Chereads / MARRY THE TWINS / Chapter 7 - And I Acted Like I was Ok!

Chapter 7 - And I Acted Like I was Ok!

Asap rokok yang dihasilkan oleh Kleiner sangat menyengat dan membuat Vyschella terbatuk. Tak hanya itu, wajah wanita cantik keturunan Inggris itu pun kembali memerah.

"Uhuk ... uhuk."

Vyschella menutup mulutnya dengan kedua tangan dan kedua matanya pun masih tertutup.

Kleiner mematikan rokoknya dan membuang ke tempat yang sudah tersedia tepat di bawahnya. Ia menoleh ke arah Vyschella yang mulai membuka kedua matanya perlahan dan melihat wanita itu celingukan ke kanan dan kirinya sambil memegang kepalanya dengan tangan kanan.

"Huhh," desah Vyschella pelan, tetapi terdengar di indra pendengaran Kleiner.

"Kau sudah sadar?"

Kleiner bertanya pada Vyschella datar sambil berjalan mendekati ranjang. Ia menatap istri sahnya dengan tajam. Pria dengan tubuh ideal hasil dari nge-gym setiap weekend berdiri di sisi kiri ranjang.

"Kau, apa yang kau lakukan di dalam kamar mandi hingga terluka seperti ini? Hah?!" bentak Kleiner, ia membuka selimut yang menutupi tubuh sang istri dengan kasar. "Jangan pernah mencoba lari dari genggamanku atau keluargamu akan ku habisi!" ancamnya tanpa beranjak.

"Hah!"

Vyschella tersentak lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan kemudian membalikkan badannya membelakangi sang suami.

Sialan! Punggungnya yang halus dibalut dengan gaun tidur tipis yang menerawang mempertontonkan kemolekan tubuhnya. Jika saja dia tidak dalam keadaan sakit seperti sekarang, kupastikan akan menggaulinya, tapi tunggu! Apa itu? tanya Kleiner dalam hatinya. Ia duduk di samping Vyschella dengan niat ingin melihat tanda kecil berbentuk bulat hitam di punggungnya.

"Oh, tanda lahir," ucap Kleiner kemudian pelan.

"Ada apa?"

Vyschella membalikkan kembali badannya dan dua pasang netra indah mereka saling menatap satu sama lain.

Vyschella mengingat tentang data Kleiner yang diberikan oleh Drakeーsang ayahー juga Villearisaーsaudara kembar yang seharusnya menikah dengan pria tampan ini. Wajah yang rupawan milik pria satu-satunya pewaris keluarga Stonevrustarios terkaya nomor satu dan penguasa di ibukota. Namun, tak hanya itu pengusaha muda bernama lengkap Kleiner Rutherford Stonevrustarios sangatlah jenius. Ia berhasil menggulingkan para pengkhianat di kerajaan bisnis keluarganya hanya dalam waktu singkat dan di bawah kekuasaannya, keluarga Stonevrustarios kembali menjadi keluarga paling sukses sepanjang lima tahun terakhir.

Situasi canggung menyelimuti mereka. Kleiner mengingat kembali malam pertama yang panjang yang ia habiskan bersama sang istri. Ia tahu, bahwa ia telah menyakiti Vyschella secara fisik karena harus melayani nafsunya yang tak pernah puas, tetapi ia pun tahu meskipun mereka sudah melakukan kontak fisik pada kenyataannya mereka masih canggung antar satu sama lain.

"Sebenarnya Kakek memanggil kita ke mansionnya," ujar Kleiner datar sambil menciumi kulit leher Vyschella dengan lembut. "Apakah kau memakai parfum vanila keluaran Chanel Grand Extrait?"

"Ah, mengapa kau tidak membangunkan aku?"

Vyschella menjadi salah tingkah. Ya, wanita cantik itu salah tingkah karena ini adalah kali pertama baginya ada seorang pria yang bertanya tentang wewangian yang ia pakai di tubuhnya. Ia berusaha duduk tegak meskipun kepalanya masih terasa pusing.

"Ohh, kepalaku," keluh Vyschella sambil memijit pelan area kepalanya.

Kleiner meraih tubuh wanitanya dan membaringkan dengan pelan. Ia berkata, "Jangan paksakan dirimu jika belum pulih! Aku sudah memberitahukan Kakek bahwa kau sakit."

Vyschella memegang tangan kiri Kleiner sebagai tumpuan dan menatap kedua mata teduh milik suaminya.

"Ah, terima kasih."

"Jadi, apa yang kau pakai sebagai parfum?"

Kleiner merasa tidak puas karena belum mendengar jawaban dari Vyschella.

