Kiara menatap rintik hujan yang jatuh dijendela dia merasa semakin rindu, rindu yang ternyata menyiksa, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tak lama ponselnya berbunyi. Kiara bergegas mengambil ponsel diatas meja belajarnya, dia tersenyum melihat nama yang melakukan panggilan video call.
"Hai kak," Kiara menyapa begitu wajah Darren muncul dilayarnya dengan masih menggunakan kemeja kerja dan dasi yang sudah tertarik.
"Kamu lagi apa sayang?" Darren tersenyum melihat orang yang dicintainya tersenyum senang padanya, lelahnya seharian setelah rapat dan meninjau lokasi langsung hilang, Kiara seperti candu buatnya.
"Baru pulang, sudah jam berapa ini?" dilihatnya waktu sudah menunjukan jam 9 malam yang berarti disana kurang lebih sudah hampir jam 10 malam.
"Iya pekerjaan banyak dan teman Papah agak sedikit neko-neko dan sialnya dia mempekerjakan orang yang tak berguna sampai akhirnya tadi aku meminta Papah memecatnya atau aku tidak akan membantunya, orangnya sangat mengganggu dia tidak bisa bekerja ahhh pokoknya menyebalkan," Darren langsung mengadu pada kekasihnya sementara Kiara mendengatkan keluh kesah kekasihnya dengan tersenyum yang menurut Kiara Darren semangkin menggemaskan jika sedang bercerita.
"Memang menyebalkan pasti kak kalau bekerja tapi orang yang menjadi patner kita tidak bekerja, untung aku punya patner kerja seperti Rika bisa diandalkan Kak," Darren tersenyum mendengarkan.
"Baguslah sayang, paling tidak dia bisa membantumu dan tidak menyusahkanmu," Darren lalu meletakan ponselnya pada penyangga ponsel kemudian melepaskan bajunya.
"Sayang aku mandi dulu yah, badanku sudah lengket rasa," dengan bertelanjang dada Darren berbicara kembali pada Kiara, yang membuat Kiara menahan malu karena melihat tubuh Darren yang six pack.
"Kaak sudah sana mandi ah," Kiara langsung mematikan sambungan yang membuat Darren tertawa terbahak-bahak. namun pikiran kembali pada kejadian tadi yang membuatnya sangat marah.
"Sepertinya aku harus berendam dan mencuci tubuh ini dengan bersih, perempuan sialan berani sekali dia menjamahku," Darren langsung merendam tubuhnya setelah sebelumnya bathtub ia isi dengan air hangat dan sambun aroma terapi yang menenangkan.
Flazback on
"kita meeting jam 9 pagi Der, Om sudah minta Ita untuk menyiapkan bahan meeting di mejami," Indra berkata ketika mereka dalam perjalanan pulang menuju hotel, ita adalah salah satu staf HRD yang handal yang untuk sementara dijadikan Asisten untuk Darren oleh Indra, Darren tidak keberatan apalagi Ita yang selalu rapih mengerjakan pekerjaan yang dia perintahkan hingga pas pagi menjelang meeting jam 8 pagi berkas yang di minta Darren belum juga disediakan
"Mba Ita berkas yang untuk rapat mana?" Darren menghampiri Ita yang sedang merapihkan file.
"Sudah saya taruh di meja kerja Mas Darren kok dari tadi mas," Ita bingung dengan pertanyaan Darren. Ita berdiri dari mejanya dan menuju keruangan Darren.
"Tadi saya taruh disini kok Mas," Ita menujuk kearah Meja tempat Darren bekerja.
"Ya tapi tidak ada mba, kalau ada saya tidak akan bertanya," dilihatnya jam sudah menunjukan pukul 8.15 pagi.
"Waktunya sudah mepet Mas kalau saya buatkan salinannya lagi bagaimana Mas tinggal saya Print karena semua data sudah saya simpan Dan scan jadi untuk gambar saya bisa safekan lagi ke usb yang baru," Ita berlari tanpa menunggu persetujuan Darren.
"Ini Mas saya harap tidak ada yang tertinggal," Ita menyerah Map serta USB pada Darren.
"Terima kasih Mba," Darren berjalan keluar ruangan ruangannya, didepan pintu sudah ada Eva yang bersamaan membuka pintu yang nyaris kehilangan kesimbangan namun tubuhnya malah menabrak Darren.
"Wah maaf Mas," Eva membersihkan bedak dan lipstik yang menepel dibaju Darren, Namun Darren malah mendorongnya.
"Kalian keluar," Ita yang berada dibelakang terkejut lalu berjalan keluar sedangkan Eva malah masuk kedalam.
"Dia ngapain sih mas disini," tanya Eva sambil berusaha membantu membersihkan baju Darren.
"Kamu yang ngapain disini, Keluar," nada Darren lumayan tinggi.
"Saya mau bantuin mas bersihin bajunya sama ini aku mau kasih berkas buat rapat," Eva berkata dengan nada genitnya.
"Saya gak butuh dan siapa yang nyuruh kamu buat nyiapin berkas saya dan ini kamu curi dari meja saya ya berkasnya?" Darren memandang tajam pada Eva.
"Tidak Mas kok Mas Darren nuduh saya sih padahal saya sudah semalaman menyiapkan bahan untuk Mas Darren rapat," Dengan nada manja dia berkata. Darren lalu keluar menuju meja kerja Ita.
