Dari arah depan Mayang, seorang laki-laki tampan berhidung mancung dan berkulit putih. Memakai celana jeans berjaket denim dengan kaus dalam berwarna kelabu. Walau penampilan pria tersebut sederhana, namun tidak bisa menahan aura seorang superstar dari sosoknya.
Pria itu tersenyum lebar pada Mayang sambil merentangkan kedua tangannya hendak memeluk Mayang.
"My Dear, I miss you so much!" ucapnya tanpa malu dan semakin mendekati tubuh Mayang hingga berhasil memeluknya. Mayang berdecak kesal karena tidak sempat menghindarinya.
"My Dear kepalamu! Menjauh dariku atau ucapkan selamat tinggal pada tanganmu!" ucap Mayang di telinga pria tersebut dan dengan cepat melepaskan pelukan mereka. Pria tersebut hanya tertawa kekeh menanggapi omelan Mayang. Sementara sang fotografer terheran melihat interaksi mereka yang terlihat sangat akrab.
Nathael Verlon, yang biasa dipanggil Mayang dengan sebutan Nael. Aktor muda kelahiran Singapura yang sedang naik daun saat ini. Baru saja tiba di sini untuk tawaran iklan yang akan diperankannya bersama Mayang dan Dewina.
Awalnya dirinya menolak tawaran tersebut, walau harga yang akan diterimanya sungguh fantastis. Namun, setelah ia membaca sekilas detail tentang iklan sabun baru tersebut, matanya melirik sebuah nama yang tidak asing baginya. Ya, ia menemukan nama Mayang Vianney di sana.
Dengan senang hati, ia menerima tawaran tersebut dan segera terbang ke Wing Entertaiment untuk mulai syuting. Dan hari ini dirinya dijadwalkan melakukan sesi pemotretan dengan para pemain lainnya. Hingga akhirnya mereka bertemu kembali.
"Apa kabarmu, May? Lama tidak bertemu," ucap Nael pada Mayang dengan lembut, "Dan aku senang, ternyata kamu tidak melupakanku." sambungnya lagi.
"Apa kalian saling kenal? Kalian terlihat akrab," tanya sang fotografer menyela percakapan mereka sebelum Mayang menanggapi ucapan Nael.
"Ya, kami saling kenal. Mayang adik kelasku waktu kami di California. Maaf, bisa kamu memberi kami waktu mengobrol sebentar? Lagipula aku masih sedikit lelah setelah penerbangan," ucapnya santai pada sang fotografer dengan menggerak-gerakkan tubuhnya melakukan peregangan. Seakan memberi kode pada orang tersebut kalau dirinya benar-benar lelah.
Mungkin saja jika Mayang yang mengatakannya, dia tidak akan mudah percaya secepat itu. Namun, pernyataan itu keluar dari bibir Nael sendiri. Tentu saja sang fotografer tidak bisa menolak permintaan aktor setenar Nathael Verlon. Dengan segera fotografer tersebut meninggalkan Mayang dan Nathael berdua.
"Apa yang kau lakukan? Haish! Apa kau sadar, perbuatanmu yang barusan akan menjadi gossip di hari pertamaku bekerja, Nael! Lagipula untuk apa kau ke sini? Jangan bilang kamu pemeran utama prianya?" omel Mayang berujung pertanyaan.
"Ayolah Mayang sayang! Apa kamu tidak merindukanku sedikit saja? Biarkan saja anggapan semua orang, aku tidak peduli," ucap Nael dengan santainya.
"Yang benar saja!" rutuk Mayang dalam hati sambil memijit pangkal hidungnya yang terasa lelah melihat tingkah Nael.
"Kamu tahu, aku begitu senang saat tahu kalau kamu ikut mengambil peran di iklan kali ini. Itulah sebabnya aku segera ke sini menemuimu. Kejutanku sungguh manis, bukan?" ucap Nael memasang wajah manis pada Mayang.
"Dasar! Kegilaanmu bahkan masih sama!" decak Mayang sambil menepuk dahinya sendiri dan bergeleng.
"Nael, aku serius. Aku bahkan baru akan memulai karierku, sedangkan kau sudah terkenal. Apa kau tidak tahu, keakraban ini membawa pengaruh untukku?" sambung Mayang sedikit serius.
"Aku tahu! Dan aku tidak keberatan, kamu bisa terkenal karena digosipkan dekat denganku! Terlebih, kalau orang lain tahu kalau kita sepasang kekasih. Ayolah May, aku sangat merindukanmu, biarkan aku memelukmu lebih lama lagi," Nael kembali merengek sambil merentangkan tangannya lagi.
Kali ini dengan cepat Mayang menghindar dan memukul kepala Nael agak keras.
Pletak!
"Dasar bodoh!" celetuk Mayang.
"Aduh!" Nael mengaduh kesakitan terkena pukulan Mayang.
"Kenapa kamu sama sekali tidak berubah? Ternyata masih sama saja, hish! Aku kira saat bertemu denganmu lagi kamu akan bersikap manis padaku, dan aku bisa mengambil kesempatan bermesraan denganmu lagi. Hah, aku kecewa," ucapnya lesu.
"Sepertinya aku harus tidur dulu kalau ingin bermesraan denganmu. Karena di dunia nyata seperti ini mustahil. Lihat, selain tambah manis kau juga tambah kejam," gerutunya sambil terus memegangi kepalanya yang sakit.
