Chereads / CINTA ITU GILA / Chapter 33 - KEANEHAN RICK DAN PERNYATAAN CINTA BIAN

Chapter 33 - KEANEHAN RICK DAN PERNYATAAN CINTA BIAN

"Mark, it's almost midnight. We have sailed far. How did the Boss get here?"

(Mark, ini hampir tengah malam. Kita telah berlayar jauh. Bagaimana Bos bisa sampai ke sini?) tanya Rick pada Mark cemas.

"Rick is right, Mark. It's been too long, and there isn't any movement. Have we been deliberately framed and directed this far?"

(Rick benar, Mark. Ini sudah terlalu lama, dan tidak ada gerakan apapun. Apakah kita sengaja dijebak dan diarahkan sejauh ini?) sambung Ben menimpali.

"Yes, I think our suspicions this afternoon are correct. This can be a trap to lure us into following their game. Thank Goodness the Boss isn't here."

(Ya, kupikir kecurigaan kita sore ini benar. Bisa jadi ini jebakan untuk memikat kita agar mengikuti permainan mereka. Syukurlah Bos tidak ada di sini.) Mark menjawab.

"What do you mean?" Rick menanyakan maksud ucapan Mark.

"I mean, if this really is a trap, the Boss will be safe. Boss safety is more important. We are more than enough to complete this mission."

(Maksudku, jika ini benar-benar jebakan, Bos akan aman. Keselamatan Bos lebih penting. Kita lebih dari cukup untuk menyelesaikan misi ini.) jawab Mark tanpa ragu.

"Yes, you are right, Mark! Let's finish all this and go home. Somehow I miss the Boss. Ya, kamu benar, Mark!"

(Ayo selesaikan semua ini dan pulang. Entah kenapa aku merindukan Bos.) ucap Rick bersemangat. Mark dan Ben melempar pandangan pada Rick bersamaan. Lebih tepatnya mereka merasa Rick agak berbeda kali ini.

"Rick, what's wrong with you? Why are you weird tonight? You usually want to linger on missions and get away from the Boss?"

(Rick, ada apa denganmu? Kenapa kau aneh malam ini? Kau biasanya ingin berlama-lama dalam misi dan menjauh dari Bos?) tanya Ben heran, dan pertanyaannya pada Rick mewakili pertanyaan yang sama dari Mark.

"I don't know why either. You know, I even sent a voice message to Boss because I missed her,"

(Aku juga tidak tahu kenapa. Kalian tahu, aku bahkan mengirim pesan suara untuk Bos karena aku merindukannya.) ucap Rick tenang, dan setelahnya tersenyum pada dua sahabatnya itu.

Mark dan Ben mendengarkan setiap kalimat Rick dengan perasaan yang membingungkan. Entah kenapa, ucapan Rick saat ini terdengar menyedihkan di telinga mereka. Mark dan Ben merangkul Rick di tengah mereka. Dan tanpa terpikir, Rick menangis saat merangkul kedua temannya itu dengan erat.

"Rick, sudahlah! Kenapa kau cengeng sekarang? Kau terlihat seperti lelaki bodoh yang putus cinta, hahaha!" ejek Mark dengan kelimat yang tidak dimengerti Rick.

"Hey, are you making fun of me, huh?"

(Hei, apa kau mengolok-olokku, hah?) tanya Rick yang merasa Mark sedang menertawakannya.

"No, I'm not making fun of you. Let's complete this mission and come home soon. I also miss the Boss!"

(Tidak, aku tidak mengejekmu. Ayo selesaikan misi ini dan segera pulang! Aku juga merindukan Bos!) jawab Mark pada Rick dan Ben sebelum mereka bergerak serius kali ini.

Di waktu yang bersamaan…

Mayang terlihat diam dan termenung. Mengarahkan pandangannya keluar jendela. Entah apa yang dipikirkannya, Bian dapat merasakannya.

"Maaf," satu kata yang keluar dari Bian berhasil membuyarkan lamunan Mayang.

"Ya? Apa yang Tuan katakan barusan?" tanya Mayang bingung.

"Maaf, karena membuatmu kelelahan. Aku tadi memerintahkan pada semuanya untuk menyelesaikan syuting dalam satu hari, dan itu konyol," sambung Bian menyesal.

"Oh, tidak masalah. Lagipula syuting berjalan lancar. Dan menurutku itu lebih baik, agar tidak membuang-buang banyak waktu," jawab Mayang jujur.

"Apa kamu tidak ingin tahu alasan aku membuat keputusan itu?" tanya Bian lagi.

