Vyschella sedang berada di dalam kamar mandi tepatnya di bawah shower yang menyala. Bukan membersihkan tubuhnya atau berendam seperti biasa sambil relaksasi, tetapi ia duduk menangis sekencang-kencangnya di bawah sana agar tak seorangpun bisa mendengar isak tangisnya. Tubuh Vyschella penuh cap merah yang dibuat oleh pria yang seharusnya menjadi kakak iparnya. Bagian bawah tubuhnya pun masih terasa sakit bahkan untuk berjalan pun sangat sulit.
"Ohh, nasib baik ... kapan kau akan menghampiriku?"
Dalam Isak tangisnya, Vyschella masih berharap nasib baik akan segera datang memeluknya. Setidaknya, akan hadir hari-hari baik di dalam hidupnya. Isn't it?
Dalam kesendiriannya, benak Vyschella melayang mengingat kembali kejadian memilukan malam ituーmalam di mana dirinya menandatangani perjanjian tertulis dengan keluarganya. Ia duduk dengan kedua tangan menutupi wajah. Ia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya yang lembut terus menerus dibohongi oleh keluarganya sendiri.
"Salah siapa kau memiliki hati terlalu baik!"
Itulah perkataan saudara kembarnya yang selalu terngiang di benak Vyschella. Dan siapa yang perduli dengan nasibnya selain dirinya sendiri? Dan satu orang lagi, sang nenek yang senantiasa menunggunya di rumah sakitーGwyneth Stephany Ellenaーyang menderita lemah jantung dan memerlukan biaya pengobatan tidak sedikit di rumah sakit terbaik di London, Inggris.
Vyschella mengulurkan tangan kanannya guna menadahkan air yang mengalir dari atas kepalanya. Tubuh wanita itu sudah membiru dan kedua matanya membengkak.
Dengan tubuh gemetar, ia berkata, "Maafkan Cia, Nek. Aku belum bisa membawa Nenek pergi ke tempat yang lebih baik."
Wanita yang kini sudah berstatus sebagai istri sah pewaris tunggal keluarga Stonevrustarios harus bertahan mengikuti permainan yang sudah diatur sedemikian rupa oleh sang ayah dan saudara kembarnyaーVillearisaーyang tidak pernah mencintai Kleiner selama menjalin kasih lima tahun terakhir.
"Kau hanya perlu menjadi diriku lalu memainkan peran sebaik mungkin di depan keluarga Stonevrustarios dan khususnya di depan Kley! Terlebih lagi kau masih virgin."
Itulah perkataan Villearisa pada malam itu sebelum dirinya pergi bersama dengan selingkuhannyaーBrandon Burkeーmantan sahabat Kleiner juga anak sulung dari keluarga Burke yang terpandang.
"Kley tahu bahwa aku masih menjaga kesucian ku dan itulah mengapa kau harus menjadi diriku sebab dia suka perawan."
"Ingatlah, Cia! Jika kau ingin Papa mengeluarkan biaya untuk Nenekmu yang sakit-sakitan itu, kau harus menuruti perintah kami!"
Drake Carrington Demougustーsang ayah yang gila judi mengancam Vychella tanpa perduli pada perasaan anak gadisnya.
"Kamu tahu berapa banyak uang yang harus saya keluarkan untuk Nenek kamu?! Hah?!"
Uang adalah satu-satunya alasan keluarga Demougust menikahkan salah satu anak kembarnya dengan anak laki-laki keturunan keluarga Stonevrustarios yang terkenal di seluruh penjuru negeri sebagai orang terkaya nomor satu bahkan kekayaannya masuk ke dalam jajaran sepuluh terbesar versi majalah Forbes dan Vyschella selalu menyesali hal itu. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa karena tak ada satu orang pun yang mendukungnya di dalam keluarga Demougust.
Vyschella beranjak dari bath up dengan terhuyung-huyung. Kepalanya terasa pusing dan dunia yang ia bangun sejak kecil seakan runtuh seketika setelah ia mengingat malam kelam tepat sebelum hari pernikahan palsu antara dirinya dan Kleiner.
Prang!
Vyschella terpeleset karena kehilangan keseimbangan. Kepalanya membentur dinding kaca dan ia pun tersungkur dengan cairan berwarna merah yang keluar dari keningnya. Sontak, ia pun menutup kedua matanya.
**
Terdengar suara gaduh yang berasal dari dalam kamar mandi. Kleiner yang sedang mencari sang istri di ruang ganti, bergegas lari dan membuka pintu kamar mandi dengan paksa.
Brak!
Dengan mata yang membulat sempurna, Kleiner terkejut ketika melihat sang istri tidak sadarkan diri dan tersungkur di lantai dalam keadaan mengenaskan. Serpihan kaca berserakan dan darah segar mengalir dari kening sang istri.
Tak tak tak!
Kleiner mengambil langkah seribu menghampiri Vyschella dengan perasaan kalut. Gurat cemas terlihat di wajahnya yang tampan. Ia memeriksa seluruh tubuh Vyschella dan melihat wajah sang istri pucat pasi dengan bibir membiru dan lingkar mata menghitam. Tidak hanya itu, tubuhnya yang dingin meyakinkan Kleiner bahwa istri penggantinya itu sudah lama berada di dalam kamar mandi.
"Apa yang kau lakukan, Cia?! Kau membuatku takut."
