Chereads / YUUTO KAZUYA (Indonesia) / Chapter 18 - Mengenal Elf Bagian 2

Chapter 18 - Mengenal Elf Bagian 2

Anko menyadari bahwa Syifa sudah meninggal. Dia tidak tahu harus bagaimana menjalani kehidupan di dunia ini. Yang jelas Syifa meninggal karena melindunginya. Anko mengira awalnya dunia ini adalah dunia seperti game, di mana seorang player yang meninggal bisa log out dan kemudian login kembali. Tapi, sistem di dunia ini nyata atau lebih tepatnya mirip dunia paralel ....

Mereka yang telah mati tidak akan hidup lagi.

'Elf pun yang sudah hidup selama puluhan bahkan ratusan tahun di depanku bilang seperti itu ....'

'Tapi, tunggu dulu ... di mana sebenarnya sebuah buku yang ditinggalkan di reruntuhan kuno? Sedari tadi aku hanya melihat Elf dan para monster slime ini ....'

Anko berpikir yakin kalau buku yang ditinggalkan di reruntuhan kuno yang berisi secuplik dunia ini pasti ada tapi, dia sama sekali tak menemukannya.

'Apa jangan-jangan buku yang sebenarnya di temui oleh orang tua yang ditemui Syifa itu adalah ..."Seorang Elf itu sendiri" kenapa aku menjadi seyakin itu?'

Secara nyata saat Anko berbicara tentang dunia itu terutama tentang kota yang katanya mirip dengan dunia milik Anko, Elf seperti mengetahui banyak hal. Dan kali ini niat Anko adalah ....

"Bagaimana kalau kau ikut berkelana bersamaku?" tawar Anko dengan tangan terbukanya, dia beralasan kalau dia butuh rekan untuk perjalanan yang lama dan sampai ke kota.

Kalau sedari awal dia ingat kembali perkataan Syifa, sebenarnya Syifa tidak pernah ke kota bahkan dia ingin melihat kastil yang tampak di kejauhan itu.

"Ta-tapi, aku ini elf, aku tidak sama dengan semua orang ... tentu aku pasti akan diburu semua orang ...." Elf keberatan menerima ajakan Anko tapi, dari ekspresinya yang menampilkan pipi merah merona dan tertunduk malu dan mengatakannya dengan ragu-ragu sambil memainkan kedua jari telunjuknya itu, dia terlihat ingin sekali untuk berkeliling dunia.

Anko menghela napas sejenak, sebenarnya tempat seperti labirin ini sudah tidak layak ditinggali oleh sang Elf, malah lebih seperti sarang monster tapi, karena ini adalah rumah Elf sendiri tak heran kalau dia betah.

"Baiklah, tidak usah!" seru Anko dengan wajah datarnya, Anko sendiri merasa tidak enak hati jika memaksanya. Dia segera membungkuk dan mengucapkan terima kasih.

Hari sudah mulai petang, dia segera menunggangi kereta kudanya yang terparkir di luar sana ....

Sang Elf di ruangan tersebut tidak pernah keluar dari sarangnya. Tapi, tiba-tiba ....

Siapa sangka kalau orang dengan kulit putih nan lembut, rambut kuning pucat, dan memiliki telinga panjang itu mengikuti Anko untuk keluar.

"Kau-!!" tentu saja Anko terkejut saat sang elf mengikutinya ini, lebih tepatnya tidak menyangka saja dengan kehadirannya.

"Tampaknya kau orang baik." Kata Elf dengan nada lembutnya.

"A-ah, aku tidak baik ... kalau aku baik, temanku tidak akan mati-"

"Tidak bukan begitu!" seru elf memotong perkataan Anko.

"Biasanya orang yang menemui ras elf selalu meminta hal yang lebih dari ini semacam informasi atau kekuatan tapi, kau malah memintaku untuk berkenalana. Meski aku menolaknya kau tidak keberatan ...." Kata elf yang terdengar meyakinkan.

"Yah~ mau bagaimana lagi!? Aku sebenarnya orang yang lebih suka melakukan sesuatu seorang diri. Aku memang tidak kuat tapi, daripada meminta kekuatan dari orang lain atau daripada merampas, mencuri dan sebagainya, aku lebih memilih untuk berlatih seorang diri ...."

"Aku memang bukan berasal dari dunia, aku memang tidak tahu banyak tentang dunia ini, aku juga bukan orang yang baik, namun setidaknya aku bersyukur menjumpai orang-orang yang baik di dalam hidupku ...."

'Kukira hari itu sudah tidak ada lagi yang namanya hari esok ....' Anko berpikir seandainya saja dia juga mati di tangan Orc dan bernasib sama seperti Syifa, dan dia berharap semoga Syifa tidak menjadi hantu gentayangan. Di dunia fantasi apa masih ada hantu?

"Kalau begitu, aku akan ikut!" seru Elf dengan antusiasnya.

"Eh!?" celetuk Anko yang heran sampai membelalakkan matanya.

'Benar gak nih?' Anko masih mempertimbangkan tidak percaya.

"Tapi, kamu kan sering diincar seseorang ...."

"Tak apa, aku percaya dengan perkataan temanmu, Syifa ... kau kuat pasti kau bisa melindungiku ...!" seru elf dengan ekspresi yakinnya.

Mendengar hal itu, Anko seketika merasa bersemangat, namun dia juga merasa ragu, "Mungkinkah aku bisa melindunginya?" dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Setelah melihat kematian Syifa, kenapa Anko tidak menyadari kalau dirinya kuat?

"Tapi, aku tidak kuat!" seru Anko menyangkalnya.

Elf menggeleng, "Kalau begitu ... kita tinggal mencari seseorang yang bisa melatih kemampuanmu ...!!"

"Aku yakin Anko bisa menjadi kuat."

Untuk pertama kalinya nama Anko disebut oleh ras lain, Anko merasa sangat senang namanya disebut oleh sang elf, dia saking senangnya langsung memeluk erat sang elf itu.

"Terima kasih!" serunya lagi dengan rasa terharu.

Elf membalas perkataannya, "Sama-sama." Kemudian membalas pelukannya dan menepuk-nepuk pelan pundak Anko.

Sekarang, mulai dari sini ... perjalanan hidup Anko yang ada di dunia lain di mulai.

Dunia ini memang berbahaya, yang jelas banyak monster seperti di game-game RPG sebelumnya tapi, Anko yakin dengan melatih kemampuannya dia pasti bisa hidup di dunia ini.

Lalu, dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya yang tersimpan dari kartu memori bertuliskan Yuuto Kazuya itu

Namun, Anko tak habis pikir kenapa elf yang dia temukan di salah satu reruntuhan kuno itu mau untuk berkelana bersamanya, dia tidak bodoh dan berpikir sang elf memiliki tujuan sendiri di dalam dirinya.

Ya, benar sekali! Apa yang Anko pikirkan benar namun, sang elf tidak mengatakan hal yang sesungguhnya menjadi tujuannya."

Itu berawal dari beberapa tahun silam di mana seorang pemuda berkata pada Elf kalau ... "Suatu saat orang yang menemuimu adalah orang yang akan mengubah nasib dunia ini ...."

Pemuda yang elf temui tampaknya juga berasal dari dunia lain yang disebut dunia masa depan.

Dan elf meyakini, yang dikatakan oleh pemuda dari masa depan yang ditemuinya itu adalah orang ini, "Anko Sawaguchi."

________

Namun di sisi lain, seseorang melihatnya dari balik layar, di tempat yang gelap, dia berkata .... "Dunia menuju kehancuran, akhir dunia sudah dekat!"

To be Continued