Selesai sholat Rika melipat mukenanya tak lama Randy berdiri dan melipat sejadahnya.
"Kamar kamu nyaman girlie banget beda sama kamar Kiara kalau gak dibantuin Darren kamar akan mirip kapal pecah," Rika hanya tertawa.
"Kamarku kecil beda dengan kamar Kiara yang luas, jadi lebih mudah merapikannya mungkin kalau aku punya kamar sebesar kamar Kiara tidak akan serapih ini," Randy tersenyum mendengar perkataan Kiara dia bukan mengeluhkan kamarnya yang sempit tapi justru mengingatkan Randy untuk tidak membandingkan karena ruangan yang luas mungkin akan membuat penghuninya malas untuk membereskan kamarnya, karena kalau kamar kecil akan terlihat jika ruangannya tidak rapih dah berantakan.
"Bener juga sih kamu," Randy mencolek hidung Rika lalu mereka keluar kamar.
"Aku pulang yah sudah malam," Randy menunjukan jam didinding diruang tamu lalu berpamitan pada ibunya Rika.
"Bu Randy pulang dulu yah, Sekarang gak ada yang dirasa kan?" Tanyanya sambil memegang pergelangan nadi yang sepertinya normal.
"Iya terima kasih yah dok sudah berkunjung," Jawabnya sambil tersenyum.
"Panggil saya Randy bu jika diluar rumah sakit," pintanya sambil menyalami Ibunya Rika.
"Baik lah hati-hati dijalan ya nak," Pinta Ibunya Rika ketika Randy sudah berada didepan pintu rumah.
"Insya Allah bu saya pamit," Rika mengikuti Randy yang berjalan kearah pekarangan.
" Hati-hati dijalan ya," Pinta Rika yang berdiri didepan pintu pagar, Randy tersenyum ke arahnya.
"Nanti aku telepon kalau sudah sampai rumah," Randy lalu masuk kedalam mobilnya dan berlalu meninggalkan Rika yang masih berdiri di dipagar rumahnya sambil tersenyum.
***
"Alhamdulillah akhirnya sampai rumah juga," Kiara menggerak-gerakan badannya karena hampir 2 jam didalam pesawat membuat kiara merasa pegal seluruh tubuhnya.
"Sepi bener nih rumah belum pada pulang sepertinya," Darren menaruh koper Kiara kekamarnya lalu turun kebawah.
"Pegel ya ," Darren memijat pinggung Kiara dengan pelan.
"Iya nih pegel," Kiara memberikan segelas air putih pada Darren kemudian berjalan kearah sofa dia ia menaikan kakinya pada kursi kotak didepannya.
"Aku mandi dulu ya," Darren mengusap kepala Kiara dengan lembut lalu berjalan menuji kamarnya.
"Eh Non Kiara sudah pulang maaf non tadi Saya sedang sholat isya jadi gak bisa nyamperin non segera deh," Katanya sambil tersenyum.
"Gak apa-apa mbok memangnya saya tamu agung harus disambut segala, itu mbo oleh-oleh makanan di beresin tapi yang dua ditas biru biarin taruh diatas meja mau aki kasihkan Rika sama pacarnya kak Faisal," Katanyanya lagi.
"Siap non jadi yang dikardus besar ini saja ya yang di beresin?" Kiara menganggukan kepala ia lalu berjalan menuju kamarnya melihat kasur yang bersih Kiara malah tergoda untuk membaringkan tubuhnya disana.
Randy memarkirkan mobilnya kedalam garasi, Dia baru saja sampai kemudian turun dari mobil dan masuk kedalam rumah.
"Kiara sudah sampai mbok?" tanya Randy sambil menghempaskan tubuhnya disofa, dia melihat sepatu kets Kiara tergeletak dibaah sofa, sementara pembantunya sedang memasukan cemilan kedalam toples.
"Sudah den, tadi bilangnya mau mandi, Den Randy mau makan, kalau mau saya siapkan," katanya sambil merapikan cemilan yang sudah ia masukan kedalam toples.
"Gak mbok terima kasih, saya sudah makan kok," Randy baru saja hendak berjalan ketika melihat Darren keluar kamar.
"Sampai jam berapa tadi?" Tanya Randy ketika Darren menyapanya.
"Tadi sebelum Isya," Darren melihat sekelilingnya hanya sepatu Kiara yang tergeletak didekat sofa, Darren mengambilnys lalu mentimpan di Rak sepatu dekat pintu garasi untujnk masuk kedalam rumah
"Kiara kemana mbok? darren mengambil dua paper bag berwarna Biru.
