Suasana di restoran bintang lima masih ramai dikunjungi para tamu, tamu yang memang menginap disana dan makan malam disana yang mungkin saja malas untuk keluar mencari makan di restoran lain dan ada juga beberapa pria berdasi dan jas serta wanita yang berpakaian rapi seperti sedang menghadiri perjamuan malam. Hari itu Steward beserta keluarganya mengundang Kris Axel Lee untuk makan malam, mereka yang lama tinggal di Inggris adalah sahabat Kakeknya dulu, Steward memiliki hutang jasa pada Kakek Axel dan berhasil keluar dari kebangkrutan berkat bantuan kakeknya. Pria berdarah Inggris ini akan selalu berusaha menemui kakek Axel namun karena beliau sudah tidak ada maka Axel yang sering di jamu.
"Bagaimana usahamu, menurut anak buahku usahamu semakin menggurita?" Tanya Steward sambil melap mulutnya dengan serbet yang ada di meja makan.
"Ya aku hanya bersyukur karena aku bisa meneruskan usaha Opa dengan baik," kata Axel tersenyum data, sebenarnya dia malas untuk makan malam seperti ini, namun karena tadi siang mereka meeting dan Steward meminta dia untuk bekerja sama mengakuisisi hotel di Singapura, agar Olivia anaknya bisa mulai belajar berbisnis setelah dia lulus dari salah universitas di Inggris, membuat Axel harus menghadiri jamuan makan malam ini.
"Aku juga berterima kasih karena mau membantu Olivia," katanya tersenyum penuh arti.
"Kami teman dari kecil, aku sudah menganggapnya adik sendiri mana mungkin aku tidak akan membantunya," kata Axel dengan nada masih datar.
"Hahahaha, syukurlah kalau kau menganggapnya begitu," Steward melirik kearah putri tunggalnya yang tertunduk kesal, karena Axel hanya menganggapnya adik padahal dia berharap lebih.
"Hmmm ngomong-ngomong kau akan kapan menikah, maaf bukan aku mencampuri urusan pribadimu," kata Steward yang sebenarnya tidak enak hati menanyakan ini, namun Olivia memintanya tadi.
"Aku belum tahu," kata Axel malas menjawab.
"Maaf, usiamu sudah cukup untuk menikah bukan Axel, pasti Kakekmu akan senang kalau kau memiliki momongan dari wanita yang sederajat denganmu," kata Alice istri Stewart menimpali omongan suaminya.
"Kau benar usiaku memang cukup untuk menikah, tapi Opa bukan orang yang senang memaksakan kehendaknya padaku. Bahkan ketika aku katakan niat ku untuk masuk fakultas kedokteran, ia malah mensuportku walaupun aku berpikir kembali, kasihan Opa kalau usahanya tidak ada yang meneruskan apalagi dia membangunnya dengan susah payah," kata Axel menjelaskan bagaimana sikap Kakeknya pada dirinya.
"Bisa kita bicara masalah lain, aku tidak suka orang luar mencampuri urusan pribadiku," kata Axel sambil menatap Steward dan Istrinya bergantian.
"Oooh maaf kami tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman," kata Steward buru-buru, karena Axel bisa merubah apapun yang dia inginkan jika menyinggung perasaannya dan Steward tahu itu, sifat yang dibawa dari kakeknya sama persis dengan Axel.
"Jadi kapan kita akan mendatangi hotel yang kalian maksud, aku tidak ingin bekerja sama seperti membeli kucing dalam karung, lagi pula urusanku masih banyak." Kata Axel pada Steward sekaligus tidak melebarkan pembicaraan ke masalah lain.
"Bagaimana kalau hari jumat besok kak, kakak temani aku dulu di Indonesia, aku kan sudah lama tidak kesini," pinta Olivia dengan gaya manjanya sambil merangkul pergelangan tangan Axel.
Axel tersenyum lalu melepaskan tangan Olivia perlahan dari pergelangan tangannya.
"Seperti aku bilang tadi, aku sibuk dan bukan orang yang santai jadi kalau untuk menemanimu berlibur di Indonesia aku tidak bisa," katanya tegas.
