Bab 11
"Apakah aku mengenalmu," Axel melepas tangan perempuan yang memegang tangannya perlahan, dia tidak suka disentuh oleh orang apalagi dia tidak mengenalnya.
"Aku temannya lady, kau lupa?" Axel kembali mengerutkan keningnya menyebutkan nama perempuan yang dia tidak ingat sama sekali.
"Lady? Lady siapa ya?" Tanya Axel dengan wajah serius karena dia tidak mengenalnya atau mungkin tidak ingat karena saking banyaknya perempuan bersamanya. Ya Axel memang bajingan dia hobi sekali bermain perempuan dan pulang dalam kondisi mabuk.
Tapi itu dulu, sejak mengenal Aisyah dia sudah tidak pernah ke klub, teman-temannya juga heran namun dia jika ditanya akan menjawab aku sudah punya yang lebih menarik daripada wanita disana yang bisa dipakai siapapun, namun terkadang temannya itu bukang ada barang gres baru datang tetap saja Axel sudah tidak mau. Terkadang Temannya Sampai kesal karena dengan demikian mereka tidak akan dapat gratisan untuk mencicipi wanita-wanita disana yang harganya cukup menguras kantong kalau mereka menggunakan uang mereka sendiri.
"Jadi kau tidak ingat Lady? sudah kuduga perempuan itu hanya mengaku-ngaku." Di Akhir kalimat dia hanya bergumam namun Axel mendengar.
"Kalau begitu permisi Nona saya mau olah raga lagi," kata Axel pamit dengan sopan
"Aku temani boleh?" kembali dia hendak menarik lengan Axel namun reflek Alex menghindar.
"Aku sebentar lagi selesai jika anda memang masih mau berolah raga silahkan." Kata Axel lalu berlari kembali meninggalkan perempuan yang terlalu banyak bertanya.
"Aku juga mau selesai, bagaimana kalau kita ke apartemenmu aku bisa menemanimi berolah raga lagi kalau kau mau," ia mengeringkan matanya sambil tersenyum menggoda axel.
"Maaf aku duluan katanya," dengan wajah tidak suka kemudian berlari dengan cepat meninggalkan perempuan aneh tersebut.
"Ish sialan, aku kurangnya apa sih," katanya kesal sambil menghentakan kakinya.
"Tapi bodoh ah berarti aku tahu kalau Lady cuma omong kosong," katanya kembali berlari sambil tersenyum. Entah apa yang ada dipikirannya.
Sementara itu Axel lebih memilih kembali ke apartemennya dia malas jika harus bertemu dengan makhluk tidak jelas.
"Sayangg…," Axel berteriak begitu masuk ke dalam apartemennya dan tidak melihat Aisyah ada disana.
"Berisik Abang, aku sedang konsentrasi," teriak Aisyah dari ruang kerja milik Axel.
"Hahaha maaf sayang aku kangen," katanya sambil berjalan ke arah ruangan kerjanya yang dipergunakan Aisyah untuk merapikan skripsinya.
"Lebay…." Axel tertawa mendengar jawaban Aisyah.
"Serius Yang," katanya sambil mendekat ke arah Aisyah yang sedang berdiri didepan mesin Printer, lalu memeluknya dari belakang dan mencium pipinya. Reflek Aisyah me lap pipinya.
"Ihhh apaan sih, sana ah mandi keringetan juga." Aisyah berusaha melepaskan pelukan Axel. Namun sia-sia karena Axel memeluknya lebih erat lagi.
"Abang aku lagi beresin skripsi nanti gak beres-beres," komplain Aisyah karena Axel mendekapnya erat.
"Tapi kalau sudah beres aku minta jatah," bisiknya di telinga Aisyah lalu menggigit pelan telinganya membuat bulu roma Aisyah berdiri.
"Jatah apa lagi, sana mandi Ah," kata Aisyah masih berusaha mengusir Axel.
"Iya, aku mandi tapi cium dulu," pintanya sambil membalikan tubuh Aisyah sehingga berbalik menghadap dirinya. Menarik pinggangnya ketika Aisyah berusaha melepas pelukan Axel. Lalu menarik Aisyah untuk mengecup bibirnya. Aisyah membiarkan Axel melakukan apa yang diinginkan.
"Shit," umpatnya melepaskan ciumannya lalu berlari ke kamar mandi, sementar Aisyah hanya tertawa.
"Rasain," katanya karena tadi dengan sengaja dia menyenggol milik Axel yang sudah mulai berdiri dan Axel tahu kalau dia tidak akan mendapatkan apa yang inginkan.
Axel menyiram kepalanya dengan Air dingin dia terpaksa melakukan solo karir karena dia tidak ingin memaksakan apa yang dia inginkan pada Aisyah.
"Sial kenapa aku cepat sekali ingin jika sedang bersama Aisyah padahal dulu dia butuh foreplay baru bisa bercinta." Axel kesal sendiri dia menyegerakan mandi semakin membayang Aisyah di kamar mandi urusan nya tidak akan selesai.
