Setelah menghabiskan dua malam di desa, Bara dan Melati kembali ke Jakarta. Hari ini sangat penting, karena apa? Gadis brengsek yang Bara puja selama ini akan bertunangan, dan tentu saja Bara harus datang memberinya ucapan selamat.
Cinta pertama Bara, Kei. Gadis brengsek yang merubah hidup pria itu, merubah cara pandang pria itu tehadap perempuan, gadis yang menjadi alasan kenapa ia sangat membenci perempuan. Di mata Bara, semua perempuan sama saja, mereka murahan.
Klik.
Bara sedikit mendongakkan kepalanya menatap pintu kamar Samudera, dengan malu-malu, Melati keluar dari sana. Dengan make up tipis, purple short dress, dan higheels 7cm, Melati terlihat luar biasa. Dia cantik, dan berkelas. Bara tidak tahu apa ini efek lampu atau apa, kulit gadis itu terlihat putih, bersih, lembut dan bersinar, juga rambut hitam yang ia gerai...
'Damn, she's so fucking sexy.'
Bara mendekat ke arah Melati lalu memberikan kotak perhiasan yang sedari tadi ia pegang pada gadis itu.
"Ra, ini berlian?" pekik Melati kaget begitu ia membuka kotak tersebut.
Dipandanginya lagi kalung dan cincin di kotak tadi.
"Kenapa kamu memberiku ini? Aku tidak mau, itu pasti mahal!"
Merepotkan.
Bara meraih tangan Melati lalu menyematkan cincin itu di jarin manis Melati.
"Tinggal pakai saja apa susahnya sih? Kenapa berisik sekali?"
Melati merengut saat Bara memakaikan kalung itu di lehernya.
"Memangnya Kei itu kaya ya, Ra? Sampai kamu mendandani aku seperti ini,"
"Tidak juga, dia orang biasa. Karena itulah dia gila harta. Dulu, dia mutusin gue demi pria yang jauh lebih kaya, tapi sekarang gue lebih kaya dari calon suaminya itu, jadi gue mau bales dia. Gue pingin nunjukin ke dia kalau dia itu bukan apa-apa!"
Melati mengerjapkan matanya bingung.
"Maaf mengatakan ini, tapi... bukankah yang kaya itu Pak Bagaskara? Yang kaya itu orang tuamu, jadi apa yang mau kamu banggakan?"
'Oh my God. Gadis ini benar-benar aneh.' batin Bara.
"Lo itu gak punya tv apa gimana? Lo gak tau gue siapa?"
Melati menggeleng dengan santainya.
Bara langsung mengumpat dalam hati, ucapan Melati benar-benar melukai harga dirinya.
"Gue ini, Bara Putra Bagaskara! Gue pemilik saham tertinggi di Lotus Entertainment. Lo tahu LE kan? Lo tahu Antariksa? Geulyz?" dengan penuh penekanan, Bara menyebutkan beberapa group di bawah naungan agensi LE.
Bara menatap Melati lekat-lekat, jika gadis itu bilang tidak, dia akan membelikan gadis itu tv terbesar yang ada di Indonesia untuknya. Bara bersumpah dalam hati.
Melati tersenyum lebar, senyum tanpa dosa yang terlihat sangat menyebalkan bagi Bara.
"TV di rumahku hanya menyiarkan siaran berita saja, karena Kakekku suka menonton berita." jawab Melati pelan.
Bara menggeleng tak percaya. Disaat gadis-gadis di luaran sana tergila-gila dengan Boy Group asuhannya, gadis di hadapannya ini bahkan tidak tahu apapun tentang Group yang sedang naik daun itu.
Miris. Kasihan sekali.
"Lo tenang aja, nanti gue beliin TV yang besar! Lo pasti suka. Musik, drama, varshow, gue akan memperlihatkan semua itu ke lo! Bahkan, gue bisa bawa lo ke konser exclusive-nya Antariksa,"
"Konser? Apa Antariksa itu penyanyi?"
Sudah cukup. Bara merasa ia bisa gila jika terlalu lama mengobrol dengan Melati.
***
Kei terlihat cantik, seperti biasa. Pemandangan yang sungguh indah, tapi tidak juga, pria di sebelahnya itu mengotori pemandangan indah itu, di mata Bara.
