Seperti Orang yang dikejar setan Axel berlari menuju lift untuk menuju ruangan kerjanya, sementara beberapa pasang mata memandangnya bingung dan heran, karena tidak pernah bos besarnya melakukan hal konyol seperti itu.
"Nadya," panggilnya sambil mendekat kemeja dimana Nadya berada. Nadya yang sedang sibuk memperhatikan laporan yang diberikan, terkejut karena namanya dipanggil.
"Lho Bapak kok langsung ke kantor,? Tidak langsung pulang?" Tanyanya Nadya heran.
"Iya, kenapa? Aku kesini hanya ingin mengambil Ponselku. Oh iya aku lupa mengabarkan pada Aisyah kalau aku ada pekerjaan dadakan dan baru sadar kalau ponselku tertinggal setelah di pesawat," katanya sambil melihat sambil mengecek ponselnya yang diberikan oleh Nadya.
"Dia pulang kampung." Jawaban Nadya membuat Axel terdiam.
"Maksudmu, kamu serius?" Tanya Axel tidak yakin dengan apa yang dia dengar.
"Serius Pak, katanya mumpung dia baru Lulus dia minta izin pulang kampung karena karena kakeknya memintanya pulang," Nadya kembali menjelaskan perkataannya.
"Kamu izinkan?" Tanya Axel yang membuat Nadya menarik nafas.
"Ya saya izinkan lah, lagi pula bapak kan juga lagi di luar negeri saya kira bapak mau pulang lebih lama, karena Asyik berkencan dengan anak kolega bapak," Kata Nadya sewot mengingat kelakuan Olivia yang suka merendahkan dirinya.
"Saya kerja Nadya bukan sedang membuat senang orang gak penting dalam hidup saya, dan kok kamu gak bilang?" Tanya Axel sambil Mengecek ponsel miliknya, namun dia menarik nafas panjang karena hanya dua panggilan dari Aisyah tanpa meninggalkan pesan.
"Kamu kasih tahu kalau ponsel saya tertinggal?" Tanya Axel sambil pandangannya tidak berubah dari ponselnya.
"Dia menelepon saya dan mengatakan sudah menelepon anda, namun tidak diangkat, lalu saya ceritakan kalau ponsel anda tertinggal dan saya mengatakan akan menelepon mengabari Anda, namun ketika menelepon saya saya tidak pernah diberi kesempatan untuk berbicara, hanya harus mendengarkan, setelah selesai memerintah teleponnya dimatikan tanpa mengucapkan salam, jadi kalau begitu saya yang salah?" Perkataan Nadia membuat Axel tersenyum kecut, apa yang dikatakan Nadia memang benar adanya.
"Ini Alamat rumahnya kakek dan Nenek Aisyah, siapa tahu Bapak perlu, saya minta karena saya khawatir ditempat Aisyah tinggal, sinyalnya kurang bagus," kata Nadia beralasan, walaupun dia tahu kalau Bos besar yang berdiri di depannya, bucin akut pada Nona Barista.
***
Sementara itu Aisyah da Ella sedang duduk-duduk di sebuah gubuk dekat pematang sawah, sambil menikmati angin sepoi-sepoi.
"Wahhh kalau suasana seperti ini aku hdd malas pulang ke jakarta," oceh Ella sambil menikmati hembusan Angin ke wajahnya.
"Memangnya kau mau jadi petani?" Goda Aisyah pada Ella.
"Osh kau ini, buka begitu tapi menikah dengan orang kaya disini hahaha," perkataan tak jelas Ellah membuat Aisyah geleng-geleng kepala.
"Neng Aisyah," suara seorang pria berlari ke arahnya dengan baju kemeja putih dan celana hitam seperti orang hendak training kerja di pematang sawah, membuat Aisyah menatap aneh dan kemudian Aisyah dan Ella tertawa terbahak-bahak karena pemuda itu terjatuh terpeleset ke sawah yang baru selesai dibajak.
"Neng Aisyah bantuin Akang atuh, masa calon suami jatoh diketawain," kata pemuda itu dengan wajah menahan kesal dan malu.
"Kamu siapa, bilang saya calon suami?" Tanya Aisyah masih tak henti tertawa karena melihat pria itu yang penuh dengan lumpur wajahnya dan bajunya pun sudah berubah coklat sebagian.
