Chereads / The Barista's Love Coffee / Chapter 15 - Ulah David, Tonjokan Axel

Chapter 15 - Ulah David, Tonjokan Axel

Axel bergegas keluar dari unit Apartemennya, jika dibiarkan David tidak akan pergi sebelum apa yang diinginkan olehnya didapatkan, David menganggap sangat paham Axel dan fia berpikir Axel akan menyerah jika disodorkan Wanita olehnya, maka David yang pengangguran akan mendapatkan uang yang diminta, kalau saja David bukan temannya sedari kecil, mungkin dia sudah mendepaknya dari kemarin, hanya saja Axel yang tidak tegaan akhirnya selalu memberikan sejumlah uang. David tadinya anak pejabat namun ayahnya tertangkap karena korupsi sejumlah aset diambil kembali oleh negara termasuk perusahaan yang dijalankan oleh istrinya, karena terbiasa hidup enak David justru tumbuh jadi anak pemalas kuliahnya pun tidak selesai, setiap bekerja dia tidak pernah bertahan lama alasannya capai dan bosnya selalu memerintahnya, namun semua itu hanya alasannya karena David yang terbiasa menadahkan tangan tentu saja tidak akan sanggup untuk bekerja keras karena sebenarnya dia pemalas, dan Axel tidak mau mengambil  resiko jika harus mempekerjakan David, yang ada dia malah nanti sewenang-wenang pada karyawan lain karena dirinya sahabat dekat pemilik perusahaan, oleh sebab itu jika keluarga David meminta Axel untuk bekerja di tempatnya Axel akan menolak dengan cara yang halus, dan hanya berjanji akan membantu David dari segi keuangan. Bukannya sadar David malah lebih senang menyediakan perempuan untuk Axel jika dalam waktu satu minggu Axel tidak bisa dihubungi maka dengan nekat dia akan mencari Axel dimanapun berada entah itu di kantor atau di apartemen, walaupun akhirnya David akan diusir oleh sekuriti karena mengacau.

"Nah bener kan aku bilang kau akan turun dan mengajakku ke atas untuk berpesta," katanya sambil merangkul tubuh tinggi Axel, sementara dua perempuan bersamanya tersenyum-senyum sendiri begitu melihat Axel, karena siapa yang tidak mengenal Axel pria tampan yang akan dengan loyal memberikan uang pada mereka jika mereka bisa memuaskan dirinya di atas ranjang.

"Kau transaksi berapa dengan mereka?" Tanya Axel pada David yang sepertinya sudah setengah mabuk.

"Dia belum bekerja Bos, nanti saja kalau mereka sudah memuaskanmu," kata David sambil tertawa. Axel melepaskan rangkulan David dan mendorongnya hingga jatuh ke sofa yang berada di lobi, untungnya kondisi lobi  sepi karena hari sudah malam.

"Ini untuk kalian dan pergi dari sini," Axel menyodorkan 2 buah amplop pada dua wanita yang dibawa oleh David.

"Tapi Tuan kami belum memberikan Service padamu, mengapa anda sudah menyuruh kami pulang," kata salah satu wanita yang mengenakan Dress mini yang yang memperlihatkan belahan dada yang lumayan montok.

"Kalian mau uang tidak, kalau tidak mau ya tidak apa-apa,silahkan pergi dari sini sebelum sekuriti disini mengusir kalian," kata Axel menatap tajam dan dingin pada wanita kedua wanita itu.

"Baiklah Tuan," katanya sambil mengambil amplop yang disodorkan Axel, lalu mereka pergi dengan wajah kecewa, karena melayani Axel adalah prestasi buat mereka sebagai wanita malam dan akan naik harga pasarannya.

"Kau sudah gila ya menyuruh mereka pulang gila saja mereka itu barang baru, walaupun aku tahu mereka sudah tidak perawan," Katanya kembali terkekeh.

"Mulai sekarang jangan pernah membawa perempuan ke hadapanku, aku tidak butuh. Kalau kau butuh uang kau tinggal bilang saja aku tidak butuh layananmu, ingat itu," nada Axel terdengar marah. Tak lama Erik sampai di lobi apartemen rupanya tadi Axel mengirim pesan padanya untuk menjemput David dan membawanya pulang karena dia pasti tahu kalau David dalam keadaan mabuk, karena kalau dalam keadaan sadar, dia pasti tidak akan berani karena pasti Axel akan mengamuk jika dia membawa perempuan ke tempat pribadi Axel.

"Aku sudah bilang padanya kalau kau tidak mau di ganggu, tapi dia bilang kau pasti butuh layanan," kata Erik menjelaskan.

"Bawa pergi dia dari sini dan ini berikan padanya jika dia sudah sadar, untukmu sudah aku transfer," kata Axel sambil hendak meninggalkan lobi apartemen.

"Jadi kau tidak mau memberikan pelacur yang sudah kau pakai itu, apa dia memberikan pelayanan yang memuaskan sehingga kau tidak mau membaginya denganku, padahal kau tau aku suka barang bekas darimu" David mengoceh yang membuat Axel membalikkan tubuhnya dan menojok David dengan keras, dia hampir tersungkur kalau saja Erik tidak menahan tubuhnya, dan meminta Axel untuk berhenti ketika dia hendak menonjoknya. 