"Otakku sepertinya harus dibersihkan," katanya sambil menggosok-gosok kepalanya dengan handuk karena kesal.
Jam sudah menunjuk pukul 11 siang Aisyah tidak melihat Axel sedari tadi ketika dia lari terbirit-birit kekamar mandi.
"Kemana orang itu kenapa dua tidak muncul-muncul. Terserahlah aku rapikan dulu skripsiku tinggal satu buah lagi, setelah itu meringkas baru istirahat." Aisyah membundel satu-satu skripnya yang sudah selesai.
"Sepertinya aku tinggal mengedit kata pengantar karena aku harus memasukan nama Axel yang sudah banyak membantuku." Katanya berkata pada dirinya sendirinya, Aisyah selesai ngeprint Aisyah keluar dari ruang kerja Axel bermaksud menanyakan nama lengkap dirinya karena tidak mungkin dia menaruh nama Axel begitu saja.
"Abang." Suara Aisyah menggema di apartemen Axel namun Axel tak kunjung menjawab.
"Dimana sih dia," Aisyah sudah berkeliling apartemen Axel namun tidak kunjung menemui pria yang sudah resmi menjadi kekasihnya itu.
"Apa dia di kamar yah, kalau dikamar pasti aku memanggil harusnya terdengar olehnya." Aisyah mengetuk kamar tidur milik Axel, karena tak kunjung mendapat jawaban Akhirnya Aisyah memberanikan diri membuka pintu kamar Axel, dilihatnya Axel sedang bermain Games dengan menggunakan televisi 42 inch di kamarnya, sambil duduk disofa besar di kamarnya dengan menggunakan headset di kupingnya.
"Abang." Aisyah memanggil tapi sepertinya Axel tidak mendengar dia masih konsen dengan permainan gamenya.
Merasa Axel tidak mendengar Aisyah masuk ke kamar mewah dengan peralatan elektronik canggih.
"Abang," kalo ini dia mengangkat sebelah headset yang menempel di kuping Axel, sehingga membuatnya terkejut. Melihat siapa yang melakukannya Axel tentu saja tidak marah dia tersenyum dan langsung menarik pinggang Aisyah dan mendudukan di pangkuannya lalu menciumi seluruh wajah Aisyah karena sudah membuatnya terkejut .
"Ihh Abang," Aisyah memukul dada Axel yang sering membuatnya terkejut.
"Salah sendiri kamu bikin aku kaget," kata Axel menghentikan ciumannya di wajah Aisyah.
"Salah sendiri dipanggil gak jawab," Aisyah menjawab sambil protes.
"Abis kalau gangguin kamu tar kamu gak kelar-kelar, lagian kalau dekat-dekat kamu, ujung-ujung aku nyabun." Kata Axel kesal yang membuat Aisyah tertawa terbahak-bahak karena dia sudah membuat Axel tersiksa.
"Makanya otak ya jangan ngeres jangan ingat selangkangan terus," kata Aisyah sambil memeluk leher Axel.
"Kamu udah berani ya sama aku?" Kata Axel masih memeluknya erat.
"Kan emang bener," kata Aisyah sambil membelai pipi Axel, dia hobi sekali lagi memancing Axel.
"Aku tuh bingung sebenarnya, kalau lihat kamu sangean kenapa yah." Aisyah menjentikan jarinya di jidat Axel karena dijadikan objek fantasi Axel.
"Awww," Axel menjerit karena sentilan Aisyah menyentil jidatnya dengab keras
"Eeeh sakit ya," reflek Aisyah mengusap keningnya dan mengecup keningnya.
"Udah ah, orang aku kesini mau nanyain nama lengkap abang siapa?" Aisyah berusaha berdiri dari pangkuan Axel namun ditahan oleh Axel.
Axel berdiri dari sofa dengan menggendong
Aisyah lalu menyuruh aisyah melingkarkan kakinya.
"Kita mau kemana?" Aisyah sambil melingkarkan tangannya dileher Axel.
"Ambil dompet itu," menyuruh Aisah mengambil dompet pria dinakas dekat tempat tidur lalu membawa Aisyah keluar kamarnya.
Axel duduk di sofa diruang kerjanya.
"Dengar baik-baik Aisyah, mulai sekarang kamu milik aku, dan aku akan secepatnya melamarmu setelah kamu lulus kuliah, kamu masih boleh bekerja sebagai barista karena itu passion kamu, asalkan tidak genit dengan pembeli, mulai sekarang kamu tidak boleh menggunakan uang pribadi kamu, untuk membeli apapun. Wajib lapor padaku kalau kamu mau pergi kemanapun," Axel mengambil dompetnya lalu memberikan ktp dan ATM pada Aisyah.
"Kamu sudah memikirkan matang-matang untuk memperistriku? Bagaimana kalau masa laluku tidak seperti yang ada dalam pikiranmu?" Tanya Aisyah balik menatap Axel.