pintu lift terbuka posisi Kiara yang sedang memeluk Darren membuat orang urung masuk kedalam lift.
"Masuk aja mba gak apa-apa kok," perintahnya pada seseorang perempuan yang membawa berkas laporan yang sepertinya akan diberikan pada sekretaris Indra.
"Ma maaf mas mba mengganggu," perempuan itu tertunduk menahan malu.
"Makanya jangan bercanda aja Yank gak enak sama orang," Bisik Darren ditelinga Kania.
"Gak papa mba ayo masuk kalau gak masuk-masuk tar liftnya gak bisa jalan," Kiara tersenyum pada wanita didepannya tersebut yang membuat dia bisa sedikit nyaman. posisi Kiara sudah tidak memeluk Darren.
tak lama pintu lift terbuka Darren mempersilahkan wanita itu keluar, lalu disusul Kiara baru dirinya dengan reflek kiara menggandeng tangan Darren seolah takut kehilangan.
"Duh manis banget mas Darren memperlakukan perempuan tapi itu siapa ya perempuan yang di gandengnya biasanya dulu kalau dengan Eva ia akan sangat marah kalau digandeng seperti itu," Ia berguman sambil berjalan terus meniju ruangan Indra.
"Mba keruangan Papa juga? Tanya Kiara sopan.
"Iya mba," sahutnya tersenyum dia paham kalau ini adalah tunangan Darren.
"Kalau begitu silahkan dan jangan hiraukan kami," Sahut Kiara dengan senyum dibibirnya.
Kania disambut ayahnya dengan pelukan Setelah perempuan itu keluar dari ruangan Indra barulah mereka masuk karena Kiara tidak ingin mengganggu Ayahnya bekerja.
"Apa kabar bontotnya papah, gimana lancar kuliahnya?" Kiara melepaskan pelukan pada ayahnya.
"Aku baik-baik saja Pap dan kuliahku juga alhamdulilah lancar," Kiara tersenyum lalu mereka duduk disofa diruangan ayahnya.
"Gimama perjalannya pasti menyenangka apalagi bersama calon suami," Goda indra pada putri bungsunya. Kiara hanya tersenyum mendengar perkataan ayahnya
"Kamu selama disini bisa bantu pekerjanya Darren, anggap aja mempratekan ilmu yang dudah kamu dapat," Indra tersenyum lebar.
"Baiklah Pah aku aka belajar dengan baik mohon bimbinganya," Kiara melakukan gerak dalam sebuah drama korea yang justru indra merasa terhibur.
"Ya sudah Pah aku mau keruanganku dulu, Ada berkas yang harus ku bereskan, ayo asisten pribadi ikut denganku," canda Darren pada Kiara yang tentu saja diikuti oleh kiara sambil memegang pujaan Hatinya itu
"Sayang ini coba tolong di cek gambarnya apakah menurutmu sudah okey dan bisa kau menghitung pondasinya ini bangunan permanen yang dirancang untuk anti gempa juga?" Kiata mengambil berkas yang diberikan oleh Darren padanya.
"Baiklah bos sayang asisten yercinta akan coba mempelajari dan mengeceknya," Canda kiara kali ini.
mereka asyik tenggelam dengan pekerjaan masing-masing tanpa mengeluarkan suara.
"Sayang aku mau pipis toiletnya dimana?" pertanyaan Kiara membuyarkan konsentaro Darren.
Ia tersenyum," kamu keluar pintu terus belok kekanan di ujung ada toilet dekat pantry."
Kiara berlari keluar ruangan Darren lalu berjala menuju tempat yang maskud Darren.
"Sore mba mau kemana?" tanya perempuan yang menggunakan pakaian ob.
"Toilet mba," Kiara lalu masuk kedalam dan lalu berjongkok lega di kloset.
"Sudah Mba," tanya perempuan itu lagi.
"Sudah mba," Kiara memcuci tangannya dengan air dan sabun yang ada di wastafel.
"Mba Sekretaris barunya Pak Darren? kalau iya, besok saya akan menyiapkan Minuman dimeja Mb," Katanya sambil melihat kearah Kiara yang selesai mencuci tangannya.
"Saya Assiten pribadinya Mba, kalau mba mau silahkah, oya nama mba siapa?" tanya Kiara ramah
"Saya Asih mba, kalau boleh tahu namanya siapa" ia bertanya balik pada Kiara.
"Saya Kiara mba," Kiara meninggalkan Toilet setelah berpamitan dengan perempuan yang bernama Asih itu.
"Kok lama? ketemu toiletnya?" Tanya Darren begitu Kiara masuk kedalam.
"Ketemu kok yang cuma aku tadi papasan sama Mba Asih jadi ngobrol dulu tweua dia tanya aku sekretarisnya pa Darren kalau ia dia mau buatkan minumannya," Darren memeluk pinggang Kiara sementara ia bersandar di meja kerjanya.
"Trus kamu jawab apa?" tanya Darren sambil mematap kekasihnya.
"Aku bilang Assiren pribadinya," Darren tersenyum Assistennya pribadinya.
"Oya? Asisten pribadi luar dan dalam ya" Goda Darren sambil memdekap tubuh Kiara. sementara Kiara hanya membuat lingkaran di Dada Darren.
