"Ehem! Aku rasa itu tidak perlu, Tuan. Lagipula si kecil yang menjagaku sepanjang jalan, benar kan Ziel?" Mayang mengalihkan pembicaraan.
"Tapi aku yang mengantarmu, setidaknya aku mendapatkan satu dari tiga yang diterima Ziel," Bian memasang wajah lesu. Mayang terkekeh, namun tidak menjawabnya dan perlahan keluar dari mobil.
"Tapi Tuan bukan anak kecil. Dan aku berterima kasih atas kebaikan Tuan Bima yang ternyata seorang yang baik hati, tampan dan tidak sombong. Sampai jumpa!" Mayang berpamitan sambil melempar senyuman merekah disertai kerlingan mata genit pada Bian sebelum menjauh dari mobil mereka.
Kedipan mata Mayang seakan panah malaikat asmara yang langsung mengenai jantung Bian. Membuatnya terpesona dan menggeleng sambil tertawa.
"Apa kamu menyukainya, Ziel?" tanya Bian pada Ziel yang langsung menangguk cepat dengan gigi imutnya yang nampak sangking bahagianya dia.
"Bagus! Karena Daddy juga menyukainya. Mari kita dapatkan Nona Mayang dan menjadikannya Ibu Peri milik kita!" seringai bahagia dari bibir Bian pada Ziel sambil mengangkat tangannya untuk ber-hi-five.
***
Sepanjang hari selama di kantor. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya di Heldana Corporation. Ceo besar mereka yang terus saja menabur senyum di tiap pertemuan. Entah apa yang merasuki bos besar mereka tersebut. Mereka menganggap fenomena ini adalah keajiban dunia yang baru, karena manusia es seperti Biantara tidak pernah sekalipun nampak tersenyum dan wajahnya selalu ketat.
Mereka tidak tahu apa yang menyebabkan bos dingin mereka tersebut menyunggingkan senyuman sepanjang waktu.
Di dalam ruangan Ceo Heldana Corporation…
Bian terlihat sedang memandang bebas pemandangan luar ibu kota yang nampak jelas di kaca tebal pembatas yang merupakan dinding gedung tersebut.
Namun, siapa yang tahu kalau saat ini yang ada dipikiran Bian bukannya pemandangan, melainkan wajah Mayang yang terus teringiang-ngiang di benaknya.
"Andai kamu mau menerima lamaranku, Mayang. Akan kupastikan kamu menjadi wanita paling bahagia di dunia. Entah kenapa, rasanya aku ingin sekali terus memandangmu dan dekat denganmu. Siapa kamu sebenarnya?" Bian berucap dalam hatinya, mencoba mengira-ngira arti Mayang di hatinya.
Sedari kecil, Bian terlahir pendiam dan tak acuh pada orang lain selain keluarganya. Di usia belianya, ia yang sangat menyukai topik tentang bisnis dan ekonomi pasar serta segala sesuatu yang berhubungan dengan bursa saham, semakin membuatnya larut dalam imajinasinya sendiri, dan hanya mementingkan keluarga dan pekerjaan hingga usianya tak terasa hampir kepala tiga.
Berbeda dengan adiknya, Trian. Yang dengan mudah menggaet wanita di manapun dan kapanpun, karena ia bisa cepat bergaul dan menyesuaikan diri.
Begitu pula dengan urusan wanita, tidak terbesit sekalipun dirinya ingin menjalin hubungan dengan wanita. Bukan karena ia tidak normal. Namun menurutnya, pacaran dan menikah ataupun menjalin hubungan dengan wanita, merupakan hal yang merepotkan. Ia hanya ingin bekerja untuk dirinya dan keluarga.
Apalagi setelah kematian Kakak tertuanya yang meninggal, kesedihan yang berlarut membuatnya lupa, kalau ia lelaki yang butuh kehangatan wanita.
Orang tuanya yang prihatin melihat keadaan Bian yang hanya fokus pada karier dan keluarga terlebih pada Ziel yang masih bayi, membuat mereka khawatir sampai berniat menjodohkannya secara paksa.
Semua ide itu gagal karena setiap perjodohan ataupun kencan buta yang diatur orang tuanya, selalu berakhir dengan pihak wanita yang tidak mau dihubungi lagi walau untuk sekedar menanyakan kabar. Entah apa yang Bian lakukan pada begitu banyak perempuan yang mencoba mendekatinya hingga menjadi ketakutan seperti itu.
Seakan ada alarm dalam tubuh Bian yang langsung bekerja otomatis mengunci hatinya untuk terbuka pada wanita. Sampai malam yang tanpa diduga terjadi. Bian dijebak orang tuanya sendiri untuk bermalam bersama wanita pilihan orang tuanya, agar mereka yakin kalau putra pendiam mereka adalah lelaki normal yang menyukai wanita.
Setidaknya, mereka bisa mendapatkan keturunan Bian. Karena mereka yakin anak mereka tidak akan mengubah pendirian untuk makhluk Tuhan bernama Wanita.
