Chereads / The Barista's Love Coffee / Chapter 21 - Kepulangan Aisyah

Chapter 21 - Kepulangan Aisyah

"Akhirnya kamu pulang juga neng." Aisyah tersenyum mendengar ocehan neneknya karena dia sangat jarang pulang, padahal jarak tempuh Jakarta-Bandung tidak terlalu jauh.

"Maaf Nek, Nenek kan tahu aku kuliah sambil kerja," katanya membela diri.

"Iya tahu, lagi pula siapa yang nyuruh kamu kerja kakekmu masih sanggup membiayai kamu kuliah kok," katanya lagi.

"Sudah-sudah yang penting Ais sudah sampai disini." Kakeknya yang baru keluar dari kamar berusaha melerai istri dan cucunya itu.

"Ehhh ini siapa meni manis," Mira melihat ke arah belakang Aisyah.

"Ampun sampai lupa, ini Ella Nek, sahabat aku di kampus nona manis dari Ambon," kata Aisyah memperkenalkan Ella yang sedari tadi berdiri dibelakangnya.

"Kalian sekarang istirahat dulu, cape kan pasti di perjalanan Nenek sedang sibuk di dapur buat mempersiapkan rencana syukuran kamu besok, nanti makan siang kalau sudah siap nenek kasik tahu ya," Mira berkata sambil menepuk punggung cucunya.

Baru saja Mira menutup pintu tiba-tiba pintu diketuk oleh seseorang.

"Siapa Nek?" Tanyanya sambil menatap kearah pintu.

"Tidak tahu, sudah kalian istirahat saja, biar Nenek yang bukakan,"  katanya sambil berjalan kearah pintu, sementara Aisyah membawa Ella menuju kamarnya.

Mira berjalan ke arah pintu rumahnya lalu mengintip dari jendela

"Ngapain si Encep kemari?" Ia berguman heran.

"Selamat siang ambu cantik, gimana kabar?" Tanya Encep begitu pintu rumah terbuka. Belum sempat Mira menjawab pria bernama Encep itu sudah berusaha masuk dan seperti mencari sesuatu dia lalu menatap Mira.

"Calon istri saya mana ambu?" Katanya Sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang besar-besar.

"Calon Istri Kamu? siapa?" Tanya Mira bingung.

"Ih si ambu mah, itu Aisyah saya sudah bilang sama bapak saya begitu Aisyah pulang dia harus melamar untukbl saya, tenang nanti, kebun Ambu saya bantu untuk digarap," katanya dengan percaya diri.

"Kamu keluarnya Cep dari rumah saya, enak aja main nyelonong, kalau kamu mau sama cucu saya, si Esih Istri kamu mau dikemanain?" Mira langsung emosi mendengar anak rentenir kampung ini berkata seenaknya.

"Iiih itu mah gampang laki-laki mah mo nikah lagi gak wajib izin istri, lagian siapa sih yang menolak pesona saya, ganteng kaya lagi," katanya dengan sombongnya.

"Eh biar kamu ganteng sedunia saya gak sudi punya menantu kaya kamu," kata Mira emosi.

"Ihhh situ gak mau gak apa-apa, tapi Aisyah gak mungkin nolak saya." Perkataan Encep membuat Mira tertawa terbahak-bahak.

"Kamu terlalu percaya diri Cep, cucu saya sudah punya calon suami Pria kaya dari kota, ganteng," Mira berkata dengan sangat yakin, agar Encep yang anaknya rentenir itu pergi dari hadapannya.

"Saya Saya tidak percaya kalau bukan Aisyah yang mengatakannya sendiri, lagipula Saya sangat yakin kalau Aisyah itu pasti akan menyukai saya dan mencintai saya," katanya sambil merapikan rambutnya yang klinis dengan tangannya.

"Jangankan Aisyah, aku saja malas melihatmu yang katrok," kata Mira sambil mendelikkan matanya, dia benar-benar tidak suka sama Encep itu.  Gadis desa di sini semua di godanya, istrinya juga tidak hanya satu tapi lebih dari tiga. Entah mengapa dia masih mau mencari yang lain, katanya sih biar genap menjadi 4 agar bisa menjalankan sunnah nya Rasul. Rasul sih adil dan beliau menikahi wanita tersebut karena menolong dari perbudakan dan kesusahan, sedangkan Encep malah menyusahkan para istri belum lagi anak-anaknya yang tidak terawat. Mana  yang di Agoda adalah wanita-wanita cantik, sedangkan Encep akan meninggalkan perempuan tersebut jika sudah bosan.

