Evelyn melangkahkan kakinya menuju apartemen, gadis itu menekan beberapa angka untuk membuka pintu apartemen. Setelah terbuka, Evelyn menutup pintu kembali dan melangkah menuju sofa. Huh, hari ini sangat melelahkan. Evelyn sungguh lelah.
TING!
Suara notifikasi membuat Evelyn merogoh tasnya, gadis itu mengeluarkan ponsel keluaran terbaru dari tas tersebut.
Ayah
[Evelyn, ibu kamu sedang sakit. Ia mengigau namamu terus. Cepatlah kemari, Sayang. Temui ibumu segera.]
Evelyn menghela napasnya, gadis itu tidak boleh menjadi gadis durhaka. Gadis itu harus cepat menuju rumah untuk menjenguk ibunya dan melihat bagaimana kondisi ibunya. Pasti ibunya sangat lelah sehingga sakit, atau mungkin ibunya terlalu banyak pikiran.
Evelyn
[Iya, Evelyn akan segera ke sana.]
Evelyn mengembalikan ponselnya di tas, perempuan dengan gaun biru muda itu berniat mengunjungi ibunya di rumah. Ia kembali membuka pintu apartemen dan melajukan mobilnya.
***
"Ibu, apa kabar?" tanya Evelyn saat memasuki kamar Nyonya Gracia.
"Ibu sakit, Sayang. Kamu ke mana saja sampai tidak mengetahui kabar ibumu? Kamu mau menjadi anak durhaka yang tidak pulang ke rumah sampai ibu kutuk kamu?" tanya Nyonya Gracia dengan sarkas, pertanyaan itu membuat Evelyn bergidik ngeri saja.
"Maafkan, Evelyn. Evelyn sedang sibuk pemotretan, Bu. Evelyn sedang sibuk dengan pekerjaan."
"Ibu gak akan memaafkan kamu, kecuali kamu melakukan satu hal yang ibu mau. Sebenarnya ibu ini banyak pikiran makanya sakit, dan tugas kamu hanya tinggal membuat pikiran ibu terselesaikan." Evelyn mengernyitkan keningnya, pikiran apa yang ibunya maksud?
"Memangnya Evelyn harus berbuat apa? Memangnya Evelyn harus mengurangi pikiran ibu bagaimana caranya?" tanya Evelyn dengan lembut.
Nyonya Gracia menggenggam tangan Evelyn dengan erat, wanita itu mengecup punggung tangan Evelyn dan tersenyum ke arah putrinya. Evelyn Adelia Milly, gadis cantik yang dulunya Gracia perjuangkan. Gadis cantik yang Gracia lahirkan dengan susah payah.
"Ibu takut kalau sampai ibu meninggal kamu belum mempunyai suami yang bisa menjaga kamu, ibu takut kamu sendirian di dunia ini, Evelyn. Ibu menginginkan yang terbaik demi putrinya, ibu menginginkan hidup kamu terjamin, Sayang. Apa kamu mau menjadi anak durhaka?" Evelyn menunduk dengan gelengan kepala. Ia tidak mau menjadi anak durhaka, ia masih banyak dosa kepada orang tua.
"Kalau seperti itu menikahlah, ibu hanya ingin kamu menikah dengan Davit, Davit itu bukan orang asing bagi kamu, Davit itu mantan kekasih kamu yang pastinya masih kamu cintai, kamu itu pasti masih mencintai Davit. Lagian kalau kamu sudah tidak mencintai Davit, kamu bisa mencintainya kembali. Cinta hadir karena terbiasa. Ibu yakin kalau kamu bersama Davit kamu akan bahagia, Sayang. Ayolah, ibu mohon itu kepada kamu. Itu juga demi kebahagiaan kamu."
Evelyn kembali diam, ia memikirkan apa yang diucapkan ibunya. Apakah benar jika ia akan kembali mencintai Davit? Lalu bagaimana dengan Robert? Ia mencintai Robert dengan sangat. Evelyn juga tidak mau Robert kecewa kepadanya.
"Tapi, Bu. Evelyn itu sama sekali tidak bisa mencintai Davit lagi, Evelyn sudah menutup seluruh hati Evelyn buat Davit. Evelyn sudah tidak mencintai Davit lagi." Evelyn berusaha menentang permintaan ibunya. Gadis itu tidak bisa menerima perjodohan ini. Gadis itu tidak bisa menerima semua yang berkaitan dengan Davit.
