner menempelkan bibirnya di bibir mungil milik Vyschella.

"Hmm ...."

Kleiner melumatkan bibir istrinya sambil terus menikmati gerakan yang diciptakan oleh Vyschella. Gerakan naik turun dengan ritme lebih cepat, tentu saja membuat Kleiner mendesah panjang.

"Ah ...."

**

Vyschella hendak membalikkan tubuhnya menghindari cahaya matahari pagi yang menyilaukan matanya. Namun, ia tidak bisa apa-apa, selain pasrah pada keadaan. Ya, seluruh tulang di tubuhnya seakan berteriak dan terlepas dari tempat yang seharusnya. Tangan kirinya pun meraba-raba ranjang kosong.

"Apakah dia sudah bangun?"

Vyschella membuka matanya dan tidak menemukan keberadaan sang suami yang telah membuat seluruh tubuhnya sakit. Bagaimana bisa, pria angkuh itu tidak pernah merasa puas terhadap dirinya?

Tak tak tak!

Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat. Vyschella tahu, bahwa itu adalah suara langkah kaki Kleiner Rutherford Stonevrustarios.

"Kau sudah bangun?"

Vyschella terkesiap melihat tubuh sempurna milik Kleiner. Pria itu berjalan menuju laci di samping ranjang. Ia mengeluarkan sebuah kartu hitam dan melemparkannya ke ranjang.

"Simpan dan pakailah sesukamu!"

Vyschella meraih sebuah kartu VVIP hitam dengan limit tak terbatas dan hanya dimiliki oleh sepuluh orang yang berasal dari keluarga kaya raya di Britania raya ini. Namun sepengetahuannya, minimal saldo yang terdapat di dalam kartu tersebut sebanyak satu juta Poundsterling.

"Tidak perlu! Aku tidak butuh!"

Vyschella melemparkan kembali kartu itu ke arah Kleiner, tetapi benda kecil yang diinginkan oleh setiap orang yang tinggal di Britania raya tersebut pun jatuh ke lantai.

"Ada apa? Apakah kurang? Berapapun biaya hidupmu, aku sanggup menanggungnya!"

Vyschella melirik tajam sang suami. Ia merasa harga dirinya telah terinjak-injak. Apakah semua orang terpandang memiliki pemikiran buruk seperti ini?

"Aku tidak membutuhkan uangmu, karena uangku masih cukup!"

Vyschella turun dari ranjang dengan selimut yang ia lilitkan di tubuhnya. Ia berjalan dengan cepat meninggalkan sang suami yang masih terkejut dengan sikap penolakan Vyschella yang menurutnya kasar.