"Hanya parfum murahan yang kubeli di sebuah toko ketika aku berjalan-jalan dengan temanku. Zara, adalah parfum yang kupakai."

Vyschella tidak mengerti mengapa Kleiner bertanya sedetail itu, tapi apapun pertanyaan dari sang suami ia harus menjawabnya jika bisa.

Tak ada lagi jawaban ataupun pertanyaan yang diajukan oleh Kleiner. Sang istri terpaksa menoleh ke samping kirinya dan mendapatkan Kleiner tertidur dengan wajah lelah.

"Huh, sebenarnya apa yang kau lakukan hingga wajahmu tampak lelah seperti ini?"

Vyschella bertanya pada dirinya sendiri sambil menyelimuti tubuh Kleiner dengan selimut yang ia pakai. Kini, keduanya berada di dalam satu selimut yang sama.

Aku tidak melakukan apa-apa selain memikirkan dirimu, Cia, jawab Kleiner dalam hati ketika ia mendengar pertanyaan istrinya samar-samar. Aku sangat penasaran padamu dan mengapa kau tidak mengingatku? And I acted like I was ok! seru Kleiner di dalam hati dengan kecewa.

Dengan masih menutup kedua matanya, Kleiner menarik tubuh Vyschella ke dalam dekapan hangatnya hingga sang istri bisa mendengar detak jantung sang suami dengan jelas.

Perasaan apa ini? Mungkinkah cinta bisa dipupuk saat menghabiskan waktu bersama? Muncul pertanyaan aneh di dalam benak Vyschella dan pertanyaan itu pula timbul di benak Kleiner hingga akhirnya mereka terlelap dalam buaian dunia mimpi.

**

Ceklek!

Dua jam kemudian Kleiner terbangun dan membuka pintu kamarnya. Ia beranjak menuruni tangga menuju ke ruang kerja yang berada di lantai dasar mansionnya.

"Tuan, apakah sore hari seperti ini Anda juga akan tetap bekerja?" tanya Roselly tiba-tiba.

Kleiner menoleh ke sumber suara Roselly yang sudah berada di belakangnya. Dengan geram ia bertanya,

"Sejak kapan kau suka membuntutiku?"

Kleiner bertanya dengan geram kepada Roselly yang sudah mengagetkannya.

Roselly menghentikan langkahnya sejenak karena terkejut dengan pertanyaan Kleiner yang menurutnya tidak pantas.

" Maaf jika saya mengagetkan Anda, Tuan. Saya tidak bermaksud demikian."

"Kalau begitu, kau bisa memulai dengan menyapa saya dan tidak langsung mengajukan pertanyaan seperti tadi!"

"Baーbaiklah kalau begitu. Saya sungguh minta maaf," ucap Roselly sambil menunduk.

"Bagus jika kau tahu batasan-batasan di rumah ini," ujar Kleiner sambil meninggalkan kepala pelayannya.

Brak!

Kleiner membuka pintu ruang kerjanya dengan kasar. Ia mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi sang asisten.

"Ya, Tuan? Bukannya ini adalah hari libur?" tanya suara di seberang sana dengan berat.

"Apakah sepanjang hari kau hanya menghabiskan waktu untuk tidur?" tanya Kleiner ketika mendengar suara Oscar seperti suara orang baru bangun tidur.

"Ya, benar, Tuan. Jarang sekali saya bisa tidur delapan jam perhari," jawab Oscar cepat dan jujur.

"Kalau begitu saya ucapkan selamat, Oscar!" seru Kleiner geram. Oscar merupakan orang ke dua yang membuat mood seorang Kleiner rusak.

"Eh? Selamat untuk apa, Tuan?" tanya Oscar bimbang.

"Selamat karena kau baru saja dipecat dan silakan cari majikan baru yang sanggup menggajimu 26 Poundsterling perjam!"

"Tuan muda, begini ... saya tidak bermaksud mengabaikan Anda sama sekali. Lalu apa yang bisa saya lakukan untuk Anda saat ini?"

"Bawakan laporan pencarian Cyra dalam lima menit!" titah Kleiner tegas. Ia sangat tidak sabar untuk melihat hasil kerja para detektif yang baru ia pekerjakan.

"Ya, Tuan. Saya segera meluncur ke tempat Anda. Namun, di mana Anda saat ini berada?"

"Ruang kerja," jawab Kleiner singkat.

Klik!

Kleiner mematikan sambungan telepon secara sepihak dan ia membuka jendela dengan lebar. Ia menegakkan pandangan lurus ke depan dan memikirkan wanita yang saat ini mungkin masih tidur di kamar pengantin mereka.

"Aku harus memastikan kebenaran," ujar Kleiner pelan sambil menatap pemandangan di luar jendela.