"Sayang," Darren memanggil Kiara yamg membuat ia mendingakkan kepalanya, Namun Darren malah menciumnya lembut.
"Ihh kakak," Kania memeluk Darren karena malu.
"Pulang yu ke hotel Papah udah nunggu di bawah," Darren merangkul pundak kekasihnya itu dan keluar dari ruangan kerjanya.
**
Dering suara ponsel Kiara tidak mengangkatnya terdengar dikamarnya, namun Kiara tidak mengangkatnya. Darren mengintip kamar Kiara namun tidak terlihat orang didalamnya.
"Kia," Darren memanggil Kiata namun sepertinya dia sedang mandi. Darren lalu mengetuk kamar mandi, airnshower yang terdengar dari luar dimatikan oleh Kiara.
"Ya kak," teriak Kiaradari dalam.
"Ponsel kamu bunyi terus diangkat dulu lah siapa tahu penting?" Jelas Darren dari kamar mandi Kiara.
"Bisa tolong angkatkan kan katakan saja aku sedang mandi," Pinta Kiara lembali menyalakan Air dari showernya.
Ponsel Kiara berbunyi kembali kali ini Darren mengangkatnya.
"Hallo," Tidak ada jawaban hanya terdengar nafas orang disana.
"Hallo," Sekali lagi Darren memberikan salam.
"Hallo, ini teleponnya Kiara kan" suara seorang pria menanyakan kebenarannya karena yang mengangkat telepon suaranya pria.
"Iya betul, tapi Kiaranya sedang mandi, kalau mau titip pesan silahkan nanti saya sampaikan," Darren tetap berusaha sopan.
"Saya mau mengajak dia kepesta ulang tahun teman saya, bisa tolong katakan nanti jam 7 malam saya jemput," pesannya
"Tapi posisi Kiara sedang tidak di Jakarta tapi sedang di Surabaya bagaimana mungkin dia bisa kembali dalam waktu kurang dari 1 jam?" tanua Darren heran.
"Mas saya hanya minta sampaikan pesan jadi anda tidak perlu mengatakan sesuatu yang bohong jadi suruh saja bersiap-siap nanti saya jemput terima kasih," Lalu pria itu menutup sambungan Darren mengecek nomer pria tersebut tidak ada didalam ponselnya dia saja belum menanyakan dari siapa.
"Dari siapa ka? Tanya Kiara melihat wajah Darren seperti bingung.
"Entah lah suaranya seorang pria dan aku belum.pernah mendengarnya nomernya jiga gak ada di ponsel kamu, dia mengajak kamu dan katanya kamu harus siap-siap karena dia akan menjemput kamu dirumah untuk kepesta ulang tahunnya, padahal aku sudah bilang kamu sedang disuranbaya dia malah bilang aku berbohong dan tetap menyiruh kamu untuk bersiap-siap," Kiara bukan bingung malah tertawa.
"Serius ka?" tanyanya sambil mengambil hand body dan memakai pada tangan dan kakinya.
"Serius buat apa aku ngada-ngada," Darren memberikan Ponselnya pada Kiara.
"Aneh banget gak kenal maksa-maksa lagi," Kiara lalu mendekat kearah Darren dan duduk dipangkuan Darren.
"Sayang jangan gini tar dilihat Papah gak enak lho," Darren berusaha menurunkan Kiara dari pangkuannya.
namun Kiara malah memeluk erat dirinya.
"Emang Papah dimana?" tanyanya lagi.
"Tadi turun kebawah temannya yang dari Bali datang," Darren menjelaskan.
"Ya udah kalau gak gitu biarin aja papah liat juga paling di nikahin," Celetuknya yang membuat Darren terkekeh.
"Pulang dari sini nikah yuu?" Goda Darren. Kiara menganggukan kepalanya sambil mendekap Darren.
"Aku serius nih?" tanya Darren sambil menarik wajah Kiara untuk memandangnya.
"Iya aku serius Kak, pestanya tetap sesuai rencana kita 1 bulan kedepan tapi nilahnya pulang dari sini ya," Wajah Kania sama sekali tidak ada wajah bercanda.
"Kamu gak tahan banget ya pengen Nikah ama Aku goda Darren?" Kiara kembali menganggukan kepalanya.
"Kalau begitu sekarang biarkan aku memelukmu dulu," Darren mendekap erat Kiara yang masih ada dalam pangkuannya.
"Sayang kalau sudah nikah nanti aku gak mau punya anak dulu, boleh?" tanya Kania sambil memegang wajah kekasihnya.
"Kenapa?" Tanya Darren penasaran.
"Aku ingin menikmati masa pacaran halal dipuasin dulu sambil aku nunggu selesai kuliah terus kalau udah selasai baru kita punya anak, Mau yahhhh?" Darren tersenyum lalu mengecup bibir Kiara yang selalu menggodanya seperti candy manis yang membuat anak kecil ketagihan.
"Okey nanti kita konsultasi sama dokter kandungan biar aman dan tidak membahayakan buat kamu alat kontrasepsi apa yang paling cocok buat kamu, Soalnya pake kondom katanya tidak enak," Bisik Darren ditelinga Kiara yang membuatnya semangkin memeluk Darren erat karena malu.