Chereads / YUUTO KAZUYA (Indonesia) / Chapter 16 - Telaga di Dalam Labirin

Chapter 16 - Telaga di Dalam Labirin

Anko masih tidak bisa menerima kepergiannya, Anko hanya bisa menangis di sisinya dengan perasaan menyesal yang sangat besar.

'Kalau saja saat itu ....'

'Kalau saja saat itu aku tidak lari, dan bertarung bersama dengannya ....'

'Kalau aku tidak terburu-buru penasaran tentang reruntuhan kuno, dan menunda berkelana hingga kekuatanku bangkit ....'

'Ini sudah tidak ada bedanya dengan belum berjuang meraih impian malah gagal duluan.'

'Syifa, maafkan aku, aku telat menolongmu ... kamu sangat baik padaku, aku tidak akan melupakanmu! Dan mulai hari ini ... aku akan meneruskan tekadmu, aku akan pergi keliling dunia berkelana denganmu ....'

Anko sempat memungut pedang milik Syifa yang tadinya sempat patah.

'Walau tubuhmu lenyap kini, aku tidak akan pernah melupakanmu.'

"Aku ambil ini!" Anko berniat mengambil gagang pedang yang patah beserta sebilah pedangnya yang tersisa itu. Dia memungutnya bermaksud untuk mengenang Syifa, orang yang selama ini baik padanya.

Anko menghapus air matanya, dia berdiri dan kemudian melangkah pelan meninggalkan tubuh Syifa yang sudah tak lagi berdaya itu. Perlahan tubuh Syifa dingin dan hancur berkeping-keping seperti kepingan asteroid.

Kenapa jadi seperti itu? Sebuah dunia fantasi yang aneh yang sistem kehidupannya masih belum jelas.

Setidaknya itu adalah item yang tersisa dari Syifa.

Dengan memungut pedang patah milik Syifa yang tersisa itu, dia mencoba meneruskan perjalanannya ....

Tapi, Anko lupa satu hal, dia belum menemukan dengan pasti di mana letak buku yang ada di bangunan yang disebut salah satu reruntuhan kuno ini yang tampak seperti labirin.

Begitu Anko hendak menuju jalan keluar, dia terdiam sesaat.

"Oh, iya! Aku lupa tujuan awal kami sebenarnya ...."

'Tidak! Sebenarnya tujuanku adalah ingin tahu rupa reruntuhan kuno seperti apa tapi, Syifa yang mengajakku masuk. Mungkin selama ini dia sering masuk sendirian ya di bangunan seperti ini ...?'

'Hmm ... konon katanya di dalamnya ada sebuah buku! Tapi, di mana buku-buku itu?'

Begitu melihat kanan kiri di lorong yang tampaknya minim cahaya ...di situ banyak monster slime yang lebih kecil dan berwarna lain.

"...?" seketika menimbulkan tanya tanya dalam diri Anko, 'Mengapa monster dengan jenis yang sama itu ada di sini sedangkan warnanya berbeda ....'

'Hmm ... namun, untuk seukuran Orc, bangunan yang lebih kecil ini tidak dapat dimasukinya.'

'Ah! Kemungkinan, sedari awal tempat ini adalah sarang slime atau slime yang lemah itu tidak memiliki tempat tinggal karena direbut oleh monster lain. Karena bangunan ini tak terpakai, maka slime akan tinggal di sini sebagai tempat persembunyiannya.'

Anko yakin kalau slime itu monster yang tidak jahat, dia sering menjumpai monster itu ketika bermain game fantasy sebelumnya. Padahal slime adalah monster yang paling lemah, dan kalaupun jahat berarti itu karena ulah beberapa monster sebelumnya, mereka dikendalikan.

Saat itu, Anko yang teringat sesuatu di pertarungan itu melihat pedang patah milik Syifa yang digenggamnya di tangan kanannya dan berpikir, "Bagaimana Syifa bisa mengetahuinya di saat itu, ya?"

"Hmm ...?"

Tapi, karena Anko merasa kalau kemampuannya masih tipe pemula dia sadar kalau dia masih belum tahu.

Lalu, di dinding lorong yang di rasa paling ujung itu terdapat sebuah cahaya ....

"Ah! Itu pasti!" Anko dengan sangat yakinnya menghampirinya, dia berlari pelan seperti layaknya menemukan sesuatu yang kalau tidak cepat-cepat datang pasti akan segera hilang.

"Eh!?" tapi yang ada di sana adalah ....

[Telaga] sebuah kolam atau semacam danau yang kecil di mana sinar Matahari bahkan dapat mencapai dasarnya. Biasanya ada di sebuah pegunungan, gua, atau batu gamping.

Sangat aneh apabila di suatu labirin terdapat telaga yang di mana airnya jernih dan tampak bercahaya dari kejauhan.

Anko mendekatinya ....

Dia berpikir mungkin saja telaga itu berawal dari suatu lubang yang memunculkan sumber mata air yang tiba-tiba berlahan menjadi besar.

"...."

Jika ini adalah bangunan yang runtuh dari langit kemungkinan besar detuman keras dari suatu bangunan menghantam sisi luar tanah dan perut bumi hingga mengeluarkan sepercik air yang jerih, ibarat luka tusukan yang perlahan merobek pembuluh darah.

Tapi, langkah Anko terhenti begitu melihat sesosok wanita berambut panjang dengan warna kuning pucat itu berendam di bawah telaga ....

Dilihat dari kedua telinganya yang lebih panjang dari manusia pada awalnya ....

'Itu pasti Elf!' Anko merasa bertemu dengan seorang elf yang menjaga tempat ini.

Awalnya dia tidak percaya kalau akan ada Elf sungguhan di dunia ini, sebagian besar yang dia jumpai hanyalah orang biasa saja. Mungkin selama ini tujuan Syifa mengunjungi reruntuhan kuno adalah bertemu dengan sosok Elf.

'Dia yang bercerita padaku waktu di air kebenaran waktu itu ... ceritanya sangat meyakinkan namun aku rasa dia tidak pernah tahu sosok elf yang sebenarnya. Masih ada sisa elf yang ada di atas sana saat dia bercerita sambil menengadahkan wajahnya ke langit.'

Sungguh sesuatu yang tak terduga muncul di hadapan Anko.

Namun, elf itu sepertinya tidak menyadari kehadiran Anko yang mendekatinya bahkan keramaian pertarungan Anko di tempat sebelumnya.

Anko terdiam sejenak dan melihat sekeliling tempat ini.

Itulah sebabnya tempat ini meski kuno tapi masih bersih karena ada penghuninya, para penghuni yang tak terlihat dari luar sebelumnya ....

Anko yang penasaran mencoba untuk menyapanya, "Ano ...!!"

Tapi, sapaan Anko secara tiba-tiba itu membuat si Elf terkejut dan malah menyembunyikan dirinya di dasar telaga yang sekiranya tidak terlihat.

"Eh!?" celetuk Anko heran sampai memiringkan kepala dan memasang muka malasnya.

Niat Anko memberanikan diri untuk mengenalnya tapi, kenapa malah si Elf terlihat ketakutan saat di temukan olehnya itu?

________

To be Continued