'Astaga ...!! Bagaimana ini!? Tidak!! Syifa terjebak dalam situasi yang sulit! Dia tertangkap oleh Orc, dia pasti akan dimakan olehnya ....'
Anko sangat terkejut dan tubuhnya sedikit bergetar melihat Syifa yang sekarang jatuh ke tangan Orc, Syifa merasakan sakit yang hebat saat tubuhnya telah diremasnya. Para slime yang dipaksanya bekerja, sudah bekerja dengan baik melaksanakan tugasnya.
Tentu saja Anko yang pemula itu tidak memiliki kemampuan apa pun untuk melawan Orc, dia kini bingung mau melawannya seperti apa untuk menyelamatkan Syifa.
Anko sendiri punya rasa takut yang besar akan matinya di dunia ini.
Karena sebelumnya ....
Saat berjalan di perjalanan panjang itu ....
Anko pernah bertanya pada Syifa, bagaimana jika seseorang di dunia ini mati? Atau mendadak mati, atau mati secara mengenaskan dan tidak wajar?
Syifa bilang, di dunia mana pun jika seseorang itu mati pasti mereka akan mati juga. Mereka akan kehilangan nyawa dan tidak mungkin bisa kembali.
". . . ."
Anko juga merasa heran karena selama ini dia tidak pernah melihat orang yang mati di depannya.
Itu artinya juga Anko sendiri membunuh seorang monster dengan sebilah pedang yang ada di tangannya itu, berarti dia juga berdosa karena telah menjadi seorang pembunuh. Tidak ada bedanya pembunuh dengan orang yang mati bunuh diri.
Anko bertanya-tanya, 'Kali ini, apa Syifa akan bunuh diri dengan mempersembahkan wujud aslinya pada Orc?'
Tapi, menurut yang Anko ketahui ... Orc tidak akan makan manusia, dia memang biasa memporak-porandakan manusia tapi dia juga memiliki jiwa manusiawi seperti memakan jiffon, sapi, babi, atau hewan lainnya yang menurutnya bergizi ....
Orc sendiri ada juga ada yang berwujud seperti manusia ....
'Mungkinkah Syifa ... akan diperbudak oleh Orc!?'
'Aku segera menolongnya!!'
Anko kali ini berlari dengan yakin dan semangat tak gentarnya. Meski tubuhnya sedikit bergetar karena takut, dia berpikir tidak akan ada salahnya dengan mencoba membangkitkan kekuatan di saat-saat terakhir ....
'Setidaknya, jika aku mati ... aku bisa hidup dan berguna untuk orang lain, tidak! Setidaknya berguna menyelamatkan nyawa seseorang ....'
'Jika hanya memikirkan hidup, kita yang terlalu lama memikirkannya tanpa beraksi akan menjadi tidak berguna, setidaknya hidupku berguna di saat-saat terakhirku!'
Anko tetap berlari dengan semangatnya yang berkobar-kobar itu, dia segera menyabetkan pedangnya pada Orc yang telah menggenggam tubuh Syifa.
Dengan sekuat tenaga, dia segera memotongnya dan kembali membelahnya menjadi dua meski saat itu juga Anko kesulitan memotong tulang di tangannya bersama dengan daging keras yang menyusun tubuh orc itu.
"HIYAAAAAAAA!!!"
Sang Orc kesakitan sehingga Syifa yang ada digenggamnya itu pun segera terjatuh menghempas lantai. Tapi, para monster slime yang lemah yang tadinya dilawan oleh Syifa itu bergabung menyelamatkannya dengan tubuhnya yang kenyal ....
"Apa!?" Celetuk Anko heran!
Para monster slime kini matanya normal kembali, itu artinya mereka sudah tidak dikendalikan lagi.
Tentu saja ... Anko yang merasa para slime itu di manfaatkan oleh Orc ini mencoba melawan Orc seorang diri! Meski tidak punya strategi apa pun, dia harus mengalahkannya. Itulah yang dia pikirkan saat ini tapi, bagaimana caranya melawan!?
Sementara Syifa yang berada di atas slime saat ini tubuhnya terbaring lemas, dia hanya bisa memandang sipit Anko yang memasang kuda-kuda, dan berhadapan dengan Orc yang lebih tinggi dari dirinya itu.