Kleiner menggendong Vyschella dan membawanya ke kamar tidur mereka. Jantung Kleiner berdebar ketika menggendong Vyschella. Ia mempercepat langkahnya agar tidak terlambat mengobati luka di kepala sang istri.
Kleiner membaringkan tubuh Vyschella di atas ranjang yang hangat dengan lembut. Ia membuka satu persatu pakaian yang dikenakan sang istri dan mengeringkan tubuh lemah itu dengan handuk. Lalu dengan cepat, ia mengambil pakaian bersih dari lemari pakaian dan menggantinya dengan perlahan tanpa membuat Vyschella terbangun.
Setelah selesai menggantikan pakaian sang istri, Kleiner mengambil kotak obat dan mengobati luka di kepala istrinya dengan cekatan. Ia membalut kepala sang istri dengan perban.
"Huhh ...."
Kleiner mendesah pelan. Ia lega karena belum terlambat mengobati luka Vyschella.
Ceklek!
Kleiner membuka pintu kamar dan mencari pelayan. Ia berteriak dari lantai atas dengan menundukkan kepala untuk melihat siapa yang datang menghampirinya.
"Ross!"
Kleiner berteriak memanggil kepala pelayan mansionnya.
"Ross, kau masih ingin bekerja di sini atau tidak?! Hah?!"
Tuk tuk tuk!
Suara sepatu high heels terdengar sangat nyaring. Suara itu berasal dari bagian bawah mansion Kleiner.
"Ya, Tuan. Saya datang!"
Roselly berteriak dari lantai bawah. Ia segera menapaki anak tangga dengan setengah berlari. Nafasnya memburu dan wajahnya berubah tegang ketika melihat sorot mata menakutkan dari sang tuan.
Kleiner tidak berhenti menatap Roselly ketika kepala pelayan itu tiba di lantai atas. Ia melihat Roselly dari ujung kepala hingga ujung kaki lalu menggeleng.
"Aーada yang bisa saya bantu, Tuan?"
Roselly bertanya kepada Kleiner dengan wajah tertunduk. Tubuhnya gemetaran dan ia terlihat salah tingkah ketika mendapatkan tatapan mata penuh ancaman.
"Sudah berapa lama kau bekerja dengan saya?"
Itulah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut tuan pemilik mansion ini di saat dirinya geram.
"Haーhampir tiga puluh tahun, Tuan Muda," jawab Roselly terbata.
"Angkat wajahmu dan tatap saya!" bentak Kleiner dengan wajah merah padam.
Roselly mengangkat wajahnya dan menatap satu pasang bola mata indah berwarna biru. Dua bola mata ini selalu mengingatkan aku kepada seorang anak kecil yang ku rawat sejak ia baru lahir dan ku anggap seperti darah daging ku sendiri, ucap Roselly di dalam benaknya sembari mengepalkan kedua tangannya.
"Mengapa kau membiarkan istri saya terluka?" tanya Kleiner datar. Ia masih mencoba untuk tidak berteriak lagi di depan Roselly yang sudah ia anggap sebagai ibu asuhnya. "Ikut saya ke dalam!" Kleiner mengajak Roselly masuk ke kamar tidurnya.
Ceklek!
Kleiner membuka pintu tanpa menimbulkan suara. Ia melangkah masuk dengan diikuti oleh Roselly. Mereka berjalan masuk tanpa saling berbicara.
"Hah?!"
Roselly terkejut melihat kondisi Vyschella.
"Aーapa yang terjadi, Tuan muda?"
"Seharusnya pertanyaan itu yang saya lontarkan padamu, Roselly," sahut Kleiner geram. "Mengapa dia bisa terluka seperti itu?! Hah?! Jawab saya!" teriak Kleiner. "Apa saja kerjaanmu selama ini? Mengapa kau tidak bisa menjaganya dengan baik?!"
Glek!
Roselly tersentak. Kepala pelayan berusia empat puluh dua tahun itu pun membatu di tempatnya. Tak ada kata-kata pembelaan yang keluar dari mulut wanita itu. Dengan tubuh yang masih bergetar, ia mencoba membuka mulutnya dan menjelaskannya kepada Kleiner.
"Maafkan saya, Tuan muda. Saat saya membawakan makanan untuk Nona, ia terlihat baik-baik saja. Lalu, Nona meminta saya pergi dari sisinya."
"Bukan permintaan maaf seperti itu yang ingin saya dengar dari mulutmu. Namun, bagaimana kau menebus dosa ini kepada saya?!"
Tak tak tak!
Kleiner pergi meninggalkan Roselly yang masih terpaku dengan ucapan Kleiner. Pria pemarah itu meraih sebatang rokok dan menyelipkannya di sela-sela bibir tipisnya.
"Pergilah ke kamar mandi dan bersihkan serpihan kaca yang berserakan di sana!" titah Kleiner.
"Baik, Tuan muda."
Roselly beranjak dari sana dengan mata berkaca-kaca.
**
Wosh!
Asap rokok menggumpal di udara. Kleiner sangat frustasi dengan keadaan Vyschella yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Sesekali ia menoleh ke arah istrinya yang masih menutup kedua matanya.
"Siapa kau sebenarnya, Vyschella Ciara Demougust?"
Kleiner bertanya dengan frustasi dan dirinya ingin segera mendapatkan jawaban langsung dari mulut sang istri.