"Jangan pernah hina calon istriku dengan mulut kotormu. Bawa dia pergi sebelum aku habis kesabaran dan membunuhnya," perintah Axel yang dimengerti oleh Erik, lalu dia bergegas menyeret tubuh David dan membawanya ke dalam masuk  mobil miliknya.

"Maaf sudah membuat kegaduhan dan menyusahkan," kata Axel menghampiri security yang sedari tadi berdiri didekatnya dan sempat terkejut ketika Axel menghajar temannya itu.

"Tidak apa-apa Tuan, sudah menjadi tugas kami," Katanya dengan ramah.

"Aku harap berita ini tidak sampai keluar dan aku mau video yang ada di CCTV besok sudah terhapus," katanya sambil menepuk pundah Sekuriti tersebut.

"Siap tuan!" Jawabnya dengan cepat. Tidak ada yang bisa menolak perintah Axel apalagi Apartemen ini miliknya, bisa-bisa besok mereka akan kehilangan pekerjaannya jika mengabaikan perintahnya.

Axel kembali ke unitnya di dalam Lift ada perempuan muda dan seorang pria yang sedang memeluknya, Axel sebenarnya tahu siapa perempuan itu, artis muda yang sedang naik daun tapi tidak bisa terlepas dari Pria tua di sebelahnya karena kalau tidak karirnya akan hancur, dia merasa sangat beruntung memiliki Aisyah sekarang karena materi bukan hal yang diincar oleh Aisyah padahal Aisyah lebih cantik  dari artis tersebut, dan dia bersyukur mendapatkan perempuan langka di jaman sekarang.

"Kebaikan apa yang sudah aku lakukan. sehingga Tuhan mengirimku wanita sebaik Aisyah," katanya dalam hati lalu terdengar bunyi ting yang menandakan dia sudah sampai di lantai tempat unitnya berada. 

"Jangan coba-coba melirik pria lain," kata pria tersebut ketika Axel keluar dari dalam Lift yang membuat Axel tertawa.

"Tenang Om, saya gak suka perempuan bekas Om," katanya dan pintu lift itu pun tertutup, namun Axel melihat kalau perempuan itu benar-benar malu.

Excel masuk ke dalam unitnya terasa sepi, lalu dia melihat ke dalam ruang kerjanya di sana tidak terlihat adanya Aisyah.

"Kemana Aisyah? Apakah dia sudah selesai belajarnya?" Axel masuk kedalam namun Aisyah tidak ada.

"Sayang kamu dimana?"namun tidak terdengar jawaban dari Aisyah, yang membuat Axel harus mencari ke semua ruangan, dia juga membuka kamarnya dan juga kamar yang dipakai oleh Aisyah untuk tidur yang ternyata juga kosong, begitu juga dengan kamar mandi.

"Kalau di dapur harusnya dia mendengar panggilanku," kata Axel bergumam pada dirinya sendiri.

"Tidak ada juga," Axel semakin  bingung bergegas dia mengecek kamar Aisyah, dia melihat di kamar Aisyah pakaian serta bukunya.

"Masih ada, mana mungkin juga Aisyah akan kabur kalau pun kabur pasti dia akan melewati lobi yang tadi David membuat ulah," gumannya lagi.

"Sayang kamu dimana sih?" Panggilnya lagi lagi namun pandangannya matanya terhenti ketika dia melihat di pojokan ruang tv Aisyah sedang tertidur di sofa dekat jendela besar, ia sedang memeluk kaki sambil tertidur.

"Ya ampun, ternyata kamu disini, kenapa harus tidur di sini. Pasti kamu kedinginan, AC di ruangan ini kan sangat dingin ditambah lagi kamu hanya menggunakan celana pendek dan kaos," kata Axel sambil mengomel dan menghampiri Aisyah yang tertidur disofa.

"Cantik," katanya begitu dia berada di depan wajah Aisyah dan membelai lembut kepala Aisyah.

"Kamu memang Bidadari yang dikirim Tuhan untukku," Axel kembali berbicara sendiri kemudian tersenyum lalu mengecup kening Aisyah dengan lembut.

Aisyah hanya melakukan pergerakan sedikit kemudian ia memutar badannya dan menghadap ke arah sandaran sofa.

"Kenapa kamu memutar seperti ini, aku kan jadi tidak bisa melihat wajahmu, sayang," katanya mengangkat tubuh Aisyah dan menggendongnya.

"Kalau sudah ngantuk seharusnya Kau pindah ke dalam kamar, bukan tertidur disini cantik," katanya sambil tersenyum dan membawanya ke dalam kamar yang disediakan Axel untuk Aisyah  tidur.

"Melihat kamu tidur Aku juga sepertinya mengantuk." Axel bukannya pindah ke kamarnya, dia malah tidur di samping Aisyah dan memeluknya hingga Mereka pun tertidur pulas.