Syifa yang merasa tulangnya sedikit remuk itu tidak bisa bicara lagi, padahal dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting, hanya tangan kirinya kini yang bisa diangkatnya meski lesu ....
Tapi, matanya terkatup-katup dan tiba-tiba dunianya menjadi gelap!
Apa Syifa tidak akan membuka matanya lagi?
Anko yang bertarung dengan penuh ketidakseimbangan itu sempat melirik sebentar ke tubuh Syifa yang kini sudah menutup matanya ....
Dalam hatinya berkata, "Syifa, apa kau tidak bisa bangun lagi? Jangan mati terlebih dahulu! Kau masih belum mengajakku berkeliling dunia, bukankah kita sudah berjanji kan untuk berkelana bersama ...?"
"Hanya gara-gara Orc jelek ini, cih!" gumam Anko dengan nada kesalnya.
Tapi Anko segera terhempas ke dinding dengan kerasnya, dengan satu sabetan dari Orc! Membuatnya seketika menumpahkan darah dari mulutnya. Anko merasa kesakitan namun dia sanggup berdiri.
Sang Orc yang melihatnya dengan tatapan jahat itu tidak hanya mempermalukan kemampuan Anko yang masih minim namun juga mengejeknya dengan berbagai tindakan yang menampilkan tampang bodohnya.
Anko yang berjalan dengan agak sempoyongan sambil menyeret pedangnya itu, terus berjalan dengan tekad teguhnya, dia masih tertunduk murung dan tidak bisa memaafkan tindakan Orc yang sudah terlalu jahat ini.
'Andaikan dalam diriku ada kekuatan ....'
'Andaikan aku memiliki kekuatan yang dahsyat di dalam diriku ....'
'Andaikan aku dapat melawannya dengan kekuatan yang tersembunyi itu!'
'Aku pasti akan mengalahkannya dengan satu tebasan ....'
'Mengapa saat itu aku tidak bisa melihat warna dari elemenku?'
'Apa aku tidak memiliki kemampuan sama sekali?'
Anko kali ini berhenti memikirkan semua itu, dia benar-benar bingung harus hidup seperti apa di sini.
Tapi memang benar, pada akhirnya semua orang akan mati juga ...!
Anko berhenti dan mencoba merenungkan pikirannya dengan memejamkan matanya sejenak, dan fokus pada kekuatan di dalam dirinya.
"Apa warna kekuatanku? Apa kekuatan yang tersembunyi di dalam diriku? Tidak mungkin aku tidak memilikinya ...."
Tiba-tiba saat dia merenungkan pikirannya sejenak, sebuah genangan air muncul di dalam pikirannya dengan background gelap, dia kemudian memfokuskan lagi dan melihat sebuah tetesan air menyentuh genangan air itu, itulah warna elemennya.
Dia berkata dalam hati dengan perasaan ragu, "Eh!?" itukah kemampuanku? Dan dia mencoba mengingat apa yang Syifa katakan sebelumnya.
Kemudian dia yang masih memejamkan matanya ini merasakan dirinya di atas air itu sendiri tempat tetesan air yang menembus genangan itu ....
"Ini!!" dia merasakan perlahan semacam energi kekuatan mengalir di dalam tubuhnya ....
Dia berubah di saat itu juga, namun monster telah mendekat dan hampir memangsanya.
Tapi, jika Anko terus merenungkan sesuatu terus tanpa diselingi aksi ...!!
Dalam diri Anko yang kini masih berdiri memejamkan mata itu berkata, "Bangunlah Anko!!" itu adalah teriakan tekad di dalam hatinya. Seketika cahaya menyilaukan menyelimuti tubuhnya dan mengitari tubuhnya membentuk sosok yang baru. Kemudian Anko membuka matanya, kini dia serasa dialiri oleh kekuatan dewa.
Dengan dahsyatnya Anko menahan serangan monster itu dengan menangkisnya, kali ini gaya bertarungnya sudah berbeda.
Dia tidak segan-segan mengacungkan pedangnya ke monster yang kini sudah terhempas karena tangkisannya itu.
"Bersiaplah, monster Orc!" seru Anko dengan tatapan dingin yang serius.
________
"Bersiaplah, monster Orc! Kali ini aku akan mencabik-cabikmu!"
To be Continued