Chereads / The Barista's Love Coffee / Chapter 14 - Kaki Jenjang Aisyah

Chapter 14 - Kaki Jenjang Aisyah

Aisyah memandang wajah Axel, dia menatapnya lekat-lekat.

"Sayang aku tidak perduli dengan hartamu, aku hanya ingin mengenal mereka walau tidak harus mendalam, paling tidak jika bertemu dijalan aku bisa tahu," kata Aisyah sambil memegang kedua belah pipi Axel dengan kedua tangannya. Axel tersenyum mendengar perkataan Aisyah, ternyata Axel ternyata tidak salah memilih wanita, Aisyah terlihat tidak kagum dengan apa yang dimiliki Axel.

"Aku tahu itu kau memang bukan perempuan yang mengincar harta, hanya jika ibu tiriku mulai memojokkanmu kau tidak usah peduli, dia akan mengambil berbagai cara untuk menyingkirkan perempuan yang aku suka agar mereka meninggalkanku, dan dia kembali akan menyodorkan perempuan pilihannya, dan itu pernah terjadi sebelumnya,  padahal wanita bukan kekasihku tapi sekretarisku. Ibu tiriku mati-matian menyingkirkannya dan berhenti ketika aku menyodorkan undangan pernikahan sekretarisku dengan suaminya, dan meminta berhenti bekerja," Penjelasan Axel bisa dipahami oleh Aisyah namun Aisyah bukan orang yang gegabah dalam mengambil kesimpulan.

"Baiklah kalau itu yang kamu maksud sayangku. Lalu bagaimana caramu agar aku tidak diganggu oleh keluargamu?" Pertanyaan Aisyah membuat terdiam sejenak, kemudian dia tersenyum. 

"Aku Akan menjagamu dengan segenap jiwa ragaku, aku yakinkan ibu tiriku tidak akan bisa mempengaruhiku untuk bisa menyingkirkan dirimu dari hidupku, aku akan secepatnya menikahimu," jawab Axel dengan yakin, Aisyah hanya mendengarkan. Dia tahu janji manis bisa saja diucapkan tapi hanya waktu yang bisa membuktikan.

"Kapan aku bisa menemui orang tuamu?" Axel membalikan pertanyaan pada Aisyah ketika melihat ketidak yakinan diwajah Aisyah.

"Ayah dan ibuku sudah lama tidak ada, mereka kecelakaan ketika aku kecil, aku diurus oleh kakek dan nenek dari ayahku," kata Aisyah dengan wajah biasa saja seolah cerita sedih masa kecil tidak terlalu diingat karena dia memiliki limpahan kasih sayang dari nenek dan kakeknya.

"Kamu serius? aku menjadi malu padamu karena berpikir nasibku yang paling buruk, padahal kau lebih menderita ditinggal oleh kedua orang tuamu." Axel menaruh kepalanya di atas dada Aisyah  terasa empuk dan hangat.

"Aku tahu itu, dilihat dari luar kamu tuh seperti yang tegar, dingin dan angkuh padahal kamu sebenarnya rapuh." Aisyah membelai kepala Axel.

"Aku tak pernah begini sebelumnya. aku ini  jahat, hanya mempermainkan perempuan  hanya memakainya walaupun lebih sering mereka yang menyerahkan dirinya, lalu mencampakkan setelah  aku memberikan sejumlah uang pada perempuan itu, dan selama mereka menjadi pasanganku, jangan pernah berharap mereka akan mendapatkan ciuman hangat dariku, jika mereka memaksa aku akan meninggalkannya begitu saja. Dulu aku menganggap bercinta hanya untuk memenuhi hasrat setelah itu selesai, tidak ada rasa apapun. Tapi itu semua berbeda ketika aku melihatmu, aku langsung suka padamu, walaupun jujur saja aku awalnya tertarik karena bentuk tubuhmu. Tapi lambat laun dengan mengenalmu aku malah jatuh cinta padamu. Kau memiliki daya tarik sendiri yang tidak bisa aku lepaskan dan tidak aku temui dari wanita lain, " Aisyah masih terdiam mendengar kejujuran dari mulut Axel.

"Baiklah, aku mempercayaimu," kata Aisyah sambil menatap Axel.

"Tapi sekali saja kau membuatku kecewa, aku tidak akan memaafkanmu," kata Aisyah lagi dengan nada tegas.

