Aisyah menatap makanan yang ada didepannya, tampak lezat dan menggugah selera.
"Ini abang beli yah?" Katanya sambil menyelidiki pria berwajah bule tersebut.
"Sembarangan, buat sendiri dong," katanya sambil mengusap punggung Aisyah.
"Gimana Enak?" Tanyanya sambil merapikan bibir Aisyah yang terkena saus sambal spaghetti dengan jarinya.
"Makannya yang betul sayang jangan sampai Abang merapikan bibir kamu yang kena saus dengan bibir Abang.
Aisyah dengan segera merapikan saus spaghetti yang menempel di bibirnya dengan tisu agar Axel tidak mendahului dengan bibirnya, bukan tidak suka namun Aisyah justru takut kebablasan. Karena sebenarnya Aisyah amat menyukai sentuhan kekasihnya itu.
Selesai makan siang Aisyah mencuci piring dan peralatan masak yang tadi bekas Axel memasak setelah itu dia membuat kopi pesanan Axel dan juga kopi latte untuk dirinya.
Ponsel milik Axel berdering ketika Aisyah membawakan kopi untuk Axel.
"Halo," Axel mengangkat panggilan teleponnya.
"Ini kopinya," Aisyah mengaruh kopi yang diminta Axel lalu hendak menaruh di meja kecil di sisi sofa di kamar Axel.
"Terima kasih sayang," katanya sambil mengambil kopinya dari tangan Aisyah, sementara tangan kanannya masih memegang ponsel dan menjawab panggilan dari temannya.
Aisyah hendak keluar kamar namun Axel menghentikannya.
"Kamu mau kemana Sayang?" Tanyanya sambil menatap Aisyah yang hendak keluar dari kamar.
"Mengambil kopi kepunyaanku, memangnya kenapa?" Aisyah balik bertanya.
"Baiklah nanti kau balik lagi, aku tidak ingin kau jauh dariku," kata Axel, Aisyah tersenyum mendengar perkataan Axel yang terkadang sangat lucu menurut dirinya.
Axel:
"Ada apa kau menelponku?" Tanya Axel menjawab panggilan telepon yang berdering sedari tadi.
Erik:
"Kau sedang bermain dengan siapa sekarang? Sepertinya kau memiliki mainan baru, pantas saja kau tidak pernah lagi datang ke tempat kita biasa berkumpul.
Axel:
"Aku sedang dengan tunanganku, Kenapa? kau mengganggu saja tahu ," katanya sambil sedikit membentak temannya tersebut.
Erik:
"Wah sejak kapan kamu memiliki tunangan? dan hebat sekali perempuan itu mampu membuat don juan sepertimu bertekuk lutut dan tidak pernah lagi pergi ke kelab malam. Kami sepertinya bakal kehilangan bos yang biasa mentraktir kami."
Axel:
"Jangan berisik kau, kalau kau memang butuh uang untuk hal yang tidak berguna itu aku akan memberikannya," kata Axel kesal.
Erik:
"Hahaha kau memang teman yang paling pengertian, tapi ingat ya ak, tidak sedang minta disogok agar aku Tutup mulut pada tunanganmu itu supaya tidak menceritakan tentang kelakuan bejat calon suaminya ini,"
Axel:
"Kalau kamu mau cerita, cerita saja. Aku sudah menceritakan masa laluku pada dia. Tidak ada satupun yang ditutupi tentang diriku pada dirinya."
Erik:
"Wah padahal David baru saja membawa dua perempuan menuju apartemenmu, dia bilang dia akan berpesta di apartemen mu."
Axel
"Sejak kapan seseorang bisa masuk ke dalam apartemen ku sesuka hatinya? hanya orang yang aku izinkan boleh masuk ke tempat tinggalku. Jadi kalau si David itu berpikir dia bisa masuk seenak jidatnya dan mengotori apartemenku, suruh dia bangun dari mimpinya."
Axel benar-benar kesal dengan kelakuan temannya yang bernama David, dia sering sesuka hatinya melakukan apapun yang dia mau dan dia menganggap apa yang dia lakukan adalah untuk menyenangkan dirinya, padahal Axel sama sekali tidak menyukai itu.
Pernah suatu saat dia membawa seorang perempuan ke dalam kantornya, dengan alasan agar tidak terlalu tegang memikirkan pekerjaannya. Dan dia bisa melepaskan stresnya dengan seorang perempuan di kamar tempat ia beristirahat di ruangan kerjanya, padahal pekerjaan dia sedang menumpuk dan dikejar deadline. Emosinya langsung meledak, kalau saja bukan David adalah sahabat baiknya, mungkin dia sudah menendang bokong temannya itu hingga keluar dari ruangannya.
