Dia memandang ke arah Aisyah, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Aisyah, namun kemudian dia tersenyum.
"Aku tidak peduli dengan masa lalumu, seperti apapun dirimu aku sudah terlanjur jatuh cinta padamu. Akupun bukan manusia baik-baik, mungkin kalau kalau kau suatu hari mendengar seorang wanita yang mengatakan pernah tidur denganku, aku tidak akan bisa mengelak untuk itu, tapi aku harap kau percaya bahwa aku saat ini dan nanti, aku hanya mencintai dirimu," Axel menatap mata bening milik Aisyah dia merasa damai jika memandangnya.
"Aku punya permintaan, boleh?" Tanya Aisyah sambil membuat gambar abstrak di dada Axel Kalau
"Kau mau minta apa, aku akan memenuhinya selama kau tidak minta pergi dariku," Axel menyelipkan anak rambut Aisyah kekupingnya. Aisyah tersenyum mendengar perkataan Axel, permintaan dari seseorang berkuasa yang perintahnya tidak bisa terbantahkan.
"Abang tidak keberatan menceritakan sebagian masa lalu Abang sehingga aku tidak akan begitu terkejut dan shock mendengar kan perkataan orang-orang yang mungkin saja berniat menyingkirkan ku dari hidupmu?"
kata Aisyah sambil masih menatap Axel. Yang ditatap malah tersenyum.
"Baiklah aku akan menceritakan semuanya padamu. Aku juga harus mengakui bahwa aku adalah manusia brengsek sebelum mengenalmu. Dulunya aku dibesarkan oleh kakek dari Ibuku, Ibuku meninggal ketika aku berusia 3 tahun. Menurut cerita kakekku Ibuku meninggal akibat serangan jantung karena mengetahui ayahku berselingkuh dengan sahabat Ibu sendiri. Oleh sebab itu kakekku memutuskan untuk mengambil aku dari Ayahku. Awalnya menurut kakek, Ayah menolak karena dia mengatakan bahwa dia bisa mengurus anaknya tersebut. Namun ternyata kakekku amat sangat marah ketika mengetahui aku aku hampir saja hilang oleh ulah ibuku yang sengaja meninggalkan aku di pusat beberapa belanjaan. Aku beruntung karena kebetulan waktu itu seorang sahabat ibuku yang lain melihat aku sedang menangis di pojokan pusat perbelanjaan lalu dia menanyakan padaku dengan siapa Aku kemari, karena aku masih kecil aku menceritakan apa adanya dan aku pun tidak tahu mengapa ibuku ibu tiriku itu meninggalkan aku padahal tadi dia menyuruhku menunggu di konter mainan.
Kebetulan teman Ibuku itu adalah salah satu pegawai kakekku, ibuku yang memasukan dia bekerja di kantor Kakek, sementara perempuan yang merusak keluargaku, ibuku masukan ke perusahaan ayahku. mereka adalah teman ibuku ketika mereka sama-sama kuliah satu kampus dulu.
Akhirnya aku dibawa ke rumah kakekku oleh teman ibuku dia menceritakan semuanya pada kakekku, kakekku Tentu saja sangat marah bagaimanapun juga aku adalah keturunannya satu-satunya karena kebetulan Ibu ku juga Memang anak tunggal. Melalui pengadilan ayahku memenangkan hak asuh atas diriku. Sejak itulah aku tinggal bersama Kakakku aku dibesarkan dengan penuh kasih sayang, namun juga didikan yang cukup keras karena kakekku menginginkan aku bisa meneruskan perusahaannya yang dia bangun. Sebetulnya perusahaan Ayahku juga sebagian besar modalnya adalah milik kakekku dan di atas surat perjanjian tersebut menyatakan bahwa separuh dari kekayaan atau perusahaan yang dimiliki Ayahku adalah punyaku, namun hingga saat ini aku tidak pernah menanyakannya, bahkan aku juga tidak tahu apakah Ayahku mengirimkan hasil keuntungan bulanannya padaku atau tidak. Aku juga tidak peduli karena aku juga memiliki usaha sendiri yang aku bangun dan menggabungkan dengan perusahaan kakek," Axel menjelaskan tentang masa lalunya
"Lalu apa urusanmu dengan mempermainkan wanita!?" Tanya Aisyah sambil melipat tangannya di dada.
"Karena selama ini wanita yang kutemui hanya mengincar hartaku. Aku tidak mempermainkannya mereka juga melakukannya atas dasar kemauannya, aku tidak pernah memaksa mereka bahkan memintanya pun tidak pernah. Mereka hanya mencariku ketika butuh uang atau ada tas branded yang mereka mau jadi mereka hanya berpikir aku atm berjalan mereka dan aku boleh dong kalau aku hanya bersenang-senang dengan mereka jadi untuk apa aku harus menyeriusinya? Bahkan aku pernah menyukai seorang gadis, Ternyata dia tidak cuma tidur denganku tapi juga dengan banyak pria. itu sempat membuatku kecewa, akhirnya aku sadar sejak itu Aku tidak pernah bermain dengan hati lagi. Bahkan terkadang perempuan yang sudah bersamaku malam itu aku sudah juga lupa siapa namanya, karena aku tidak pernah menanyakannya nama mereka," kata Axel berkata jujur apa adanya pada Aisyah.
