Seorang wanita cantik bermasker hitam di wajahnya. Mengenakan celana berbahan karet ketat berwarna hitam, senada dengan jaket kulit yang ia kenakan. Terlihat sedikit kaus dalam yang juga berwarna gelap. Dengan rambut terurai yang amat membuat kesan seksi dan gelapnya terpancar.
Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam restoran mewah tersebut yang ternyata cukup luas.
"Welcome, Boss!" sapa Rick yang tengah menunggu kehadiran Rose. Sementara Mark menemani klien mereka.
"Why did you guys choose a place like this, Rick?"
(Kenapa kalian memilih tempat seperti ini, Rick?) tanya Rose yang terlihat mendengus.
"Client request, Boss!"
(Permintaan klien, Boss!) jawab Rick.
"You know I don't like crowds like this. Don't do it again next time!"
(Kalian tahu aku tidak suka keramaian seperti ini. Lain kali jangan diulangi lagi!) omel Rose padanya.
"Yes, Boss!" jawab Rick.
Ben baru saja mengikuti arah langkah Rose dan Rick dari belakang. Mereka terus berjalan melewati banyaknya orang-orang berjas, dari yang tua hingga muda. Sepertinya tempat itu memang biasa dipakai untuk pertemuan bisnis.
Tanpa Rose sadari kalau dirinya telah melewati Bian yang juga sedang berada di sana melakukan pertemuan dengan kliennya.
Bian yang tekun dan serius dalam pekerjaannya merasa pikirannya teralihkan saat hidungnya menghirup aroma parfum yang ia kenal. Dan saat ia menolehkan wajahnya, terlihat wanita muda yang memakai masker di wajah dengan aura yang gelap berjalan melewatinya dari samping. Diikuti dua orang lelaki gagah dengan aura yang sama.
Sangat jelas di mata Bian, kalau mereka adalah orang-orang yang berkecimpung di organisasi hitam. Namun saat ia memperhatikan wanita yang membelakanginya tersebut, "Mayang?" langsung ia berfikir kalau wanita itu adalah Mayang.
Namun segera ia menepisnya, "Ah, tapi tidak. Mungkin Hanya pikiranku saja yang terlalu merindukannya. Bahkan ini belum sehari. Dasar!" ucapnya dalam hati sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya sedikit. Jadi, dengan kebingungan yang tersisa, Bian lebih memilih mengabaikannya.
Sementara Rose baru saja duduk di kursi yang disediakan Mark untuknya. Tanpa suara dan tanpa ekspresi, Rose memperhatikan seseorang yang ada di hadapannya kali ini.
"Selamat datang Bos Rose. Aku baru tahu, kalau Bos Rose ternyata wanita berpenampilan cantik seperti ini, hahaha!" ucap seorang lelaki paruh baya berambut ikal dan berbadan tambun sambil tertawa.
"Sebenarnya orang sepertiku lebih nyaman bertransaksi di tempat minum-minum dibanding tempat seperti ini, namun nyatanya para gadis menyukai tempat seperti ini," ocehnya lagi.
"Tentu saja aku tidak membicarakan Bos Rose dalam hal ini, hahaha!" sambungnya lagi dan terus tertawa. Sementara Rose masih diam memperhatikan lelaki di depannya itu. Sambil mencicipi sesendok kopi yang baru saja datang untuknya.
"Coba lihat gaya berpakaiannya itu. Gaya khas Bos kaya mata keranjang. Kampungan! Bahkan aku malu terlihat sedang bicara dengannya saat ini, cih!" umpat Rose dalam hati.
"Bisa langsung saja? Aku tidak suka bertele-tele dan membuang waktu!" ucap Rose ketus tanpa menanggapi ucapan pria tersebut.
"Kasar sekali bicaramu! Sepertinya temanku salah merekomendasikan Black Dragon padaku. Buktinya mengirim wanita muda yang sombong dan tidak sopan sepertimu. Tapi ya sudahlah, karena kalian sudah di sini, dan aku juga tidak mau membuang uang lebih banyak lagi," pria tambun tersebut mengomel pada Rose yang seakan tidak peduli pada ucapannya.
"Mark, kopi apa ini? Rasanya unik. Nanti kau tanyakan bahannya, kita bisa minum ini di rumah!" ucap Rose pada Mark yang kembali tidak mempedulikan orang di hadapannya yang terus mengoceh itu.
Terlihat pria tersebut sudah menghembuskan nafas berat melihat tingkah Rose di depannya. Tapi ia juga tidak ingin mengeluarkan uang lebih lagi kalau harus meminta bantuan dari mafia lainnya.
"Baiklah langsung saja. Aku memerlukan bantuan untuk mengawal anak buahku yang membawa heroin kualitas tinggi ke Cina tanpa diketahui bea cukai. Bagaimana, kalian sanggup?" ucap klien tersebut.
