"Artis baru? Pantas saja aku tidak begitu tahu. Tapi apa katanya tadi? Bermain bersama Mayang? Haaaa! Apa-apaan Trian itu? Kenapa dia mengambil orang itu untuk bermain bersama Mayang?" guman Bian sambil menghela nafas panjang.
Saat Bian terus larut membaca laporan data tentang Mayang, pikirannya kembali teringat dengan wanita serba hitam dan misterius tadi siang.
"Kenapa tidak ada satupun informasi ini merujuk ke wanita tadi siang? Apa aku salah mengira wanita itu adalah Mayang?" sambungnya lagi. Ia terus berpikir dalam diam. Menyenderkan kepala dan tubuhnya di kursi malas di ruang kerjanya.
"Jadi siapa wanita misterius itu? Bahkan ada tiga laki-laki yang mengikutinya? Tapi aku yakin sekali, kalau wanita itu Mayang," Angannya melambung tinggi dan tentu saja Mayang-lah sebagai objeknya lamunannya saat ini.
***
Pantai sudah gelap, bahkan bulan juga tidak bersinar indah karena tertutup awan tebal yang sepertinya bersiap menurunkan hujan.
Mayang tengah duduk bersama Rick saat ini. Sementara Ben mengambil mobil dan Mark mencari baju ganti untuk Bos mereka.
"Boss, may I ask?"
(Bos, bolehkah aku bertanya?) Rick memulai percakapan yang sedari tadi terasa sunyi karena kediaman Mayang.
"What did the Boss tell you earlier? I do not understand at all. Sorry for always bothering you, Boss!"
(Apa yang bos katakan tadi? Aku sama sekali tidak mengerti. Maaf karena selalu mengganggumu, Bos!) sambung Rick lagi.
"Why apologize, Rick! You're not wrong. I was just wrong recruiting men like you, hahaha!"
(Kenapa minta maaf, Rick! Kau tidak salah. Aku hanya salah merekrut orang sepertimu, hahaha!) jawab Mayang sambil tertawa, dan setelah itu Mayang mengoreksinya, "No offense, just kidding!" (Jangan tersinggung, hanya bercanda!)
"Listen carefully!" Mayang menyuruh Rick untuk mendengarkannya baik-baik.
"Remember, our wounds in the past are the trigger for us to become stronger, but ... be strong without losing our own happiness!"
(Ingatlah, luka kita di masa lalu adalah pemicu kita menjadi lebih kuat, tapi ... jadilah kuat tanpa kehilangan kebahagiaan kita sendiri!)
"And you know, I love all of you like my own family."
(Dan kau tahu, aku menyayangi kalian seperti keluargaku sendiri.) ucap Mayang sambil tersenyum pada Rick.
"Thank you, Boss! I won't bother Boss anymore,"
(Terima kasih, Bos! Aku tidak akan merepotkan Boss lagi.) ucap Rick terharu. Begitu bersyukur rasanya, ia memiliki Mayang sebagai pemimpinnya.
"Yes, be excited! Let's go home, they've come!"
(Ya, bersemangatlah! Ayo pulang, mereka sudah datang!) ucap Mayang sambil menepuk bahu Rick berulang saat melihat mobil mereka mendekat.
***
Dering telpon kembali terdengar dari ponsel Mayang. Dan saat ia melihat nama si pemanggil, 'Luna Perawan Tua' wajahnya terlihat malas untuk menerima panggilan tersebut.
"Apa perlu aku yang menjawab, Bos?" Mark bertanya.
"Biarkan saja, sebentar lagi pasti mati sendiri!" jawab Mayang malas. Dan ya, nada ponsel terhenti, namun hanya beberapa saat saja. Dan kemudian, terdengar kembali.
"Hmm, ada apa?" jawab Mayang malas setelah terpaksa membuka panggilan tersebut.
"Wah wah, artis besar yang sombong! Sudah merasa hebat, ya?" cibir Luna dari sana.
"Sudahlah Luna, moodku sedang buruk untuk meladeni omong kosongmu!" jawab Mayang enteng dan tidak peduli.
"Dasar gadis kurang ajar! Berani sekali kau bicara seperti itu padaku, hah?" bentak Luna yang marah, sontak membuat Mayang menjauhkan speaker ponsel dari telinganya.
