"Tidak perlu Bos. Perutku besar karena aku belum buang besar dalam beberapa hari," Ben coba mengelak. Ia tidak mau lagi menertawakan bosnya yang sepertinya tidak dalam mood yang bagus.
"Tapi aku seperti ingat lebah itu. Lekaki yang Bos pernah selamatkan waktu itu, bukan? Dan karenanya kita dikirim ke Texas?" Ben mengalihkan pembicaraannya kembali ke topik yang Mayang tuju tadi.
"Iya, dia. Dan kau tahu, Ben? Dalam beberapa hari ke depan, aku malah harus berhubungan dengannya karena pekerjaan. Haish! Kepalaku rasanya mau pecah. Kenapa beberapa hari belakangan ini aku begitu tidak beruntung? Rasanya aku segera ingin pulang ke tempat daddy di sana" Mayang terdengar menghela nafas kasarnya.
Tentu saja Mayang merasa lelah. Dirinya yang harus repot berinteraksi dengan Biantara si Ceo tampan namun gila yang berulang kali menggodanya. Dan sekarang, ada Nathael lelaki yang selalu mengejar dan menginginkannya untuk jadi kekasihnya sewaktu Mayang di tahun akhir kelulusannya.
Mayang masuk ke dalam lamunannya. Mengingat kembali perjumpaannya dengan Nael untuk pertama kali.
Kota Fresno, California sekitar setahun lalu…
Fresno adalah kota keenam terbesar di California. Kota ini merupakan kota terbesar di wilayah Central Valley California. Fresno memiliki universitas negeri yang terkenal yaitu California State University yang terletak di sisi utara Shaw Avenue. Di sanalah Mayang menghabiskan waktunya menimbah ilmu akademis sesuai keinginannya.
Sambil belajar sebagai siswa normal di universitas tersebut, Mayang dapat menutupi identitasnya sebagai mafia, yang beberapa tahun sebelumnya resmi menjadi anak angkat Black Jack. Tidak ada seorang pun yang tahu, seorang pembunuh bayaran yang mahir dalam menembak, berkamuflase menjadi gadis cantik sekaligus pelajar berprestasi di bidang seni.
Siang itu Mayang mendapatkan tugas untuk menculik dan membunuh anak tunggal dari bos perusahaan pembuatan alat musik gitar dari Singapura, yang merupakan competitor bisnis klien Black Dragon, yang tidak lain adalah Nathael Verlon.
Rose yang dipilih Daddy Black Jack karena dianggap misi pembunuhan ini sangat cocok dengan keahlian Rose yang mahir menembak. Untuk membunuh seorang pemuda kaya, dan tidak memerlukan banyak orang, cukuplah Rose yang bekerja dan semua aman tanpa kehebohan.
Malam itu Rose dari atas gedung yang memiliki tinggi sekitar lima puluh lantai, yang dari posisinya saat itu tengah mengatur bidikan ke arah seorang pejalan kaki yang hendak melintasi zebra cross. Pemuda tersebut masih menunggu lampu rambu yang masih berwarna hijau bagi kendaraan.
Dengan teliti Rose mengukur ketepatan bidikan SVLK-14S Sumrak miliknya. Senapan runduk buatan Lobaev Arms, sebuah perusahaan senjata Rusia, disebut-sebut sebagai senapan dengan jangkauan paling jauh di dunia. Senapan ini disebut mampu menembak sasaran di jarak empat kilometer dan mampu menembus logam setebal tiga sentimeter.
Dengan menantang gelapnya malam di atas kota Fresno, sama sekali tidak membuat wanita muda itu takut ataupun cemas akan salah sasaran untuk menembak.
"Three, two, one, and… I got it!" ucap Rose yang tengah tersenyum puas dengan bidikan sempurnanya. Dan sedetik lagi jari telunjuknya menarik pelatuk senapannya, konsentrasi Rose buyar, saat Nathael berlari ke tengah jalan dengan cepat.
Mata Rose tetap lekat memperhatikan Nathael yang tersungkur setelah mengelak dari hantaman sebuah truk besar pengangkut pasir, karena menyelamatkan seekor induk kucing yang tengah menggendong anaknya dengan mulut saat akan menyeberang jalan.
Jiwa seorang Rose si mafia kembali menjadi Mayang gadis malang yang kehilangan anaknya karena kecelakaan. Tubuh Mayang bergetar hebat, tangannya yang tidak stabil ia lepaskan dari pelatuk yang sudah siap tembak itu.
Mayang terduduk dengan air mata karena naluri keibuan miliknya tergugah. Seekor induk kucing yang tengah membawa anaknya yang masih kecil, dan pemuda baik hati yang rela mempertaruhkan nyawanya demi kucing tersebut.