"Tidak perlu. Tuan seorang pemimpin, sudah sepantasnya Tuan memberikan perintah. Dan aku juga yakin, keputusan Tuan Ceo sudah dipikirkan dengan benar. Dan ya, sesuai prediksi Tuan syuting dapat diselesaikan dalam satu hari," Mayang menanggapinya dengan santai.

"Itu benar, tapi tidak semuanya benar. Aku mengambil keputusan itu karena aku cemburu," ucap Bian dengan tatapan lembut pada Mayang.

"Cemburu? Pada siapa? Jangan katakan kalau Tuan cemburu padaku, aku bisa melayang Tuan, hahaha!" Mayang terkekeh mendengar ucapan Bian.

Mobil melambat dan tidak lama berhenti dengan halus tepat di depan apartemen Mayang. Bian mematikan mesin mobilnya kemudian menghadap pada Mayang yang kebingungan.

"Aku serius dengan ucapanku. Aku benar-benar marah saat kamu dekat dengan artis laki-laki itu, aku tidak bisa membayangkan kalau kalian akan bersama selama tiga hari," Bian berkata dengan serius.

"Maaf ya Tuan Biantara yang terhormat. Hubunganku dengan Nathael itu hanya sebatas rekan kerja. Lagipula kenapa Tuan marah?" Mayang memperjelasnya dengan sopan.

"Mayang, aku serius. Aku tahu kalau hubungan kalian tidak sesimple itu. Kalian sepasang kekasih saat kalian di California, bukan? Maaf, kalau aku menyelidiki kehidupanmu diam-diam," Bian mengakui perbuatannya yang telah mencari tahu tentang kehidupan Mayang. Membuat Mayang yang mendengarnya menaikkan sebelah alisnya tanda tidak percaya.

"Kenapa Tuan melakukan itu? Itu melanggar hukum, dan itu sama saja Tuan melanggar privasiku, lagipula untuk apa Tuan melakukan itu semua? Jangan katakan padaku itu bagian dari kekonyolan Tuan?" tanya Mayang yang sedikit geram dengan perbuatan Bian yang keterlaluan.

Sebenarnya Mayang tidak terlalu peduli jika kehidupan biasanya diketahui orang lain. Yang dia cemaskan, identitasnya sebagai putri mafia terbongkar dan dapat membahayakan keselamatan orang-orang di sekitarannya.

"Terserah kalau kamu menganggapku melakukan semua itu adalah sebuah kekonyolan. Mungkin kamu benar, aku konyol karena sudah tertarik pada gadis istimewa sepertimu," ucap Bian serius dan terus memandang Mayang dengan tatapan hangat, "mungkin aku sudah benar-benar gila saat ini. Dan aku rasa kegilaan ini karena aku jatuh cinta padamu. Ya, aku jatuh cinta padamu, Mayang!" sambung Bian dengan sungguh-sungguh.

"Izinkan aku memilikimu untukku sendiri, aku benar-benar menginginkanmu, ingin selalu melihatmu, ingin terus berada di dekatmu. Dan aku tahu, semua itu karena aku mencintaimu. Aku tidak pernah merasakan kegilaan seperti ini seumur hidupku. Kamu benar-benar membuatku gila, Mayang," ucap Bian tanpa memberi jeda untuk Mayang bicara.

Mayang berdebar mendengar ungkapan Bian dengan tatapan intens yang terasa menusuk dadanya. Entah itu benar ataupun hanya sekedar bercanda, kalimat Bian menggetarkan hati Mayang.

Pikirannya kosong walau untuk sekedar menjawab serangan mendadak dari Bian. Dan entah kenapa setiap kata-kata Bian bagai sihir yang mengeluarkan bunga dari mulutnya hingga membuatnya tersentuh dan bahagia.

Selama beberapa saat mereka bertukar pandang tanpa bersuara. Perasaan aneh yang menggelitik dirasakan keduanya. Bian yang terlena dengan tatapan dan wajah Mayang yang imut tidak bisa menahan hasratnya yang menggebu, apalagi saat pandangannya beralih ke bibir Mayang yang sedikit terbuka, membuatnya ingin segera melahap benda lembut nan seksi tersebut karena terus saja menggoyahkan imannya.

Merasakan hal yang sama, Mayang refleks menutup matanya saat Bian memajukan wajah untuk semakin mendekat padanya.

Mendekat, semakin dekat, lebih dekat, dan kini hanya tersisa jarak beberapa senti saja, bahkan hidung mereka telah bersentuhan dan dapat merasakan hembusan nafas menggebu masing-masing. Dan kemudian …

Beeb beeb… Beeb beeb

Nada dering ponsel Mayang membuyarkan segalanya…