"Dengar! Besok pagi pukul delapan ada pertemuan dengan investor lokal, dan Tuan Reksa sedang melakukan perjalanan bisnis dengan calon besannya Tuan Rajasa. Lagi pula Dewina besok sudah mulai syuting iklan. Apa kau mengerti?" terang Luna dengan suara yang tidak santai dan penekanan kata 'calon besan' yang bermaksud menyindir Mayang.
"Oh," satu kata balasan Mayang bermaksud malas menanggapi ucapan Luna, namun dengan segera Mayang teringat sesuatu, "Apa? Besok? Apa kau sudah gila, Luna? Kalau Dewina besok sudah mulai syuting, sudah pasti aku melakukan hal yang sama, bukan? Jadi apa maksudmu sekarang?" cerocos Mayang padanya.
"Terserah padamu, aku tidak peduli. Kau kan wanita hebat! Baik, aku tutup telponnya!" Luna menanggapi kepanikan Mayang dengan tidak peduli dan langsung mematikan sambungan.
"Dasar kau Luna perawan tua! Kenapa kau tidak ada bosan-bosannya melihatku kesusahan?" rutuk Mayang yang tetap menggenggam ponselnya hingga terdengar suara remukan benda yang sudah diduga oleh Mark, Ben, dan Rick.
"Mark, belikan aku ponsel baru malam ini juga!" ucap Mayang bernada datar.
"Baik, Bos!" jawab Mark tanpa basa-basi. Lalu saling bertukar pandang dengan Rick dan Ben di depannya. Seakan memiliki satu pikiran, ketiganya senyum licik memikirkan kejutan kecil untuk Luna si perawan tua yang telah menyusahkan bos mereka.
"Jangan macam-macam kalian!" celetuk Mayang lagi pada ketiganya, seakan mengerti anak buahnya tersebut berencana berbuat sesuatu pada Luna.
"Tidak ada, Bos! Tenang saja, hehe!" jawab Mark. Mereka tahu batasan karena Mayang tidak ingin mereka ikut campur dalam urusan dendam pribadinya. Namun, sedikit surprise tidak salah, bukan?
***
Pagi hari, tepat pukul delapan di depan PT. Reksa Rimba…
Setelah Mayang dengan kesusahan bangkit dari drama bangun tidurnya yang menyedihkan, akhirnya ia dapat tiba di perusahaan milik keluarganya.
Jarak yang harus ia tempuh menuju ke sana membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Sementara Mayang baru sadar dari tidurnya pukul tujuh pagi. Bayangkan bagaimana kerepotannya pagi ini. Belum lagi waktu untuk mandi dan berberes diri.
Saat ini ia mengutuk Luna karena membuatnya kalang kabut seperti ini. Teringat kembali setengah jam yang lalu …
"Rick, drive me in half an hour, hurry!"
(Rick, antarkan aku dalam setengah jam, cepat!) perintah Mayang pada Rick.
Kenapa Rick? Karena Rick adalah mantan pembalap liar yang memiliki julukan Hantu Jalanan yang Mayang perlukan saat ini.
Drama kejar-kejaran dengan polisi lalu lintas juga terjadi, namun Rick dengan mudah menghindar dan membuat aparat keamanan kehilangan jejak mereka.
Tepat tiga puluh menit, Rick dan Mayang tiba di depan perusahaan keluarganya. Sungguh melelahkan. Dan setelah menyuruh Rick pergi, Mayang menghubungi Mark.
"Mark, setelah kalian bergabung dengan Rick di pelabuhan, tenggelamkan saja mobil itu, tadi ada sedikit drama dengan aparat, aku tidak mau mengambil resiko. Kabari aku terus perkembangan tentang Alfred, mengerti? Semoga kalian baik-baik saja!" ucap Mayang pada Mark.
Entah kenapa saat ini Mayang mengkhawtirkan anak buahnya yang berangkat tanpa dirinya. Setelah pagi tadi mendapatkan info keberadaan Alfred yang diburu oleh mereka. Ia mempercayakan penyelidikan tersebut pada mereka, sementara Mayang harus bergelut dan menyelesaikan masalah di kehidupan normalnya.
Mayang yang matanya masih memperhatikan ponselnya karena cemas memikirkan anak buahnya, melangkah tanpa hati-hati dengan sepatu hak tingginya.
Ia nyaris terjatuh saat hak sepatunya terselip dan membuat tumitnya terkilir. Untung saja, tubuh Mayang tertahan dada bidang seseorang yang datang dari samping.
"Kau lagi?"