"Mba ini bukan data yang Mba sudah persiapkan buat saya dan hilang?" Darren memberikan berkas yang disodorkan Darren padanya tadi pagi.
"I Iya Mas kok bisa ketemu Mas," namun Ita langsung berhenti ketika dibelakangnya sudah berdiri Eva sambil memelototinya dibelakang Darren.
"Kamu ngapain ngikutin saya dengar ya saya gak pernah menyuruh kamu untuk buat berkas ini," Beberapa karyawan yang sedang siap bekerja menatap kearah mereka lalu sekurity menghampiri Darren.
"Ada apa Mas kok sudah ribut," Darren meninggalkan mereka menuju ruang keamanan dimana monitor CCTV berada.
"Siapa yang bertugas hari ini?" tanya Darren pada petugas monitor CCTV.
"Saya Mas ada yang bisa saya bantu?" Darren mendekati pria yang mengaku bertugas hari ini.
"Buka CCTV diruangan saya pagi ini," Dengan cekatan pria itu langsung membuka monitor diruangan Darren.
"Mas buat apa buka CCTV segala," Eva memelototi petugas yang sedang membuka File CCTV diruangan Darren.
"Kamu ngapain melototin dia kamu pikir kamu punya kuasa disini ah, lakukan tugasmu aku akan bertanggung jawab jika ada yang berani padamu," Darren menatap Eva.
"Ini mas," Tampak dilayar monitor Eva masuk ruangnya dan mengambil berkas yang ada.
"Saya mau CCTV diruangannya juga," Dan terlihat Eva sedang menukar map dengan warna yang berbeda.
"Lancang kamu, apa kamu pikir karena kamu orang titipan temannya Pak Indra kamu bisa seenaknya melakukan ini dan berani sekali kamu sudah mengitimidasi orang-orang kantor kami pikir kamu siapa?" Ingin sekali rasanya Darren menoyor perempuan yang sudah membuat kekacauan dipagi hri ini. Darren lalu manarik lengan Eva dan menyerahkan pada sekutity.
"Bawa dia keruangan Pa Indra," Darren keluar dari ruangan monitor CCTV berjalan menuju ruangan Indra.
"Lho ada apa in?" Indra yang hendak menuju ruangan rapat sangat terkejut karena ada keributan didepan ruangannya.
"Perempuan ini sudah berani mencuri data dan dia juga sudah berani mengintimidasi karyawan yang lain, Kalau Om masih mempekerjakan dia maka saya putusan untuk berhenti membantu Om," Darren hendak berbalik arah namun ditahan oleh Indra.
"Kamu benar mencuri data?" Indra lalu menyuruh mereka mesuj kedalam ruangan.
setelah mendapatkan penjelasan, Indra akhirnya paham.
"Eva kamu itu sekertaris saya yang harusnya mengurusi pekerjaan saya bukan kesana kemari apalagi sampai mengintimidasi karyawan lain dan saya dengar kamu juga bilang kalau kamu anak pemilik perusahaan ini yang membuat kamu bisa semena-mena saya dengar itu dan mengenai berkas ini kenapa sampai kamu mengambilnya," Indra menatap Eva yang tertunduk.
"Saya hanya ingin merapikannya," Eva membela diri.
"Merapikan? itu sudah rapi lagi pula ngapain kamu ganti map, kalau cuma ingin merapikan?" Darren masih kesal dibuatnya.
"Kalau Om masih mau mempekerjakannya terserah, tapi jauhkan dari saya," Indra menunjuk wajah Eva lalu pergi meninggalkannya.
Kekesalan Darren sebenarnya bukan pagi ini saja tapi juga ketika kemarin sore ketika dengan sengaja dia memeluk Darren di lobi kantor, ketika hendak pulang belum lagi desas desus kalau dia pulang bersama Darren dan mengaku menginap di hotel bersama Darren yang membuat beberapa karyawan bergunjing padahal jelas-jelas dia pulang bersama Indra, namun perempuan itu memaksa ikut bersama mereka akan tetapi sampai hotel Eva diturunkan didepan hotel dan disuruh memanggil taxi sendiri walaupun dia bilang kalau Darren tega membiarkan seorang gadis mencari taxi sendiri padahal hari sudah malam.
Darren lalu beranjak keluar ruang dan menuju keruang rapat beberapa orang sudah menunggunya rapat yang harusnya mulai jam 9 diundur menjadi jam 10.
Flazback off.
Darren lalu keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathroob. iya menyalakan TV ia teringat obrolannya terputus dengan Kiara namun dilihat jam sudah menunjukan pukul 11 malam. diambilnya ponsel diatas meja kecil dekat tempat tidurnya.
"Sudah tidur ya sayang?" Darren mengirim pesan pada Kiara.
"Masss dimana tolongin aku, Aku ada di club temanku memberi minuman ketika berkumpul dicaffe lalu membawaaku ke club, tolong mas aku takut," Sebuah pesan dari telepon yang tidak dikenal masuk kedalam ponsel.
"Darren memandangnya tidak perduli lalu mendeletenya dan mensillent ponselnya, ia kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah sebelumnya dia mengganti bathroobnya dengan kaos dan celana pendek untuk tidur.