Rizky, Bara sungguh membenci pria itu. Pria yang telah merebut Kei darinya. Dia adalah seorang penyanyi yang cukup populer, tapi apa hebatnya? Saat dia menua nanti, tidak akan ada yang memperdulikannya lagi. Orang-orang akan beralih ke penyanyi baru yang lebih tampan dan muda. Bukan begitu?
"Ra, kei menatapmu," bisik Melati.
"Ya, gue tahu. Ayo kita beri selamat pada mereka,"
Melati tersenyum simpul lalu melingkarkan tangannya ke lengan Bara. Mereka pun berjalan beriringan menghampiri Kei dan Rizky.
"Hai Ra, kamu datang?" sapa Kei dengan mata berkaca-kaca.
"Hai Kei, selamat!" sahut Bara datar.
Kei tersenyum simpul, lalu tak lama, ia melihat ke arah tangan yang masih melingkar di lengan Bara itu. Kei menatap ragu ke arah Melati.
"Hai, selamat ya." Melati yang sadar akan perhatian Kei padanya, langsung mengulurkan tangan satunya ke arah Kei.
Kei mengangguk lemah dan tersenyum kaku, dijabatnya tangan Melati pelan.
"Pacar baru lo, Ra?" kali ini Rizky yang membuka suara. Sialan, mendengar suaranya saja sudah membuat Bara muak.
"Ya." sahut Bara ala kadarnya
"Lo gak jadiin dia pacar cuman buat pamer ke kita kan?" sindir pria menyebalkan itu.
Melati tersenyum sinis, ditatapnya Rizky dari atas sampai bawah.
"Aku rasa, kalian tidak sepenting itu hingga Bara harus memamerkan seseorang pada kalian," kata Melati dengan anggunnya.
Bara tersenyum tipis, si polos di sebelahnya itu boleh juga, dia bisa jadi aktris jika dia mau.
"Jangan tersinggung, Nona, hanya tebakan asal," Rizky masih tidak bisa mengalihkan tatapan takjubnya pada Melati.
'Kamu lihat Kei? Pria yang kamu bangga-banggakan padaku kini sedang menatap seorang gadis dengan tatapan memuja di hadapanmu. Bagaimana perasaanmu? Oh, aku lupa. Kamu kan tidak punya perasaan.'
Tiba-tiba Kei menunduk, memperhatikan jemari tangan Melati dan jemari tangan Bara bergantian.
Ya, Bara memang sengaja memakai cincin di jarinya. Agar Kei tahu bahwa mereka sudah terikat.
"Kalian akan menikah?" tanya Kei pelan.
"Entahlah. Gak ada yang tahu tentang masa depan kan? Tapi, ya, gue mau nikahin dia. Kami sudah bertunangan sebulan yang lalu." sahut Bara asal.
Kei tersenyum, Bara tahu senyuman macam apa yang Kei berikan padanya itu. Fake smile. Bara tahu gadis itu terluka. Tapi ini pilihan Kei sendiri. Dia lebih memilih uang daripada cinta.
"Selamat," gumam Kei.
"Hm, tentu."
Tubuh Bara membeku saat tiba-tiba Kei berhambur memeluknya, membuat Melati terkejut dan melepaskan tangannya dari lengan Bara dan menjauh beberapa langkah.
Kei memeluk Bara erat.
"Selamat tinggal, Ra. Maaf," lirih gadis itu.
Bara memejamkan matanya.
"Ya, selamat tinggal Kei. Aku akan melepas kamu. Aku akan melupakanmu. Pergilah dari hidupku, sialan."
Kei tersenyum tipis mendengar ucapan Bara. Ia tidak akan menyalahkan pria itu karena membencinya. Ia tahu pasti bahwa Bara terluka dengan semua yang ia lakukan. Bara pria baik.
Kei melepaskan pelukannya lalu tersenyum menatap Bara, ia lalu beralih menatap Melati yang masih berdiri dengan canggung di sebelah Bara.
"Jagain Bara ya, Mel." ucap Kei pelan.
Melati hanya tersenyum merespon permintaan Kei. Sebagai sesama perempuan, ia bisa mengerti apa yang Kei rasakan. Terlihat jelas bahwa gadis itu masih sangat menyayangi Bara.