Indri berjalan kearahku, dia membawa tas kerjaku lalu menaruhnya disofa sebelah aku Duduk.
"Ini mba tas nya, ada lagi yang bisa saya bantu mba, kalau tidak ada saya akan kembali keruangan karena masih ada yang harus saya kerjakan," Aku melihat Indri agak gugup dari biasanya mungkin akibat si bule edan didepanku yang menatapnya seperti ingin menelan Indri hidup-hidup.
"Sudah gak ada sih Dri tapi duduk dulu sini," pintaku sambil menepuk sofa disebelahku. Indri akhirnya duduk disebelahku, Setahuku Indri itu percaya dirinya tinggi mengapa sekarang dia hanya diam dan menundukan kepalaku.
"He bisa gak mulutmu itu ditutup, kalau terus dibuka nanti air liur mu jatuh," Bryan menendang kaki Omar, sadar dirinya sedang terpana pada Indri, ia langsung menutup mulutnya dan menbetulkan duduknya.