Darren masih asyik memeriksa ketika pintu ruangannya diketuk dari luar dengan keras oleh seseorang dan membukanya dengan kasar tampak Indra sedang menahan orang tersebut agar tidak melakukan kekerasan.
"Ada apa Om ," Darren berdiri dari kursinya tubuhnya yang memiliki tingga badan 187 cm membuat laki-laki setengah baya itu hanya bisa menatap Darren.
"Kamu semalam pulang dari kantor kemana?" Indra bertanya sambil menenangkan temannya tersebut.
"Ya dihotel kan Om tahu sendiri kita juga pulang bareng," Darren masih bingung.
"Kamu yakin tidak pergi keluar lagi," tanya Indra kembali.
"Ya ampun Om buat apa saya keluar lagi saya sudah cape tidak hanya pikiran fisik juga jadi dari pada saya keluyuran gak jelas lebih baik saya mandi dan tidur Om," Darren menjelaskan.
"Cihh dasar pembual setelah kau menikmati tubuh anakku kau bilang kau tidak kemana-mana?" Darren semangkin bingung dengan perkataan orang tua tersebut.
"Tunggu sebentar bapak ini siapa, dan siapa yang bapak bilang sudah saya nikmati tubuhnya itu siapa?" Darren mulai merasa ada yang tidak beres.
"Okey saya jelaskan posisi saya semalam, setelah pulang kerja saya langsung kekamar hotel dan Om indra pun tahu karena kami pulang bersamaan setelah itu saya menelepon Kiara tidak lama saya mandi namun setelah mandi saya meneruskan lagi video call denga Kiara sampai jam 2 pagi lalu saya tidur subuh saya bangun untuk sholat kemudiam tidur lagi jam 8 pagi baru saya turun untuk sarapan," Indra terdiam Darren punya cukup alibi.
"Alasan pasti kau sudah merencanakannya dan menyuruh peremupuan yang tadi kau sebutkan untuk bekerja sama," Laki-laki tua itu masih saja tidak percaya. dan membuat Indra sedikit emosi karena berarti mengatakan anak perempuannya pembohong.
"Kau jangan seenaknya mengatakan Kiara pembohong anakku tidak mungkin berbohong," Laki-laki itu terkejut dia tidak tahu perempuan yang disebut oleh Darren adalah anak Indra.
"Om harus tau saya ini calon suaminya anak Om Indra yang bernama Kiara jadi saya masih cukup waras buat bermain dengan perempuan yang tidak jelas apalagi yang tidak saya kenal," Penekanan kata tidak jelas membuat pria itu mengangkat kepalanya.
"Eva itu perempuan baik tidak mungkin dia mau sama kalau kamu kalau tidak mengodanya," Darren ingin sekali meninju orang tua tersebut kalau saja bukan orang yang sudah sepuh dan teman nya Om Indra, mungkin sudah dia lakukan.
"Om, Perempuan baik tidak mungkin mencuri data dan mengitimidasi orang-orang dikantor dengan mengatakan kalau dia adalah anak pemilik perusahaan sepertinya anak Om harus dibawa ke Psikiater," Darren benar-benar kesal dibilang penggoda.
"Sudah-sudah, atas dasar apa kau menuduh Darren melakukan perbuatan tidak senonoh?" Indra mencoba menengahi dia sangat tahu sekali jika Darren merasa dipojokan atas sesuatu yang tidak dia lakukan dia akan defend.
"Karena subuh anakku pulang dalam keadaan mabuk dan acak-acakan dan terus memanggil nama Darren dan ketika aku tanya apakah dia yang membuatmu begini dia menganggukan kepalanya, Makanya aku mencarimu," laki-laki tua itu tertunduk
"Oooh jadi kalau anak perempuan pulang subuh dan dalam keadaan mabuk itu namanya anak baik-baik ya Om," Darren berkata dengan nada mengejek.