"Tapi bagaimana kalau ada orang yang berniat membuatmu membenciku? Apalagi dengan ibu tiriku," Tanya Axel, karena dia sangat paham usaha yang akan dilakukan wanita nenek sihir itu.

"Aku akan bersamamu, kita akan bersama tinggal ditempat yang sama pisah kamar, sampai nanti aku benar-benar menjadi Istrimu." Perkataan Aisyah membuat Axel langsung memeluknya dengan erat.

"Abang mau membunuhku, aku bisa mati karena kehabisan nafas ini," kata Aisyah membuat Axel reflek melonggarkan pelukannya.

"Jadi mulai kapan kamu akan pindah ke tempat ini?" Tanya Axel antusias.

"Bukannya aku sudah disini yah, atau aku sedang ditawan disarang penyamun," goda Aisyah membuat Axel cemberut. Axel yang dingin, berwibawa dengan  tatapan yang membunuh, serta wajah yang tampan walau tanpa senyum, akan hilang seketika jika berhadapan dengan Aisyah. Dia akan menjadi kuncing yang manis dan penurut serta manja.

Jam sudah menunjukan  pukul 9 malam, Axel masih setia menemani Aisyah belajar untuk sidang skripsi senin besok, sambil menemani Axel mengecek laporan keuangan namun kembali konsentrasinya terganggu ketika intercom di ruangan tengah berbunyi.

"Siapa lagi sih, mengganggu saja," gerutu Axel yang sedang membereskan pekerjaannya, padahal seperti ini sangat tabu Axel lakukan jika weekend. Dia berpikir daripada menunggu Aisyah belajar lebih baik dia merapikan pekerjaannya yang belum selesai, sehingga dengan demikian dia tidak akan mengganggu Aisyah, karena Axel sebwnarnya tidak tahan untuk tidak menyentuh Aisyah.

"Ya?" Suara Axel tidak ramah.

"Maaf Tuan mengganggu, ini ada teman anda memaksa untuk bertemu dengan Anda, katanya sudah membuat janji dengan Anda tapi berhubung Anda  tidak mengatakan pesan apa-apa saya terpaksa mengkonfirmasi pada anda terlebih dahulu Tuan," kata penjaga keamanan Apartemen dimana Axel tinggal.

"Aku tidak menerima tamu siapapun, lagi pula calon istriku sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi sidang skripsi, aku tidak mau dia terganggu, jadi siapapun dia suruh pulang saja," kata Axel dengan sangat yakin, lagipula selama ini tidak pernah sekalipun Axel membawa pelacur ke apartemennya.

"Anda dengar sendiri Tuan, kalau Tuan Axel tidak ingin diganggu," terdengar suara di seberang oleh Axel.

"Sejak kapan casanova itu punya pacar, dia tidak akan pernah memiliki kekasih lama sebentar lagi juga perempuan itu dilemparnya, hai Axel bagaimana kalau aku pinjam pelacur yang ada di apartemen mu itu dan kau  boleh ambil dua wanita seksi ini," katanya yang membuat Axel langsung naik darah.

"Dasar kurang ajar sepertinya tidak ada kapok-kapoknya David berulah," kayanya kesal. Axel masuk kedalam kamar, dilihatnya Aisyah masih merangkum skripsinya, dia memperkirakan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan oleh dosen pengujinya nanti.

" Sayang, abang ke bawah dulu ya, ada temanku yang menyebalkan dibawa. Kau tunggu saja disini," katanya sambil berjalan ke sebuah lemari yang didalamnya ada ada sebuah brankas yang isinya berupa uang rupiah dan dolar kemudian beberapa barang dan surat berharga. Dia mengambil dus gepok uang rupiah berwarna merah lalu mengambil map coklat kemudian memasukan uang tersebut ke dalam Man coklat.

"Untuk apa usng sebanyak itu?" Tanya Aisyah melihat Axel memasukan uang yang cukup banyak kedalamnya.

"Orang itu tidak akan pergi sebelum aku lempar ini ke wajahnya," katanya sambil menunjukan Map coklat pada Aisyah dengan wajah kesal. Aisyah hanya terdiam, Axel sepertinya sangat mudah dimanfaatkan oleh teman-temannya.

Axel kemudian keluar dari ruang kerjanya setelah  sebelumnya mengecup ujung kepala Aisyah dengan sayang.