"Pahh sedang apa?" Kiara menelepon Indra, yang disambut oleh Indra dengan tawa.
"Papah kembalikan Kesayanganmu tapi nanti tolong dikembalikan ya Papah masih perlu soalnya," Indra menggoda Kiara.
"Iih apaan sih Pah emangnya Kak Darren barang bisa dipinjam," Kiara membalas ledekan Papahnya.
"Hahahaha, ada apa sayang memangnya Darren tidak ada disana sampai kamu telepon Papah?" Kania lalu memindahkan panggilan Video terlihat ayahnya yang sedang berkumpul dengan teman-temannya yang rata-rata sudah mulai sepuh dan pensiun.
"Pah bisa menjauh dulu dari teman-teman Papah tidak? aku mau ada yang dibicarakan dengan Papah, penting," pinta Kiara memohon. Indra tersenyum mendengar permintaan Putri bungsunya.
"Ada apa sayang?" Indra melihat Darren bersama Kiara, Indra sebenarnya sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh putri bungsunya.
"Pah tapi janji tidak akan marah sama Kiara, jika Kiara mengatakannya," Kiara berharap Papahnya bisa memenuhi keinginannya
"Okey Papah akan mendengarkan," Indra memasang wajah serius walaupun sebenarnya dia ingin tertawa.
"Aku boleh menikah dengan Kak Darren?" Kiara memegang tangan Darren kuat-kuat dia khawatir Indra marah.
"Mmmmmhhh, apa alasannya kamu mau menikah dengan Darren? berikan ayah satu alasan yang membuat Papah memberikan izin untuk mu menikah dengannya," Indra Ingin melihat seberapa besar Kiara tumbuh menjadi dewasa. Kiara menarik nafas panjang
"Karena aku mencintainya, dan aku ingin menghentikan Dosa Pah, selain itu kak Darren mengizinkan aku untuk tetap bersekolah dan meniti karir Pah," Kiara berkata dengan penuh keyakinan.
"Indra tersenyum baik lah kalau begitu setelah urusan Papah disini selesai kita akan membicarakannya, mudah-mudahan semua kendala bisa segera diatasi karena beberapa saran dari Darren juga sudah berjalan dan membawa hasil seperti yang diinginkan," Kiara sangat senang mendengarnya ia lalu memandang Darren yang tersenyum kearahnya.
"Ya sudah kalau begitu, Papah boleh pamit dulu kasihan teman-teman Papah menunggu," kiara memutus sambungan telepon setelah terlebih dahulu mengiyakan dan pamit.
"Jadi aku tinggal bicara dengan Kak Faidal dan Kak Rendy," Kiara tersenyum lalu memeluk Darren.
"Terima kasih ya Kak?" Ucapnya lirih.
"Terima kasih untuk apa sayang," Darren berkata sambil melepaskan pelukannya.
"Terima kasih karena sudah bersedia menjadi suamiku," Darren tertawa sambil mengusap-usap kepala Kiara.
"Kalau gitu aku juga Terima kasih karen sudah bersedia menjadi Istriku," Darren lalu mengecup kening Kiara dan kembali memeluknya.
"Pelukan teruuuusss," Suara Randy membuat Pelukan Darren pada Kiara terlepas sementara Randy menghempaskan pantatnya disofa didepan Kiara dan Darren.
"Kapan nyampe Bro?" Randy melepaskan dasi yang berada dilehernya.
"Tadi pagi masuk jam sembilan, tumben sudah sampai rumah?" Tanya Darren heran.
"Aku baru pulang masuk dari kemarin ada pasien orang penting yang membuatku tidak bisa bergerak, tadinya harusnya aku masih disana karena dokter Eko tidak masuk. Namun Aku mengancamnya, kalau dia tidak menunjukan wajahnya siang ini, makan besok dia tidak usah bekerja disana lagi," Rendy seperti kesal dengan apa yang dilakukan oleh rekan sejawatnya itu.
"Wihhh rupanya anak singa mulai menunjukan taringnya," goda Kiara pada abangnya.
"Aku gak suka kalau kita baik lalu malah dimanfaatkan," Rendy meneguk habis air mineral yang ia ambil dari dispenser yang ia tuangkan kedalam gelas besar.
"Ka Faisal kok tumben sih belum pulang?" Kania menengok kearah jam dinding , dilihatnya jam sudah mau menunjukan pukul 6 sore.
"Macet mungkin, tunggu saja atau kita ngomongnya sambil makan malam. Sekarang kita siap-siap untuk sholat magrib," Darren segera menuju musholah dan bersiap-siap untuk sholat magrib yang diikuti oleh Kiara dibelakangnya.
setelah sholat Magrib Kiara menyiapkan meja makan untuk makan malam.