"Saya punya saksi dan dan anda boleh minta pada petugas CCTV hotel adakah semalam saya keluar kamar hotel setelah masuk kamar Hotel, Dan harusnya yang marah itu saya karena kemarin anak Om sudah memfitnah saya kalau dia tidak pulang kerumah tapi tidur dihotel dengan saya, saya masih waras Om, Om Indra kamarnya itu tehubung dengan kamar saya dan saya juga masih punya iman saya tidak akan meniduri anak orang sebelum saya nikahi buat apa saya sholat setiap hari kalau masih melakukan zina, saya besar di Australia Om saya tahu pergaulan yang lebih liar dan bebas dari pada di sini, tapi saya tahu mana yang baik dan tidak karena saya punya iman dan agama. Saya cuma malu dan takut pada Tuhan bukan pada manusia," Darren benar-benar sudah naik pitam dia datang ke Surabaya bukan sedang mencari masalah tapi sedang bekerja membantu calon bapak mertuanya.
"Ada apa ini," Rio, Masuk keruangan Darren karena melihat keributan didalam dan melihat kakaknya sedang menangis sambil menundukan kepalanya
Indra kemudian menjelaskan kepada Rio apa yang terjadi, Rio hanya terdiam.
"Bisa tunjukan bukti kau Video call dengan anaknya Indra," Darren lalu mengeluarkan ponselnya dan menujukan jam berapa saja dia melakukan panggilan Video call terlihat ketika jam 10 lebih15 dan jam 11.30 sampai jam 2 pagi durasi yang panjang dan tidak mungkin setelah itu Darren keluar dari kamar hotel karena pasti dia akan memilih tidur.
"Keterangan ini sudah menjadikan Alibi bahwa dia tidak bertemu dengan anakmu Ka," Rio memijit kepalanya, entah ulah yang keberapa kali dilakukan oleh Eva, biasanya Eva akan mengamuk jika keinginan tidak dipenuhi dan malah pernah mau bunuh diri.
"Satu hal Om Rio saya tidak mau melihat Eva berkeliaran didekat saya, karena sangat mengganggu," Darren menatap kearah orang tua yang merupakan kakak dari Rio teman dekat Indra.
"Sepertinya kita harus membawanya ke Psikiater kak demi kebaikannya," Rio mencoba merayu kakaknya.
"Apakah kau tidak bisa membantuku dengan menenangkan keadaan Eva paling tidak danpingi dia sampai dia bisa lebih baik," Pria itu menatap Darren penuh harap. indra terkejut dengan permintaan temannya itu.
"Maaf om saya tidak akan mencari penyakit dan masuk kedalam kehidupan pribadi Om, dan saya juga bukan orang yang senang menjadi pahlawan kesiangan apalagi saya punya kekasih, saya tidak akan mengorbankan diri saya buat orang yang tidak saya kenal baik dan saya tidak akan pernah melukai perasaan orang yang sudah sangat percaya pada saya," Darren berkata Dengan Sangat tegas, Darren selalu bertindak dengan logikanya dan dia tidak ingin terjerat sesuatu yang jelas-jelas akan menyeretnya kesuatu masalah yang lebih dalam.
"Sudah Kak ayo kita keluar dari sini selali lagi aku minta maaf atas kesalah pahaman ini," lalu keluar ruangan Darren sambil memapah kakaknya tersebut.
Darren benar-benar lelah moodnya untuk bekerja sepertinya sudah hilang dia butuh Mood booster untuk mengembalikan energinya dengan segera Darren melakukan panggilan panggilan pada kekasihnya.
"Gila sekali ada perempuan senekad itu," Kiara berkata setelah sebelumnya Darreb bercerita tentang kejadian yang baru saja terjadi.
"Aku rasa dia sakit jiwa dia itu sering terobsesi dengan sesuat yang dia inginkan dan harapannya," Darren dan Kania terus berbicara dengan santainya mereka sekali-kali tertawa pembicaan kejadian yang mereka alami. untung lah sekak Darren dan Koata bersama mereka berkomitmen untuk saling percaya tidak ada yang ditutupi satu dengan yang lain jadi tidak memberikan celah pada siapapun untun mengambil kesempatan dan keuntung dari kehidupan mereka.