"Kenapa kau tidak mati saja dan tidak usah bangun lagi! Silahkan nikmati aku sesukamu di mimpimu, aku ikhlas! Tapi, apa kau tidak mau tahu apa yang kita lakukan dalam mimpiku?" tanya Mayang sambil menaik-turunkan alisnya dan tersenyum licik pada Nael.
"Aku mau tahu, apa aku jadi pangeran tampan yang akhirnya jadi suamimu?" jawab Nath dengan keingintahuan.
"Ya, benar sekali. Kau pangeran tampan yang menjadi suamiku. Tapi di malam pertama kita, aku terlalu liar karena melihatmu bertelanjang dada dengan bulu-bulu halus di sekitarnya," ucap Mayang sambil mengukir pola abstrak di dada Nael dengan jarinya hingga membuat lelaki itu meremang.
"Membuatku tidak sabar untuk segera membelahnya, mencungkil paru-parunya dan mengeluarkan isinya untuk kuberi makan buaya peliharaanku. Apa kau puas!" ucap Mayang sambil mengejek dan mencubit dada Nael hingga kembali meringis kesakitan, tapi itu setimpal dengan keusilan yang ditimbulkan Nael barusan.
"Kamu benar-benar kejam, May! Dasar! Tidak bisakah kamu sedikit lembut pada mantan kekasihmu ini? Bahkan jutaan wanita menggilaiku, tapi kamu malah mau membunuhku, haisshh! Sungguh kejam!" ratapnya sambil memegangi letak dadanya dengan kedua tangan lalu berakting memelas. Namun tidak berlangsung lama, ekspresinya kembali normal dengan wajah yang juga tenang.
"Tapi itu yang aku suka dari kamu. Kamu bukan wanita munafik yang tidak repot-repot menjaga imagemu di depan orang lain," dan setelahnya kembali memuji Mayang.
"Ternyata kau sadar, tapi kenapa masih menggangguku terus? Orang lain bisa salah sangka dengan hubungan kita, dasar kau! Ya sudah, panggil lagi fotografer itu. Aku masih ada urusan hari ini!" omel Mayang dan setelahnya menyuruh Nael memanggil fotografer itu lagi untuk segera menyelesaikan sesi pemotretan.
Jepretan demi jepretan, gambar demi gambar dengan berbagai pose sesuai arahan tersimpan di kamera sang fotografer. Sesekali Nael mengambil kesempatan untuk memeluk geram Mayang yang semakin terlihat menggemaskan saat berpose. Mau tidak mau, Mayang menahan kekesalannya pada Nael untuk tidak berlaku kasar, karena ada banyak orang yang memperhatikan mereka. Hingga tidak terasa, sesi pemotretan berakhir dan memakan waktu hingga dua jam.
Nathael segera dikerumuni para penggemarnya yang rata-rata berasal dari kru iklan tersebut untuk meminta tanda tangan dan berfoto. Mayang memperhatikannya dan tersenyum lalu berlalu pergi tanpa pamit terlebih dulu pada Nael di sana.
"Mark, posisi kalian?" tanya Mayang singkat.
"Aku dan Rick di sebuah restoran mewah tempat klien kita mengajak bertemu, Bos. Ben sudah menunggu Bos dari tadi, dan seperti biasa, pakaian Bos aku letakkan dalam koper di bawah," jawab Mark lugas.
"Okey!" jawab Mayang singkat dan mematikan ponselnya. Ia berjalan ke depan lobby gedung dan langsung melihat mobil sedan biasa yang selalu mengantar jemputnya.
Bukannya tidak bisa membeli mobil yang mewah, bahkan pabrik mobilnya juga bisa mereka beli dengan hasil pekerjaan mereka sebagai mafia. Tapi untuk apa kemewahan itu, kalau nyatanya mereka harus berpindah-pindah wilayah saat menjalankan misi mereka.
Mayang langsung masuk ke dalam mobil yang berhenti tepat di depannya.
"Selesai, Bos?" tanya Ben langsung saat Mayang baru saja duduk.
"Ya, aku selesai dan cepatlah, Ben! Aku tidak mau lebah penganggu itu mengikutiku!" perintah Mayang. Dan langsung saja Ben menikkan gasnya untuk melajukan mobilnya dengan cepat.
"Lebah pengganggu siapa yang Bos maksud?" tanya Ben sambil melihat kaca spion yang sedikit lebih tinggi dari wajahnya, melihat tirai pemisah sudah terpasang dan menutupi Mayang di belakang sana.
"Kau ingat pemuda berambut pirang yang selalu mengikutiku saat di kampus, Ben?" tanya Mayang sembari berganti baju.
"Pemuda yang mana? Bos kan punya banyak pemuda, hahaha!" gelak Ben setelah meledek Mayang.
"Sepertinya, kuperhatikan perutmu sedikit berlipat, Ben? Apa kita perlu latihan lari lagi?" Dua kalimat Mayang langsung membuat Ben terdiam.
Dia langsung ingat pada latihan rutin mereka kalau saja mereka bertiga terlihat berlebihan berat badan. Bos mereka akan mengawasi mereka berlari dengan menembakkan senapan kedap suara ke arah kaki mereka agar mereka lebih cepat berlari. Dan mengingat hal itu membuat wajah Ben memucat.