Chereads / The Barista's Love Coffee / Chapter 24 - Calon Istri

Chapter 24 - Calon Istri

"Kita mau kemana Xel?" Erik bingung karena mereka baru saja sampai dan jujur saja tubuhnya sangat lelah.

"Ke Bandung," katanya membuat Erik yang baru menyalakan mobil menengok ke belakang kursi dimana Axel menyandarkan tubuhnya di sandaran jok mobil.

"Aku mau jemput Aisyah pulang," katanya sambil memejamkan matanya.

"Aisyah, Aisyah siapa?" Erik tidak pernah tahu siapa Aisyah karena untuk urusan pribadi dia tidak pernah mencampuri kecuali jika Axel meminta.

"Calon istriku lah kamu pikir aku mau menjemput jauh-jauh orang yang gak penting dalam hidupku," katanya kesal karena Erik banyak bertanya.

"Serius?" Tanya, punya Erik tersenyum mendengar jawaban dari Axel.

"Kau pikir aku sedang bercanda denganmu,"  katanya dengan ada Ketus.

"Bukan itu, aku tahu dirimu," kata Erik Sambil tertawa

"Sudah pokoknya cepat antarkan aku ke alamat yang aku berikan tadi padamu, jangan banyak bertanya kau kubayar bukan untuk banyak bertanya," kata Axel sambil kembali memejamkan matanya.

"Siap bos jalankan," Saut Erik sambil tetap tersenyum. Bagaimana Erik tidak tersenyum Axel  yang tidak pernah tertarik dengan yang namanya pernikahan, kali ini berbicara tentang seorang perempuan dan dia mengatakan bahwa itu adalah calon istrinya, namun  tadi dia dengar sendiri langsung dari mulut Axel bawa Ia serius dengan perkataannya, maka memang benar adanya. Axel tidak berbicara kosong apalagi yang menyangkut dengan masalah kehidupannya.

Jalanan terasa lama menurut perasaan Axel Ia lalu melihat kembali ke jam di tangannya.

"Harusnya tadi kita pakai helikopter saja, biar lebih cepat sampai,"  katanya bergumam pada dirinya sendiri.

"Lalu kau mau mendarat di mana? Di sana ada helipad atau ada lapangan luas? Memangnya kau sudah pernah ke sa?"  kata Erik menanggapi gumaman dari Axel.

"Ck, kau ini. Sudahlah kau bisa naikkan  speednya agar kita bisa lekas  sampai, kau bawa mobil mewah seperti bawa odong-odong saja." Axel sepertinya benar-benar tidak sabaran.

"Tergantung jalan Bos, hari ini lumayan padat jadi bersabarlah pasti anda akan sampai, lebih baik kau tidur daripada banyak bicara," kata Erik mulai kesal menanggapi omongan dari Axel yang sepertinya sangat ingin cepat sampai.

"Seharusnya kamu membeli pakaian Iron Man, agar kau bisa lebih cepat sampai ke sana," gumam Erik yang langsung mendapatkan toyoran di kepala dari Axel.

Erik mulai memasuki daerah perkampungan, sawah hijau serta gunung yang berada di sisinya membuat pemandangan semakin memanjakan matanya. Walaupun di daerah perkampungan, jalannya sudah bagus karena sudah beraspal dan sebagian malah sudah dicor juga,  jadi tidak mempersulit mobil yang ia bawa untuk menuju ke tempat Aisyah. "Seharusnya dia bilang kalau mau ke daerah seperti ini kita, jangan naik mobil seperti ini. Dasar bodoh," kata Erik dalam hati.

Erik lalu menghentikan mobilnya, sementara Axel masih tertidur di belakang.

"Ini alamatnya di sebelah mana," Erik berbicara  pada dirinya sendiri, ia akhirnya memilih turun  ketika melihat seorang bapak sepertinya baru pulang dari sawah segerabiq menghampiri.

"Maaf pak, punten," katanya menyapa bapak itu, Bapak tersebut melihat Erik yang turun dengan pakaian rapi serta berwajah tampan, dia membalas senyum Erik

"Ya," jawabnya sambil mengerutkan keningnya," ini pasti orang kota," pikirnya dalam hati.

"Ada apa Den, ada yang bisa saya bantu," membalas panggilan Erik dengan sopan.

"Saya mau menanyakan alamat ini Pak, Bapak tahu alamat ini di sebelah mana? karena jujur saja saya bingung," kata Erik sambil menunjukan alamat yang dimaksus.

"Oh itu mah masuk sebelah sana, nanti di ujung sana ada jalan ke kiri,  belok terus. Jalan saja terus  nanti ada rumah yang halamannya luas disebelah kanan jalan itu  rumahnya Pak Sulaiman, kakeknya Neng Aisyah," kata bapak tersebut sambil tersenyum.

"Terima kasih banyak Pak, untuk informasinya. Hatur nuhun," katanya sambil kembali masuk ke dalam mobilnya.

"Ngapain kamu  turun di sini?"  tanya Axel.Rupanya dia sudah terbangun.

"Menanyakan alamat yang kau beri, aku kan tidak tahu ini ada di mana," jawab  Erik kesal karena Axel bangun malah langsung mengomel.

"Bisa gunakan GPS kan," kata Axel menganggap Erik bodoh karena harus bertanya pada orang.