"Apa bedanya aku dengan Dewina dan mereka yang menyakitiku, bila aku membunuh lelaki itu tadi?" itulah isi hatinya. Yang nyaris saja menopang rasa bersalah.
Kalau saja pelatuk tadi ia tarik, dan pemuda itu mati, induk kucing dan anaknya juga pasti mati karena tertabrak truk yang melintas.
Mayang menangis membayangkan dirinya dulu yang tidak seberuntung kucing itu, yang dapat diselamatkan dari maut. Karena Dewina dan Alden bukanlah manusia yang berhati mulia seperti Nathael.
Dari detik itu juga, Mayang mengakui telah menggagalkan misinya, serta bertekad melindungi Nathael dari kemarahan klien yang ditolak Mayang. Yang ia tahu pasti mereka akan menyewa pembunuh bayaran lainnya untuk tetap melenyapkan Nathael.
Dari sanalah Mayang mulai mendekati Nathael yang tenyata memang pemuda yang baik dan polos. Sangking polosnya, sampai ia tidak pernah tahu kalau pertemanannya yang dianggap alami dengan Mayang, hanyalah untuk melindungi dirinya dari pembunuhan yang mengancam nyawanya.
Suatu hari saat mereka baru saja pulang dari kampus. Sebuah mobil mewah berlapis baja tiba-tiba menabrak mobil yang Nael kemudikan hingga membuat mobil sport berwarna hijau tersebut terdorong cepat ke depan tanpa terkendali.
Mayang yang memang selalu mengintai Nael, saat itu juga melajukan motor sport miliknya mengimbangi kecepatan mobil berlapis baja tersebut hingga posisi mereka sejajar.
Dengan tangan kirinya yang tetap pada stank motor. Sementara tangan kanannya yang memegang handgun cantik kesayangannya, ia arahkan ke jendela mobil yang didalamnya bisa terlihat dua orang lelaki berbadan kekar berkacamata hitam.
Prang! Prang!
Dua kali suara pintu kaca mobil terdengar pecah tertembus peluru dari pistol kedap suara milik Mayang. Dan langsung membuat laju mobil yang mereka tumpangi kehilangan keseimbangan. Karena apa? Karena tidak ada seorang pun yang selamat setelah kepalanya tertembus peluru milik Black Rose.
Sekali lagi Mayang menyelamatkan hidup Nathael dari kematian. Hingga akhirnya ia tidak bisa tinggal diam karena harus selalu mengawasi keselamatan Nael. Jadi, tanpa persetujuan Daddynya, Mayang malah membunuh akar masalahnya.
Ya, Mayang membunuh klien yang batal bekerja sama dengannya. Hingga membuat sang Daddy marah dan mengukum Mayang untuk pergi ke Texas tempat di mana kepala mafia dihargai dengan sangat tinggi.
Tidak sepenuh kesal lantaran dihukum seperti itu. Malah Mayang senang karena tidak harus lagi menjaga keselamatan Nathael dari oknum yang membenci keluarganya.
Sraaak!
Tirai pembatas antara dirinya dengan Ben terbuka. Ben dapat melihat dari kaca spion mobilnya, raut wajah bosnya yang murung.
"Syukurnya dia baik-baik saja sampai sekarang setelah aku pergi. Dan mungkin Tuhan masih menginginkan hidupnya untuk kembali menggangguku," ucapnya miris.
"Ben kenapa hidupku serumit ini? Bukannya aku tidak ingin hidup normal, tapi bagaimana caranya bila setiap saat aku teringat, tanganku sudah berlumuran darah dari sekian banyak orang?" kali ini mata Mayang memerah saat mengatakannya.
"Tapi, walau aku harus kesepian seumur hidupku, setidaknya aku beruntung karena masih ada kalian bersamaku. Benar kan, Ben?" ucap Mayang sambil menghela nafas berat. Terlihat oleh Ben, Mayang menyandarkan kepalanya dengan mata tertutup.
"Tidurlah Bos! Bos sudah bekerja keras selama ini. Kami yang beruntung bisa melayani Bos Rose sampai sekarang, terima kasih, Bos! Kami akan selalu bersama Bos," ucap Ben dengan tenang sambil tersenyum simpul memperhatikan Bosnya yang terlihat telah larut dalam tidurnya.
***
Perjalanan setengah jam lebih dari cukup untuk Mayang terlelap sekejap. Saat mobil berhenti di depan restoran mewah, Mayang telah bersiap dengan memakai masker di wajahnya.
"Di sini tempatnya? Kalian tidak bercanda, kan? Di tempat seterang ini kita mau membahas hal jahat? Dasar sinting! Ayo cepat turun!" omel Mayang pada Ben yang mengajaknya agar segera turun.