Dan adegan panas terjadi. Bian melakukan hubungan badan dengan seorang wanita yang ia tidak tahu siapa orangnya karena ia dalam keadaan separuh sadar, di bawah pengaruh obat perangsang yang membuatnya lebih mementingkan dorongan arus bawahnya daripada harus berpikir ekstra melawan hasrat yang bergejolak.
Bian menggilir wanita muda tersebut hingga berkali-kali. Walaupun samar, namun Bian sungguh menikmati sensasi bercinta dengan wanita tersebut.
Dan entah mengapa, alarm proteksi hatinya tidak berfungsi pada wanita tersebut, sama seperti tubuhnya yang terus merespon setiap sentuhan wanita misterius malam itu, bahkan seakan-akan tubuh wanita tersebut membuatnya terus terangsang untuk melakukan kegiatan menggairahkan tersebut lagi, lagi dan lagi.
Hingga hari mulai terang, Bian masih saja menginginkan tubuh wanita tersebut, seakan aroma nafas dan tubuhnya menjadi candu tersendiri untuk Bian. Dan sayangnya, wanita menggairahkan tadi malam sudah tidak ada di dalam sana setelah ia keluar beberapa saat untuk menerima telpon dari adiknya tentang rencana orang tuanya yang memasukkan wanita di kamar hotelnya.
Bian kecewa dan marah besar. Entah itu karena Bian tidak menemukan wanita candunya malam tadi, atau karena mendengar penjelasan dan permintaan maaf dari orang tuanya kerena tindakan keterlaluan mereka.
Dan yang lebih mengagetkannya, ternyata rencana orang tuanya gagal untuk mengirimkan wanita pilihan mereka ke kamar hotel Bian, karena wanita tersebut menolak dan takut pada Bian sendiri.
Jadi, siapa wanita yang bercinta dengannya malam itu? Entahlah, itu yang menjadi misteri untuk Bian sampai sekarang. Dan beberapa hari ini dirinya seperti ditiupkan angin segar.
Pertemuannya dengan Mayang membuatnya berharap kalau Mayanglah wanita candunya malam itu. Harapannya didorong dengan perasaan yang menyadari proteksinya akan wanita tidak berfungsi saat di dekat Mayang. Dan lagi, aroma tubuh dan nafas Mayang yang membuatnya langsung kembali mengingat kejadian nikmat malam itu.
Bahkan saat ini, membayangkan senyuman Mayang dan kerlingan matanya yang terakhir tadi membuatnya bahagia. Naluri kelelakian yang ingin memiliki seorang wanita di sampingnya bangkit dan malah menggebu.
Namun sayang, ia kembali teringat saat menanyakan pada Mayang, apakah mereka pernah bertemu sebelumnya. Dan Mayang membuatnya kecewa dengan menjawab kalau mereka tidak pernah saling bertemu sebelumnya.
Apa itu membuatnya menyerah? Tidak! Seorang Biantara pantang untuk menyerah. Tekadnya kuat untuk lebih dekat dengan Mayang. Di samping Ziel yang juga menginginkan untuk selalu bersama dengan Mayang.
"Kalaupun aku tidak mememukan wanita malam yang dulu, biarlah. Semua yang ada dalam diriku membutuhkan Mayang. Dan aku tidak merasakan hal ini pada wanita manapun," gumamnya sendiri.
"Mayang, kamu harus mau jadi milikku. Aku tidak akan menyerah walau kamu menolak seribu kalipun, jangan harap kamu bisa lari. Kamu wanita spesial yang membuatku penasaran. Siapa yang suruh kamu begitu menggoda mataku?" tambahnya lagi sambil kembali tersenyum.
***
Sementara itu di tengah kehebohan yang terjadi di gedung Wing Entertaiment. Mayang yang akhirnya bisa melewati lautan manusia penggemar artis luar negeri, yang Mayang belum tahu siapa orangnya sama sekali, langsung menuju ruang ganti dan memperkenalkan dirinya pada kru yang ada di dalam bahwa ia adalah pemeran pendamping dalam iklan tersebut.
Para kru yang telah mengenal Mayang sehari sebelumnya, langsung menyambut Mayang dengan ramah dan memberinya intruksi selanjutnya.
Setelah Mayang berganti pakaian, ia menuju ruang pemotretan sesuai arahan assisten sutradara. Melakukan sesi pemotretan dengan baik sampai selesai dan ia dapat beristirahat.
"May, sebentar lagi pemeran pria utama akan bergabung bersama kamu untuk pemotretan. Hari ini kita akan mengambil shoot tanpa Dewina, karena jadwalnya padat hari ini. Jadi kamu siap-siap, ya!" ucap fotografer di sana. Mayang menjawab dengan anggukan dan senyuman.
Mata Mayang terbelalak lebar, saat tahu laki-laki yang akan menjadi pemeran utama dan ikut bermain bersamanya di iklan tersebut adalah seorang yang Mayang kenal.
"Kau?" ucap Mayang kaget.