"Kau meminta bantuan pada temanmu untuk bicara pada Kakakku Lion, bukan?" tanya Rose dengan suara datar sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Iya, benar. Temanku merekomendasikan Black Dragon, dan mengalihkan permintaan kami ke Black Rose yang kebetulan di negara ini. Dan aku dengar tingkat misi sukses kalian sangat direkomendasikan. Tapi kelihatannya misi ini sulit untuk kalian, heh!" jawab pria berlemak tersebut dengan nada seakan meremehkan Rose.
"Jadi begitu. Penilaianmu cukup unik karena bisa menilai kinerja mafia tanpa mencari tahu lebih dulu. Apa kau tidak tahu, Black Rose menolak transaksi berbau obat terlarang? Atau jangan-jangan memang kau atau temanmu yang bodoh karena tidak menyebutkan permintaanmu pada Kakakku?" Rose berkata dengan tatapan mengintimidasi dengan senyum meremehkan.
"Kalau dia tahu tugasnya transaksi obat terlarang, mana mungkin misi ini jatuh padaku? Hah! Membosankan! Ternyata selain kau lelaki gendut mata keranjang, kau hanyalah bos mafia dengan otak kosong. Pergilah, aku mau menikmati kopi ini!" jawab Rose santai dengan penghayatannya menyesap kopi yang ia rasa sungguh nikmat.
Sementara di belakang Rose ada Rick, Mark, dan Ben yang terkekeh mendengarkan ucapan menohok Bos mereka pada mafia abal-abal di hadapan mereka itu.
Braak!
Lelaki tambun itu marah dan menggebrak meja dengan tangan besarnya. Sontak saja membuat setiap orang menyalihkan pandangan mereka ke meja tempat Rose duduk. Tidak terkecuali dengan Bian yang memperhatikan gelagat tenang wanita tadi. Namun, pandangannya tidak cukup jelas melihat wajah Rose karena posisinya yang memunggungi Bian dan jarak mereka juga tidak dekat.
"Tidak hanya mulutmu yang kurang ajar, ternyata kau juga tidak tahu aturan, ya?!" ucap pria itu marah. Rose hanya diam dan terus menyunggingkan senyum di bibir yang kembali tertutup masker.
"Aku tidak peduli dengan aturanmu yang menolak mengantarkan barangku. Aku hanya mau kau melakukan apa yang aku perintah, karena aku sudah membayar mahal hanya untuk bicara dengan wanita murahan sepertimu sekarang!" ucap pria tersebut.
"Wanita murahan!"
Mendengar kata tersebut, tiga anak buah Rose langsung mengubah raut wajah mereka menjadi tegang. Mereka sangat hafal jika ada yang menyebut bos mereka dengan kata-kata itu, maka habislah orang tersebut.
Sementara Rose yang mendengar cacian wanita murahan itu ditunjukkan padanya, langsung mengubah lirikan mata santainya menjadi tajam bak pisau yang hendak menikam.
Dengan satu gerakan cepat setelah ia berdiri, tangan kiri Rose mencengkeram wajah pria tersebut dan menghantamkannya ke meja.
Brook!
"Diam di tempat kalian kalau masih mau bernafas hari ini!" bentak Rose pada para anak buah pria tersebut yang berusaha mendekat. Sementara ketiga anak buah Rose sendiri hanya menonton pertunjukan menarik dari bos mereka.
Salah satu diantara anak buah pria gendut itu nekat maju untuk menyerang Rose dari belakang. Dengan cepat Rose mengarahkan tendangan kakinya tepat di wajah laki-laki bertubuh kerempeng dengan tatto di wajahnya.
Bugh! Pria tersebut oleng dan jatuh tersungkur setelah wajahnya mencicipi tendangan sepatu boot Rose. Rick bahkan terdengar terbahak melihat pria malang tersebut. Begitu juga dengan Mark dan Ben yang lebih memilih tertawa dengan elegan saat menontonnya.
"Kalau kau kaya gunakan uangmu untuk mencari informasi sebelum kau berhubungan dengan mafia! Beraninya kau menghina Black Dragon dan organisasi kami! Besar juga nyalimu!" bisik Rose di telinga pria dalam cengkeraman tangannya tersebut.
"Sial, kenapa aku tidak bisa mengangkat wajahku? Wanita macam apa yang punya tenaga sebesar ini?" ucap pria tersebut dengan kesakitannya.
"Kau bahkan tidak pantas menemuiku tapi mulutmu berani sekali menyebutku wanita murahan? Bersyukur kau memilih tempat seperti ini, kalau tidak isi kepalamu sudah hilang sebelum telingaku mendengar ocehan sampah dari lidahmu dari tadi!" suara Rose terdengar menakutkan di telinga pria tersebut.
"Kuingatkan padamu untuk sembunyi setelah ini. Jangan tunjukkan wajah menjijikkanmu di depanku lagi, karena aku tidak cukup dermawan melepaskanmu lagi lain kali!" Rose memperingatkannya untuk terakhir kali sebelum tangannya melepaskan wajah pria tambun tersebut.
"Mark, bayar kerusakan yang kubuat! Jangan lupa resep kopi tadi!" ucap Rose pada Mark sebelum pergi melangkah menjauh dari kekacauan tersebut.