0Axel
"Ya sudah kalau begitu aku tutup dulu teleponnya, salam kenal untuk calon nyonya Kris Axel," katanya sambil tertawa lalu menutup panggilan teleponnya.
"Sialan," kata Axel sambil melempar ponselnya ke sembarang tempat.
"Abang marah-marah dengan siapa?" Tanya Aisyah yang sudah berdiri di dekatnya, kaki jenjangnya membuat Axel hanya bisa menelan ludahnya. Aisyah tadi merasa gerah kemudian dia pergi mandi dan sekarang sudah berdiri di sampingnya dengan celana pendek yang memperlihatkan kaki jenjangnya.
"Temanku yang tak berguna," kata axel sambil menarik lembut Aisyah untuk mendekat pada dirinya.
"Kopimu sudah habis?" Aisyah menetap pada Axel.
"Kopi buatanmu sangat enak sayang, aku tidak mungkin tidak bisa menghabiskannya hanya dalam satu kali tegukan saja pasti sudah habis," puji Axel sambil memeluk pinggang Aisyah yang masih berdiri didekatnya.
"Tapi aku tidak mau membuatkan yang lagi, tidak baik kalau terlalu banyak, nanti kau akan insomnia," kata Aisyah sambil membelai rambut Axel yang memeluk dirinya sambil meletakan kepalanya di perut Aisyah.
Axel tersenyum lalu mengambil tangan Aisyah dan menciumnya.
"Kamu wangi, kapan kita bisa mandi bersama?" kata Axel sambil mengedipkan matanya sebelah pada Aisyah yang susah duduk disampingnya.
"Nanti kalau kita sudah punya izin dari kantor urusan agama, aku akan memberikan semuanya untukmu," kata Pelita sambil membelai wajah Axel
"Tapi aku sudah tidak sabar ingin unboxing kamu," katanya sambil terkekeh.
"Enak saja, unboxing nya kalau kau sudah ada izin Penghulu ya sayang." Namun tangan Aisyah masih saja menggoda tubuh Axel yang membuat Axel harus menekan kuat-kuat keinginannya, dia sudah berjanji pada dirinya tidak akan pernah melakukan pada siapapun untuk melepas hasratnya, demi cintanya pada Aisyah.
"Beruntungnya aku bisa mendapatkan segalanya pertama darimu, Aku janji aku tidak akan pernah mengkhianatimu sehebat apapun perempuan itu. Menurutku Hanya Kamu perempuan paling hebat dalam hidupku," Aisyah tersenyum kemudian berpindah duduk di pangkuan Axel.
"Gombal nya…," katanya sambil mendekap kekasihnya itu.
"Kok gombal sih Yang, aku serius," kata Axel kesal karena Aisyah menganggap ucapannya tidak serius.
"Iya Abang sayang Aisyah percaya," katanya sambil menaruh kepalanya di pundak Axel.
"Sayang, ternyata kamu memiliki kaki yang indah. aku baru melihatnya karena biasanya aku hanya melihat kakimu terbungkus celana panjang," kata Axel sambil membelai kaki jenjang milik Aisyah.
"Geli ah Abang," Aisyah menyingkirkan tangan Axel dari kaki jenjangnya.
"Nikah yu, aku gak sabar pengen unboxing," katanya sambil tersenyum mesum.
"Jadi itu alasan Abang ingin nikahin aku?" Tanya Aisyah dengan wajah tak sukanya.
"Gak juga, Abang takut kamu diambil orang." Katanya sambil tersenyum tulus.
"Tapi kitakan baru kemarin jadian, memang abang tidak ingin mengenal aku dulu?" Tanya Aisyah menatap mata coklat Axel.
"Aku gak mau bikin dosa, lagi pula sudah nikah kita bisa pacaran halal kan itu kata kamu juga," Aisyah tersenyum mendengar perkataan Axel.
"Kalau begitu aku boleh kenal keluarga Ababg?" Permintaan Aisyah membuat Axel terdiam.
"Ibuku sudah tidak ada, aku dibesarkan oleh kakakku karena ayahku menikah lagi dan perempuan itu tidak menginginkan aku, perusahaanku yang aku kelola murni punyaku dan sebagian adalah warisan kakekku yang sudah meninggal, jadi perusahaan papah 50% adalah milikku sedangkan perusahaan Aku adalah murni milikku," penjelasan Axel membuat kening Aisyah berkerut.