"Assalamualaikum," Faisal rupanya baru tiba dia langsungencuci tangan kemudia mengambil air minum didispenser dan duduk dikursi didepan meja makan.
"Kak Faisal, kak Randy habis makan malam ini ada yang ingin Kania bicarakan, bisa kan," Kania bertanya sambil menatapnya dengan tatapan serius. Faisal nyaris tersedak biasanya adik bungsunya ini jika ingin sesuatu akan merengek manja namun beda dengan saat ini dia berkata dengan wajah yang serius.
Beberapa saat kemudian setelah makan malam selesai.
"Okey kita sudah selesai makanya , apa yang ing kau katakan pada kami," Faisal membuka percakapannya.
"Boleh aku yang bicara sayang?" Darren bertanya pada Kiara. Kiara hanya menganggukan kepalanya.
"Jadi gini Ka, aku bermaksud melamar Kiara untuk jadi istriku karena pada dasarnya selain aku memang mencintai dan menyayanginya aku juga ingin menghindari seseuatu yang berbau zinah, aku mencintai Kiara bukan untuk menambah dosa, Bagaimanapun kami manusia biasa yang tidak bisa luput dari dosa oleh karena itu kami sebagai posisi seorang adik terutama Kiara berharap mendapat restu dari kalian berdua selain Papah Indra, Jadi menurut kakak bagaimana?" Darren bertanya pada Faisal, sementara Faisal berfikir sejenak.
"Tapi bagaimana dengan kuliahnya?" Tanya Randy menyela pembicaraan Darren dan Faisal.
"Dia bisa tetap kuliah kalaupun kami harus menunda memiliki momongan buat kami itu tidak jadi masalah toh Kiara juga masih muda," Darren menatap Faisal dan Randy bergantian.
"Papah sudah tahu?" Faisal bertanya balik pada Kiara dan Darren.
"Sebenarnya saya sebelum berangkat ke Surabaya sudah memikirkan ini, tapi saya masih berfikir apakah Papah akan menyetujuinya atau tidak mengingat Kiara yang masih muda dan sedang kuliah namun sepertinya pemikiran Papah dengan saya sejalan dan kemarin dia di Surabaya malah yang mengajurkan pada saya untuk menikahi Kiara," Perkataan Darren mendapat pandangan serius dari Kiara.
"Maaf sayang aku baru berkata sekarang karena awalnya aku takut kamu berfikiran bahwa kamu dipaksa menikah dengan ku oleh papah, akan tetapi aku sekarang semakin yakin kalau hal itu tidak ada dalam pikiranku karena sejak awal kita memang saling mencintai," Darren tersenyum kearah Kiara.
"Baik jika itu keputusan kalian dan Papah juga sudah menyetujui, kami pasti mendukung untuk hal-hal yang positif, Kenapa tidak dan hai jomblo ayo cari pacar kamu sampai kapan senang melajang aku juga berencana yang sama soalnya dengan mereka," Faisal menggoda Randy yang masih menikmati sepiring buah potong didepannya.
"Ayo kita lihat setelah mereka berdua siapa yang akan menikah selanjutnya," Randy menerima tantangan Kakaknya dia meresa harus bisa menerima tantangan yang diberika Faisal.
"Bagaimana dengan Rika, Sejak ibunya sakit dia sudah putus dengan pacarnya karena katanya Rika sudah tidak memperdulikan dia, Padahal Rika sedang mengurus ibunya yang sakit dan kami juga sedang mempersiapkan ujian akhir semester, laki-laki itu ternyata mengatakan itu hanya alasan agar dia bisa berselingkuh dengan perempuan yang bekerja di club," Tanpa sadar Kiara menceritakan tentang sahabatnya.
"Maksudmu Rika yang waktu itu kita antar pulang?" tanya Faisal untuk meyakinkan bahwa Rika yang dimaksud Kiara adalah orang yang sama.
"Iya Rika itu, akukan hanya punya satu sahabat yang bernama Rika," Jelasnya lagi.
"Wahhh cantik loh Ran udah sikat aja," Faisal memanas-manasi.
"Kakak pikir kamar mandi kotor harus disikat," Mereka akhirnya tertawa. Sejak Rika mengantar ibunya kerumah sakit. Randi ternyata sudah sering berkomunikasi dengan Rika yang terkadang hanya alasan Randi saja menanyakan kondisi ibunya agar biaa berbicara dengan Rika.