"Hmm ...."
Kleiner bergumam, ia hendak mengubah posisi tidurnya karena pinggangnya terasa sakit. Namun, ia merasakan tangannya menggenggam sesuatu, entah apa. Perlahan-lahan, pria itu membuka mata dan melihat kedua tangannya menggenggam tangan mungil milik seseorang.
"Eh?"
Kleiner duduk tegak dan melihat dengan seksama satu buah cincin berlian melingkar di jari manis seorang wanita cantik dan dipastikan dia adalah sang istriーVyschella Ciara Demougust.
"Hmm ...."
Vyschella bergumam dan ia mengatur napasnya lalu tertidur kembali masih dengan posisi yang sama.
"Hah?! Sejak kapan aku menggenggam tangan Cia?"
Kleiner yang bingung, masih saja mengingat kembali hal apa yang telah ia lakukan sebelum akhirnya dirinya tertidur di kursi sambil menggenggam erat tangan wanitanya.
"Cia, tubuhmu akan sakit jika kau tidur seperti itu!"
Kleiner melepaskan genggaman tangannya lalu bangkit dari kursi.Pria tampan idaman para wanita itu membaringkan tubuh Vyschella dan menyelimutinya dengan lembut. Sejenak, ia menatap wanita yang kini telah menjadi istri sahnya sambil menerka-nerka.
"Siapa kau sebenarnya, Cia? Kau tahu? Aku selalu merasa tenang saat bersamamu."
Kleiner turun dari ranjang dengan pelan karena ia tidak ingin membangunkan Vyschella. Ia meraih ponselnya yang diletakkan di atas meja putih tepat di samping ranjang. Dengan cekatan, jari jemarinya menari di atas keypad ponsel keluaran terbaru buatan negeri Ginseng dengan edisi terbatas.
Tut tut tut!
Suara nada yang terdengar dari ponsel Kleiner, membuat pria arogan itu semakin tidak sabar menanti sambungan teleponnya terhubung dengan seseorang di seberang sana. Menunggu memang sangat melelahkan, bukan?
"Halo, Sahabatku!"
Suara di seberang sana menyapa dengan antusias.
"What's up, Bro? Bagaimana malam pertama dengan istrimu yang cantik jelita itu?"
Dengan satu kali napas panjang, Kleiner menjawab, "Berhenti mengolok ku! Apa kau sibuk di hari Minggu seperti ini?"
Kleiner berjalan ke bawah jendela karena ia tidak ingin mengganggu waktu istirahat wanitanya.
"Kau masih saja kaku padaku, Kley!"
Suara pria itu menyahut. Ya, dia adalah sahabat baik Kleiner yang kini menetap di ibukota RusiaーDaniel Shevchenko.
"Ya, karena kau sangat sibuk belakangan ini. Apa ada proyek yang sedang kau kerjakan?"
Kleiner bertanya karena dirinya sangat penasaran.
"Tidak juga. Sekarang, katakan ada apa sebenarnya kau menghubungiku?"
Daniel bertanya balik karena ia sudah mencurigai niat awal Kleiner sejak ia menerima panggilan telepon masuk.
Daniel Shevchenko adalah seorang psikiater lulusan universitas ternama di Moskow, Rusia. Ia merupakan salah satu sahabat terbaik yang dimiliki oleh Kleiner, karena mengingat seorang pewaris tunggal keluarga Stonevrustarios tidak pandai bergaul dan sifat itulah yang membuatnya tidak memiliki banyak teman.
"Yeah, kau memang sahabat yang peka!"
Kleiner memuji sahabatnya tersebut. Ia duduk di bawah jendela sambil membakar rokoknya.
"Kau ingat wanita kembar yang ku ceritakan padamu siang itu?"
"Ehm, ada apa, Kley?"
Daniel menantikan kelanjutan cerita cinta sang Kleiner yang arogan dan dingin layaknya gunung salju di kawasan Eropa.
"Kau tahu? Aku selalu menunggumu untuk melanjutkan ceritamu, Kley!"
"Oke, dengarkan baik-baik!"
Kleiner bersandar di jendela.
"Sore ini, aku merasakan sensasi yang luar biasa berbeda di sepanjang hidupku."
Kleiner berhenti sejenak guna mengepulkan asap rokok ke udara. Ia terlihat sangat menikmati rokoknya.
"Kau tahu? Aku masih saja mengidap phobia trauma masa kecilku hingga ke alam mimpi!"
Kleiner mempercepat penjelasannya.
"Namun aku, entah mulai kapan tepatnya, aku merasakan tenang dan damai ketika mimpi buruk mulai perlahan sirna, Daniel!"
"Kley, ceritakan detailnya padaku!"
Daniel sangat tidak sabar mendengarkan penuturan sang sahabat. Ia akan sangat bersyukur jika Kleiner memiliki sandaran hati seorang wanita yang ia yakini adalah istrinya.