"Sabtu minggu itu hari pribadiku, aku tidak ingin diganggu oleh siapapun, lagipula aku tidak pernah berbisnis di hari weekend, jadi kalau memang masih ingin aku bekerjasama untuk mengakuisisi hotel itu, mengapa tidak malam ini saja lita ke sana dan lusa kita bisa pulang karena hari kamis aku harus ke Malaysia," kata Axel menjelaskan jadwalnya yang padat.
Olivia terdiam, ibunya bisa melihat jelas rasa kesal pada putrinya itu, walau sudah berusia 25 tahun Olivia sangat manja. Sebenarnya Steward memintanya untuk mengurus hotel di Inggris saja, namun Olivia menolak dia ingin dekat dengan Steward, namun karena ada hotel di Singapura yang bisa diakuisisi akhirnya Steward mengalah demi keinginan anak bungsunya itu.
"Baiklah aku minta anak buahku untuk menyiapkan pesawat pribadiku agar kita bisa berangkat sekarang," kata Steward yang tentunya tidak ingin kehilangan uang milyaran jika menunda keinginan Axel.
"Kita pakai pesawat masing-masing saja karena aku dari sana akan langsung ke Malaysia," kata Axel menelepon sekretarisnya untuk menyiapkan segala keperluan nya, hal yang sudah biasa dihadapi oleh Nadia yang sekaligus orang kepercayaannya itu.
Nadia:
"Jadi anda akan berangkat malam ini Pak? Apakah tidak ingin ada barang lain yang dibawa selain pakaian dan dokumen yang akan anda bawa ke Malaysia?" Tanya Nadia karena uang dipersiapkan olehnya adalah untuk keberangkatan ke Malaysia.
Axel:
"Saya hanya ingin melihat apakah hotel itu pantas kita Akuisisi atau tidak, jadi tidak perlu menyiapkan berkas lainnya," kata Axel menjelaskan.
Nadia:
"Ooohhh begitu, baiklah kalau begitu untuk pakaian apakah sudah cukup yang di dalam koper Pak?" Nadia bertanya mengingat Axel menambahkan hari untuk perjalanan.
Axel:
"Aku rasa cukup, aku bisa membelinya jika kurang katanya, seperti bisa Axel akan membawa Erik, pengawal pribadinya yang bisa diandalkan jika dia pergi keluar negeri yang juga merupakan teman SMAnya.
Nadia:
"Baik Pak semua sudah disiapkan berarti anda bisa berangkat malam ini, semua kru sudah siap," jawaban Nadia memberikan rasa puas pada Axel lalu dia menutup panggilannya. Tak butuh waktu lama Nadia sudah mengirimkan waktu keberangkatan untuk Axel
Nadia tidak menanyakan soal Aisyah karena itu urusan pribadi dan dia yakin Axel sudah memberi tahunya.
**
Pagi Aisyah seperti biasa sudah selesai mandi, dia bersiap untuk berangkat ke kantor Axel. Tidak adanya berita dari Axel membuatnya memilih untuk mendatangi tempat Axel bekerja, karena dia tidak ingin dimarahi jika datang ke kantornya walaupun sekarang dia sudah menjadi kekasihnya. Mengingat itu Aisyah hanya tersenyum kecut.
"Bagaimana bisa aku disebut kekasih jika aku hanya ada secuil dalam pikiranmu," katanya kembali menarik nafasnya kali ini lebih panjang dari tadi lalu membuangnya kasar.
Aisyah menarik gagang pintu lalu keluar dan menutupnya kembali.
"Pagi Bu," Aisyah menyapa ibu pemilik kos yang sedang merapikan halaman depan.
"Pagi juga, bagaimana kemarin sidangnya?" Tanyanya penasaran.
"Lancar bu," kata nya tersenyum.
"Syukurlah, sekarang kau mau kemana?" Melihat tidak menggunakan pakaian seragam kerjanya tapi menggunakan rok panjang dan sweater serta tas kecil yang ia selempangkan, membuat ibu kosnya penasaran.
"Ke Tempat kerja bu, Mau memperpanjang izin cuti, soalnya Kakek saya meminta untuk pulang beberapa hari, jadi saya pikir tidak ada salah saya pulang dulu," kata Aisyah yang dijawab dengan senyuman oleh ibu Kosnya tanda dia paham.
Setelah itu ojek onlinenya datang, Aisyah pamit meninggalkan halaman kosannya.