"Pergi sana, jangan  kesini-sini lagi, aku malas melihat kamu," kata Mira sambil mengusir dan mengambil sapu yang ada di dekat.

"Pergi tidak, kalau kau tidak mau pergi maka aku tidak akan sungkan  memukul dengan Sapu ini karena sudah membuat keributan di rumahku," kata Mira sambil mengacungkan sapu ke arah Encep.

"Ih si Ambu meni galak, saya kan cuma mau ketemu sama calon istri saya," kata Encep tetap memaksa ingin bertemu dengan Aisyah. Mendengar suara ribut-ribut di halaman depan Sulaiman suaminya Mira kakek Aisyah,  keluar dari dalam rumah.

"Ada apa Bu? kau berisik sekali?" Tanya Sulaiman sekaligus bercampur heran karena ada Encep disana

"Mau apa kamu kesini?" tanya Sulaiman tanpa basa basi, sambil menatap ke arah encep yang masih saja cengengesan  memperlihatkan gigi-giginya yang besar.

"Ini dia ngaku-ngaku calon istrinya cucu kita pak,  ih amit-amit walaupun cuma tinggal dia  satu-satunya laki-laki di muka bumi, cucuku aku tentu saja tidak akan rela menikahkan cucuku denganmu," kata Mira sambil bertolak pinggang.

"Kamu kan sudah punya istri, sudah punya anak aku tidak akan membiarkan cucuku menikah dengan pria yang sudah  beristri, lagipula saat ini dia sedang istirahat capek jadi nggak bisa ketemu kamu.  Lebih baik sekarang aku sarankan kamu untuk pulang ke rumah ya, tidak perlu datang-datang kemari lagi yang jelas lamaranmu kutolak," kata Sulaiman sambil menatap ke arah Encep.

"Lho kok gitu Bah?" Katanya tidak terima dengan perkataan Sulaiman.

"Aku cuma terima mantu bujang, bukan yang sudah punya istri," kata Sulaiman menjelaskan penolakannya.

"Gampang itu mah Bah, saya tinggal ceraikan istri saya, demi Aisyah," katanya lagi seenaknya berkata.

"Memang kamu pikir kalau kamu menceraikan istri kamu, kami akan menerimanya kami gak terima Duda, kami terimanya bujang.lagi pula kan saya bilang Aisyah sudah punya pacar, sudah sana pergi dari sini sebelum gagang sapu ini melayang kearahmu," kata Mira kembali mengacungkan sapunya lagi.

"Lihat saja bah, ambu Aisyah begitu ketemu saya langsung jatuh cinta sama si Encep yang paling ganteng se antero desa ini," katanya sambil meninggalkan halaman rumah Sulaiman.

Sementara itu Axel yang baru saja landing sepertinya sudah tidak sabaran ingin segera menemui kekasihnya, apalagi sudah beberapa hari dia tidak berkomunikasi dengan Aisyah karena ponselnya tertinggal dan apesnya lagi dia tidak hafal nomor telepon Aisyah sehingga dia tidak bisa berkomunikasi menggunakan ponsel yang lain, sedang kan menyuruh Nadia juga tidak mungkin, karena selama dia di luar negeri Dialah yang bertanggung jawab menggantikan Posisinya.

"Sekarang kita kemana Bos?" Tanya Erik ketika mereka sudah didalam mobil.

"Ke Kantor, aku mau mengambil ponselku yang tertinggal," katanya yang membuat Erick sedikit heran.

"Bukankan Ponselnya dia bisa suruh orang kantor mengambilnya?" Pikir Erik dalam hati, dia tidak mungkin berani mengungkapkan.

"Siap Bos." Mereka lalu melaju menuju dimana kantor Axel berada. Axel sepertinya sudah tak sabaran , ingin mengambil ponsel yang tertinggal.

"pasti Aisyah susah menelepon ku berkali-kali," Katanya dengab percaya diri

Dengan tergesa-gesa Axel keluar dari mobilnya tanpa menunggu Erik Membukakan pintu untuknya, dia justru sudah ngacir dengan setengah berlari.