Gracia langsung diam bungkam seolah sedang marah dengan Evelyn. Biarkan saja, biar Evelyn menuruti semua keinginannya.
"Ibu marah sama Evelyn? Evelyn minta maaf, Bu. Evelyn sama sekali tidak bermaksud seperti itu, Evelyn akan menikah nanti, tapi bukan dijodohkan dan bukan dengan Davit. Evelyn akan menikah dengan orang yang Evelyn cintai." Evelyn berusaha membujuk ibunya. Ia tidak ingin ibunya marah dan dirinya menjadi anak durhaka.
"Ibu pasti belum makan ya? Biar Evelyn bantu ibu ya? Evelyn suapi ibu," ujar Evelyn yang mengambil piring di nakas, gadis itu berjalan mendekati ibunya dan menyodorkan makanan untuk ibunya. "Makan dulu, Bu."
Nyonya Gracia hanya bisa menggeleng tanda tidak mau. "Ibu tidak lapar, ibu tidak nafsu untuk makan. Ibu sakit bukan karena terlambat makan. Ibu sakit tidak membutuhkan makanan. Ibu hanya khawatir dengan kamu, Evelyn. Ibu hanya khawatir kalau kehidupan kamu akan menderita karena tidak mempunyai suami. Ibu khawatir kalau kamu harus menjalani semuanya sendirian nanti."
Perkataan ibunya kembali terngiang di kepala Evelyn. Evelyn tidak mau menikah dengan pria yang tidak ia cintai, tetapi Evelyn juga tidak mau membuat ibunya sakit dan banyak pikiran seperti ini.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dan membukanya, itu adalah Tuan Watson. Tuan Watson mendekati Evelyn dan Gracia.
"Ibu kamu keras kepala, dia gak mau makan sejak tiga hari lalu, dia juga gak mau minum obat," adu Tuan Watson pada putrinya.
Ucapan seperti itu lagi-lagi membuat Evelyn diam dan terbungkam. Evelyn jadi semakin merasa bersalah dengan ibunya. Evelyn jadi semakin merasa bersalah dan turut andil dalam penyakit ibunya ini.
"Ibu hanya ingin anak kita ini menikah dengan anak yang baik, yang bisa kita percayai. Ibu akan merasa bersalah saat tidak bisa melihat putrinya menikah. Ibu itu ingin sekali putri ibu bahagia. Ibu ingin putri ibu mempunyai keluarga sendiri. Ibu ingin kalau putri ibu bisa merasakan bagaimana bahagianya memiliki hubungan dengan suami, ibu ingin kamu seperti wanita lain, Evelyn."
Evelyn memikirkan segalanya, gadis itu tidak mau ibunya terus-terusan sakit. Evelyn tidak mau ibunya terus-terusan memikirkan tentangnya.
"Evelyn bisa jaga diri, Bu. Evelyn bisa mengatur hidup Evelyn sendiri, Evelyn bisa hidup mandiri tanpa seorang suami. Evelyn pasti menikah kok, Bu. Walaupun entah kapan, walaupun entah sama siapa, yang pasti nanti Evelyn akan menikah di saat Evelyn siap, nanti Evelyn akan menikah dengan orang yang Evelyn sukai."
Nyonya Gracia langsung mengangkat kepalanya, ia tidak mau mendengar semua omongan putrinya.
"Ibu tau kalau kamu bisa mengatur hidup kamu sendiri. Ibu tau kalau kamu bisa mandiri. Jadi kamu tidak mengharapkan kehadiran ibu, kan? Jadi kamu tidak mengharapkan kalau ibu sembuh, kan? Kamu mengatur semuanya. Kamu bisa menyelesaikan semuanya. Ibu tidak penting lagi bagimu. Mau kamu menikah di usia berapapun, mau kamu menikah dengan siapapun, ibu sudah tidak ada nantinya. Karena ibu tidak penting lagi di kehidupan kamu."
Evelyn diam mendengar perkataan ibunya yang seperti itu. Padahal bukan seperti itu yang ia maksud. Padahal bukan seperti itu yang ia harapkan.
"Kamu tidak perlu repot-repot mendengar ucapan ibu, kamu tidak perlu menyetujui semua keputusan ibu, kalau kamu bisa mengatur diri kamu sendiri, kalau kamu bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Ibu itu tidak penting di hidupmu. Ibu itu tidak ada gunanya lagi di hidupmu. Kalaupun nanti ibu meninggal kamu bisa mandiri."
"Aku mau menikah dengan Davit, Bu. Aku menerima semua perjodohan ini."