"Ehhhh maneh datang deui, ngaku-ngaku calon istri incu kami, indit siah," tiba-tiba Mira susah berdiri di samping Aisyah.
(Eeeh kamu datang lagi, ngaku-ngaku calon istri cucu kami, pergi sana).
"Iiih Ambu jangan gitu, kaji teh saling cinta, iya kan Neng cantik pujaan Akang," katanya sambil tersenyum-senyum yang membuat Ella malah tertawa terbahak-bahak.
"Siapa kang yang saling cinta? Saya gak kenal akang apalagi cinta?" Balas Aisyah yang memandang Aneh pada pria penuh lumpur seperti manusia swamp thing manusia rawa.
"Ih Saya Encep dulu saya sering main dengan kamu lagi kecil, saya anak Juragan Badrun, orang kaya di desa ini," katanya sambil menepuk Dada.
Oooh Encep yang kalau bermain sok ingusan yah ihh jijik saya kalau inget, kamu kalau disuruh pulang bersihin ingus suka gak mau kan?" Kata Aisyah yang membuat Ella langsung mengeluarkan suara seperti orang muntah.
"Sudah dengar kan dari incu saya kalau kamu ditolak, jadi awas kalau ganggu lagi," kata Mira sambil bertolak pinggang karena kesal.
"Ayo neng Kita makan, tadi Nenek sudah panggil Kakek kamu untuk makan." Aisyah lalu membantu Mira melepas ratang dari kaitannya.
"Itu kata Ambu, mana saya belum denger kata Aisyah," Encep masih ngeyel saja yang membuat Mira ingin melemparnya dengan batu tapi itu tidak mungkin karena dua bodyguardnya ada disampingnya dan tadi yang membantu Encep keluar dari kubangan lumpur sawah.
"Maaf Kang Encep saya gak bisa menerima lamaran kang Encep karena saya gak cinta sama kang Encep," kata Aisyah dengan suara lantang.
"Ahh kamu bohong pasti, gak mungkin kamu bolak orang paling keren dan kaya seperti saya, saya tahu kamu takut kan sama Ambu, kamu tidak perlu takut nanti saya yang akan melindungi kamu dari Ambu kamu yang galak itu," kata Encep masih saja ngeyel yang membuat Ambu dan Ella memelototkan mata, karena tanpa rasa hormat dia sudah menghina Mira.
"Kang Encep Amvu saya ini orang paling baik sedunia dan dia juga tidak pernah galak sama saya, untuk apa saya minta perlindungan orang lain kalau kakek dan Nenek saya amat menyayangi dan menjaga saya dengan baik," kata Aisyah tidak terima dengan perkataan Encep tentang Kakek dan Neneknya.
"Trus kenapa atuh tidak mau dengan saya, kurang apa lagi saya?" Katanya masih ngotot.
"Maaf kang, saya gak cari yang ganteng gak cari yang baik saya cari pria yang belum beristri saya gak mau disebut perempuan perusak rumah tangga orang lain," Kata Aisyah mulai kesal dan memberikan penjelasan mengapa dia menolak Encep.
"Itu mah gak usah dipikirin, kan yang melamar saya, bukan kamu yang datang menggoda saya lagi pula kalau kamu menikah dengan saya, saya akan menceraikan istri-istri saya yang lainnya demi kamu," katanya lebih berapi-api dan pantang mundur yang justru membuat Mira, Ella dan Aisyah kesal.
"Maaf kan saya juga udah punya pacar, orang kota, jadi maaf ya tolong jangan ganggu saya?" Perkataan yang terakhit membuat udin terdiam sejenak.
"Neng pasti bohong walaupun punya pasti tukang bebersih, bahasa kerennya OB, mening ama saya duduk manis dapat duit," kata Encep yang membuat mereka bertambah muak pada Encep.
"Peduli apa pekerjaanya yang pasti saya cinta sama dia," kata Aisyah mulai kesal.
Baru saja Encep hendak berkata Sulaiman dan para petani lainnya sudah berdiri mengelilingi Encep dan bodyguardnya dengan membawa cangkul dan parang karena habis membajak sawah.
"Kamu gak denger apa kata cucu saya Ncep, jadi pergi sekarang juga atau," Sulaiman menjeda perkataannya namun mendekat pada Encep yang membuat ia dan Bodyguardnya lari tunggang langgang.