"Non Ara tadi sih kekamarnya," Jawab Mbo Nah sambil berlalu meninggalkan mereka berdua menuju belakang rumahnya untuk membuang sampah bekas plastik pembungkus makanan.
"Ya sudah kalau gitu aku keatas dulu lihat Kiara dulu, jangan-jangan ketiduran. Randy berjalan dibelakan Dareen karena kamarnya yang bersebelahan dengan Kiara.
"Paling molor Dar," Randy mengetuk pintu kamar Kiara dan benar saja ketika dibuka kamarnya dia masih menggunakan baju yang tadi dengan pakai waktu pulang dari Surabaya.
"Urus tuh bini lu kuman kok dibawa tidur," Randy kemudian masuk kedalam kamarnya
Perlahan Darren mendekati Kiara yang sedang tidur tertelungkup, dia khawatir Kiara terkejut jika dibangunkan secara tiba-tiba.
"Sayang bangun," Darren membelai rambut Kiara dengan lembut, namun tanpaknya kiara tidak terusik. Perlahan Darren mengangkat tubuh Kiara keatas pangkuannya perlahan ia menepuk pipi Kiara namun belum bangun juga hanya sekali- kali dia bergerak lalu kembali tertidur dengan pulas.
"Kasihan kamu cape banget kayanya," bisik Darren pelan.
"Sayang bangun, arren memutuskan untuk menciumnya, kecupan biasa membuat Kiara hanya berguman, lalu Darren menciumnya dengan mengemut sedikit bibir Kiara. Kiara mula terasa terganggu .
"Apa mau aku bukain bajunya biar kamu mandi sayang," dengan gemas Darren menggoda Kiara ditelinganya lalu kali ini dia mengemut bibir munggil kekasihnya itu yang membuatnya terbangun karena kehabisan nafas.
"Hahahaha akhirnya bangun juga," Kiara melotot dengan apa yang dilakukan oleh kekasihnya.
"IIIIH kamu mau biki aku mati kehabisan nafas ya," dengan kesal ia memukul dada kekasihnya. Darren memegang dadanya yag dipukul oleh Kiara denga kesal Kiara bangun dari tempat tidur lalu brjaan kekamar mandi setelah hampir 30 menit ia didalam kamar mandi akhirnya dia selesai juga sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk Kiara melihat Darren masih berada dikamarnya sambil merebahkan dirinya di kasur sambil membaca berita dari ponselnya.
"Sudah mandinya, segera?" Darren bagun dari tidurnya lalu megambil pengering rambut yang ada didalam laci meja rias milik Kiara.
"Duduk sayang, sini aku keringkan rambutnya," dengan telaten dia mengeringkan rambut Kiara yang lumayan panjang, setelah 15 menit akhirnya rambut Kiara kering juga.
"Terima Kasih Kak," Kiara menyisir rambutnya lalu berdiri dari tempat tidurnya.
"Kak tas yang biru tadi dimana yah?" tanya Kiara sambil memandang kekasihnya yang duduk di pinggir tempat tidurnya.
"Itu aku bawa ke kamar kamu," Darren menujukan tas yang dimaksud oleh Kiara.
"Eh kak kan Aku bilang gini sama Rika, Kak besok aku kerumah ya ada sedikit oleh-oleh, trus Rika jawab gini gak usah kerumah Ra titip sama Kak Randy aja aku besok mau kerumah sakit ambil obat buat ibu, kasihan kalau kamu kesini jauh. Sejak kapan Rika panggil Kak Randy dengan Kakak biasanya juga Dok," Otak Kiara langsung berkerja ada hal mencurigakan menurut dirinya.
"Kamu kalau udah gitu kaya detektif nyari berita," Darren mencubit hidung kekasihnya tersebut.
"Iiiih aku serius kak, jangan-jangan selama kita di Surabaya kak Randy ngedeketin Rika lagi," Kiara melihat kearah Darren.
"Emang kenapa kalau mereka jadian bagus dong, Randy gak jomblo lagi," Darren menatap wajah Kiara.
"Masalahnya Rika itu punya pacar, awas aja kalau kak Randy ngerebut pacar orang," Ancamnya sambil mengepalkan tangannya.
"Kamu itu Ra biarin aja mereka udah dewasa bakal tahu mana yang baik dan mana yang benar," Darren mencoba bijaksana. kiara lalu bangkit dari tempat tidurnya.
"Kamu mau kemana yang?" tanya Darren bingung.
"Mau kasih ini biar dikasihkan sama kak Randy untuk Rika," Kiara lalu mengambil tas biru yang tadi ditaruh Darren di atas meja belajarnya dan membawanya satu untuk dititipkan Randy.