"Agar aku bisa membuat kesimpulan dari ceritamu, Kley," lanjutnya.
"Well, ketika mimpi buruk itu datang, aku merasa seseorang menggapai tanganku lalu menuturkan kata-kata penyemangat yang membuatku tenang. Namun tidak hanya itu, ia bahkan menggenggam erat tanganku dan memelukku. Aku merasa ...."
Kleiner terdiam. Ia melirik Vyschella yang sedang tertidur dengan aura kecantikan yang selalu terpancar dari dalam dirinya.
"Apa kau merasa dirimu tenang dan hatimu damai?"
Daniel mencoba menerka apa yang dirasakan oleh sahabatnya.
"Jika dugaan ku benar, teruslah bersama wanita itu dan aku yakin, cepat atau lambat kau akan terbebaskan dari rasa bersalah mu dan trauma masa kecilmu, Kley! Percayalah padaku!"
"Seberapa yakinkah dirimu, Daniel? Apa kau tidak salah memberikanku saran konyol seperti itu?"
Kleiner bersikeras tidak akan membuka hatinya untuk Vyschella, karena ia masih mencintai mantan tunangannyaーVillearisa Cyra Demougustーyang kabur bersama mantan sahabatnya sendiri.
"Jangan katakan padaku bahwa kau masih berharap Cyra kembali ke pelukanmu?! Hah?!" tuding Daniel dengan nada tinggi.
"Huh! Terima kasih atas waktumu, Daniel."
"Kley, dengarkan aku! Halo! Haーhalo!"
Klik!
Kleiner memutuskan sambungan teleponnya dengan Daniel secara sepihak. Ia tidak perduli pada Daniel yang masih berteriak memanggil namanya. Gusar dan bingung adalah dua hal yang dirasakan oleh Kleiner sekarang.
Setelah menyimpan ponselnya di saku celana, kini Kleiner berpikir keras tentang kejadian sore ini yang sangat mengganggunya. Apa kau percaya pada takdir yang Tuhan ciptakan untukmu? Jika kau menjawab ya, tetapi tidak dengan Kleiner. Bagi seorang penganut Atheisme seperti Kleiner, tentunya tidak pernah menganggap akan adanya kehadiran Tuhan yang esa.
"Jika apa yang dikatakan oleh Daniel benar, aku hanya perlu mempertahankan mu, Cia! Namun, hatiku masih penuh keraguan akan dirimu. Who are you, Cia? Pertanyaan yang sama akan selalu keluar dari mulutku ketika kau menyapa hatiku dengan hangat."
Pria tampan itu bingung. Oh, ya. Siapa yang akan menerima seorang wanita asing baginya secepat ini? Bahkan bisa saja wanita asing tersebut diusir perlahan dari kehidupan seorang Kleiner Rutherford Stonevrustarios, bukan?
Byur byur byur!
Suara air gemericik di kamar mandi membuat Vyschella terjaga dari tidurnya. Ia menoleh ke kanan dan kirinya mencari-cari keberadaan sang suami.
"Oh, mungkinkah ia sedang mandi?"
Vyschella duduk dan memegang kepalanya yang masih berdenyut-denyut.
**
Kleiner membersihkan dirinya dengan cepat sebelum waktu makan malam tiba. Ia tidak mengambil cuti terlalu lama karena banyaknya pekerjaan yang menumpuk.
"Oke, aku akan melanjutkan pekerjaanku malam ini," ucapnya pelan sambil mengeringkan tubuhnya.
Brak!
Kleiner keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya. Ia berjalan menuju ranjang untuk melihat Vyschella yang ia kira masih tertidur.
"Kau sudah bangun?"
Suara berat milik Kleiner terdengar di telinga Vyschella dan membuat wanita itu terkejut.
"Ah, ya."
Vyschella menoleh dan mendapati pria tampan nan seksi sedang menatap dirinya.
Glek!
Astaga! pekik Vyschella dalam hati.
Sebagai pemuja kaum Adam, dirinya tak bisa melepaskan pandangan matanya dari air yang menetes membasahi jubah mandi pria itu. Selain garis wajah dan aroma tubuh suaminya yang melekat di benak Vyschella, otot-otot yang terbentuk di tubuh Kleiner pun tak luput dari pandangannya dan semakin membuatnya tak kuasa menahan diri.
"Apa yang kau lihat?"
Kleiner merasa ada hal aneh dari dalam diri sang istri. "Apa kau tertarik dengan otot-otot milikku ini? Dan, apa kau ingin segera menikmatinya?"
Kleiner mencoba memancing hasrat istrinya agar ia tidak perlu memikirkan alasan untuk meniduri sang istri.
Ya, apakah berhubungan layaknya suami istri memerlukan sebuah alasan khusus? Setidaknya, masih terlalu dini bagi Kleiner untuk mengakui Vyschella sebagai istri sahnya.