"Itu kau tidak perlu kasih tahu, bagaimana aku bisa sampai di sini kalau tidak menggunakan GPS. Tapi alamatnya hanya sampai di sini nih. Mana tidak ada nomornya rumahnya lagi, hanya  ada RT RW saja," kata Erik sambil menyalakan mobilnya 

Menuju ke alamat yang Axem beri. "makanya aku tadi bertanya dulu sama bapak itu ini rumahnya, Pak Sulaiman." Kembali Erik menjelaskan sambil menjalankan mobilnya.

Siapa pak Sulaiman," tanya Axel , kali ini dia yang bingung. 

"Pak Sulaiman itu kakeknya Aisyah, gimana sih sama calon mertua gak tau,"  kata Erik meledek Axel, sepertinya bosnya ini otaknya sudah konslet jadi  tidak bisa  berpikir dengan baik.

Axel Hanya diam mendengarkan perkataan dari Erik.

"Belokan yang mana ini,  bikin pusing aja nih, Bapak tadi bilang  belokan pertama, tapi tadi jalannya  kecil. Mana mungkinlah mobil ini masuk, tadi  bilangnya jalannya besar,"  Erik  kemudian terus melajukan mobilnya. Sementara Axel di belakang sedang mengirim pesan pada Aisyah dan menanyakan keadaannya, tapi Aisyah tidak menjawab, dilihatnya kembali teleponnya masih ceklis  2 namun belum berubah menjadi biru yang artinya Aisyah belum membacanya.

"Kamu lagi ngapain sih Aisyah," kata Axel bergumam pada dirinya sendiri.

"Oh mungkin belokan ini, coba kita tanya lagi,nah ada ibu-ibu sedang merumpi aku tanya dulu lah siapa tau mereka tahu.  Erik kembali menghentikan mobilnya, namun kali ini Axel tidak berkata apa-apa, Dia hanya melihat Apa yang dilakukan oleh Erik.i

"Punten Ibu-ibu sekalian Saya mau tanya kalau rumahnya Pak Sulaiman yang mana ya? kakeknya Neng Aisyah."  kata Erik Bertanya dengan sopan. Melihat pria yang menghampiri mereka sangat tampan dan terlihat seperti dari kota, mereka langsung seperti orang yang terhipnotis dan berusaha untuk merapikan diri mereka masing-masing.

"Aden siapanya Pak Sulaiman," kata seorang ibu balik bertanya.

"Teman cucunya dari kota, ada perlu sama cucunya Pak Sulaiman yaitu Aisyah," jawab  Erik lagi

Seperti makanan manir, Erik tidak lama langsung dikerubuti oleh ibu yang memang sedang berkumpul di sekitaran tempat itu.

"Kasep,"  kata salah seorang ibu melihat pada Erik, sementara Axel yang melihat dari mobil hanya bisa tertawa, karena sepertinya Erik mulai kebingungan karena dia dikelilingi oleh ibu-ibu yang sedang merumpi tadi, bahkan yang tidak merumpi pun ikut mengelilinginya.

"Saya temannya dari kota, ada yang bisa tolong kasih tahu di mana rumahnya Pak Sulaiman," katanya Erik berusaha agar ibu itu tidak semakin mendekat padanya, bahkan sudah ada yang berani menyentuhnya.

"Hau ada apa ini?" tiba-tiba seorang perempuan menyibak keramaian tersebut dan mengusir ibu-ibu itu untuk jauh dari Erik.

"Nanya-nanya Aisya, kayak artis aja si Aisyah teh dicari-cari,"  katanya perempuan tersebut seperti tidak suka.

"Eh meni kasep (eh zampan amat),ketika dia melihat wajah Erik

"Saya temannya Aisyah Teh,  Bisa tolong tunjukkan di mana rumah Aisyah atau Pak Sulaiman karena ini sangat penting sekali ," katanya bertanya yang sama seperti pada ibu-ibu tadi.

"Tapi kalau teteh tidak tau tidak apa-apa, nanti saya tanya aja sama yang lain saja," katanya Erik lagi berusaha pergi karena dia mulai merasa tidak suka dengan sikap perempuan tersebut.

"Rumah Aisyah mah di belah sana tuh, yang halamannya luas Den lurus aja nanti juga ketemu," teriak salah satu ibu-ibu karena kesal melihat perempuan yang tadi mengusir mereka.

"Oh makasih ya Bu, baik kalau begitu saya permisi," Erik bergegas untuk kembali naik ke dalam mobilnya.

"Meni kasep (cakep banget) Nggak mungkin lah kalau teman Aisyah mah, Aisyah kan kampungan. Harusnya cari aku, gadis paling cantik disini, eh gadis kemaren abis gituan sama pak mandor, pak mandor aja mau  yang duitnya banyak sama saya," kata perempuan itu bergumam pada dirinya sendiri.

"Kau kalau tinggal di sini sepertinya akan menjadi pria tertampan dan banyak digandrungi wanita," ledek Axel ketika Erik menaiki kembali mobilnya.

"Kau tidak usah banyak omong, gara-gara kamu  kurang  kerjaan aku yang susah,"  kata Erik sambil menyalakan mobilnya lalu meninggalkan tempat tersebut sementara ibu-ibu tersebut malah melambaikan tangannya pada dirinya.

Tidak butuh lama mobil Mereka pun akhirnya sampai namun di depan halaman rumah Aisyah, tampak ada mobil Kijang lama yang juga sedang bertamu di rumah Aisyah.