"Apakah tidak takut, kalau aku pun sama seperti mereka?" Tanya Aisyah yang membuat Axel tertawa.
"Memangnya kau seperti itu?" Axel bukannya menjawab dia malah balik bertanya.
"Ya gak sih, aku sebenarnya pernah berjanji bahwa aku tidak akan pacaran tapi langsung nikah, asalkan dia pria baik-baik dan bertanggung jawab," katanya masih memeluk Axel.
"Kalau begitu ayo menikah?" Aisyah Tertawa.
"Katanya tunggu aku selesai kuliah," kali ini Axel yang yang tertawa.
"Habisnya aku gak tahan kalau bareng kamu, ini aku mati-matian menahan Hasratku tapi aku juga tidak suka kalau tidak bersentuhan denganmu," Axel memeluk Aisyah sambil menciumi wajahnya.
"Udah Ah aku mau ngelarin skripsi aku tinggal revisi kata pengantar buat nambahin ayang Kries Axel Xavier di dalamnya," kata Aisyah sambil turun dari pangkuan Axel dan Axel tidak mencegahnya.
"Yang, ATM nya kok ditinggal sih," Axel mengambilnya lalu kembali diberikan pada Aisyah.
"Terima kasih Ayang mesin ATM ku," Aisyah mengambil ATM yang diberikan Axel padanya, yang membuat Axel malah gemas dengan perkataan Aisyah sekaligus senang karena Aisyah tidak menolak pemberiannya.
"Yang makan dulu, aku sudah buat spaghetti nih, makan dulu," pinta Axel muncul di depan pintu ruang kerjanya.
"Tanggung Yang tinggal beberapa lembar lagi, tadi aku ada yang salah," kata Aisyah berdiri didepan mesin Print, Axel mendekatinya lalu memeluknya dari belakang.
"Kenapa mesti ditungguin sih Beb biarin aja selesai juga dia berhenti sendiri."protes Axel karena Aisyah tidak memikirkan kondisi perutnya.
"Selesai,yees alhamdulillah," katanya tersenyum sementara Axel hanya memperhatikan dirinya.
"Abang kenapa kok lihat aku seperti itu,"kata Aisyah heran melihat dirinya seperti tidak suka.
"Aku gak suka kalau kamu bantah aku," kata Axel yang masih menatap Aisyah dan membuat Aisyah tersenyum lalu sengaja duduk dipangkuan Axel, ini salah satu cara untuk menaklukan Axel yang sedang merajuk.
"Maaf Abang aku bukan mau bantah abang karena kalau sudah selesai seperti ini kan enak. Aku juga pengen pacaran sama abang, gak mikirin skripsi yang belum kelar Yang." Aisyah memainkan kancing kaos t shirt yang dipakai Axel.
"Iya, kali ini abang maafkan tapi nanti lagi sesibuk apapun kamu, makan itu jangan lupa, pekerjaan selesai terus kamu sakit, mau?" Tanya Axel sambil menatap Aisyah, sebenarnya dia sudah tidak tahan ingin menciumnya apalagi dengan gayanya sekarang, membuat Aisyah terlihat mengemas karena sudah berani bersikap manja padanya, namun dia berusaha untuk tidak melakukannya agar Aisyah tahu kalau dia sedang serius.
"Ya gak mau sih." Aisyah menaruh wajahnya di ceruk leher Axel hembusan nafasnya membuat Axel meremang.
"Baby," Axel menarik Aisyah agar menjauh dari lehernya.
"Kita makan nanti spaghettinya keburu dingin." Axel berdiri sambil menggendong Aisyah di ruang makan.
"Mana, katanya sudah siap?" Tanyanya karena di meja tidak apa-apa.
"Belum Abang piringing," katanya sambil perjalan ke kitchen set mengambil piring untuk mereka berdua sementara tanganya masih memegang bokong Aisyah yang sedang ia gendong.
"Abang aku mau turun," pintanya sambil menciumi wajah kekasihnya.
"Bibirnya gak?" Axel menggoda Aisyah. Lalu dikecupnya bibir Axel, namun Axel malah menahan punduk Aisyah bisa menikmati lembutnya bibir kekasihnya itu.
"Laperr," rengek Aisyah ketika pria blasteran itu melepaskan ciumannya.
"Hahahaha hampir lupa, soalnya Abang sudah kenyang dapat ciuman dari kamu," katanya sambil membawa Aisyah kemeja makan dan mendudukan di kursi.
"Silahkan dimakan tuan putri," Katanya sambil meletakan piring berisi spaghetti kehadapan Aisyah