"Hai Derr gimana perjalananya?" Indra menyalami kekasih putri semata wayangnya itu dengan senyum mengembang.
"alhamdulillah Om cuaca juga bagus tadi jadi boleh dibilang perjalanan menyenangkan walaupun sebelum berangkat tuan putri merengek melarang saya pergi," Darren lalu duduk disofa setelah Indra mempersilahkan.
"Ini tadi juga aku sudah dibawelin ngelarang aku nahan lama-lama kamu disini, awasi kamu lah , ingetin kamu lah macem-macem pokoknya," Indra tertawa mengingat apa yang dilakukan anaknya untuk memprotek kekasihnya
"Kalau begitu apa yang bisa Darren kerjakan Om sekarang," lndra lalu memanggil kepala cabang dan mengadakan rapat untuk menyelesaikan beberapa permasalah diperusahaan cabang Surabaya, Darren memberikan beberapa ide untuk meningkatkan produktifitas dan pemasaran diperusahaan beberapa cara sudah pernah dilakukan dan berhasil dia berharap surabaya bisa mengikutinya jejak perusahaan cabang yang lain.
"Kita makan siang dulu baru nanti kita melihat proyek yang sedang dijalankan," Indra kemudia berjalan yang diikuti Darren yang berjalan disampingnya, langkah mereka terhenti ketika Indra merasa ada orang yang mengikutinyan, ia lalu menengok kebelakang.
"Kamu mau kemana Eva," ketika yang dilihatnya ternyata Eva yang mengikuti mereka dari belakang, Indra melirik jam ditangannya baru setengah dua belas.
"Saya akan menemani bapak dan Mas Darren untuk pergi makan siang," Eva tersenyum kearah Darren sementara Darrennya sediri memandang aneh pada Eva.
"Aku tidak memintamu untuk menemani kami, aku hanya ingin makan berdua saja dengan calon menantuku, jadi kembali bekerja ini belum waktunya jam istirahat," Indra menunjukkan jam ditangannya.
Eva terdiam dia malu dan kesal atas perkataan Indra.
"Sebagai sekretarisnya aku harusnya diajak, lihat saja nanti bagaimana aku bisa merayu calon menantunya untuk tidur bersamaku," Eva berguman sendiri dengan kesal ia berbalik kearah kantornya kembali.
"Om, Sekretaris Om kenapa beda dari biasanya?" tanya Darren yang melihat penampilan Eva lebih seperti sosialita dari pada seorang pegawai pada umumnya.
"Aku juga tadinya tidak mau tapi Rio orang yang menanam saham di tempat ini menginginkan dia menjadi sekretarisku kerjanya payah gak ada yang beres sampai aku bingung bagimana mengatakan pada Rio," Indra seperti mengeluh dengan orang yang disebutnya sekretaris.
"Memang alasannya apa Om sehingga dia mengharuskan perempuan itu bekerja sebagai Sekretaris?" Tanya Darren karena setahu dia, Indra tidak suka ditindas apalagi diperintah tanpa alasan yang jelas.
"Dia memiliki saham 35% disini selisih 5 persen dengan yang Om miliki, Om sendiri bingung untuk menolaknya, apalagi Rio itu sahabat Om" Indra menarik nafas berat seperti ingin melepas beban dalam dirinya.
"Kalau boleh kasih saran pindahkan saja ke bagian lain Om tunjukan kinerja dia selama sebulan disini dan katakan saja bahwa dia tidak bisa bekerja seperti yang Om harapkan kita bisa lihat apakah Teman Om itu Profesional atau tidak tapi semua sih terserah Om saja, karena setahu saya Om hanya mau mempekerjakaan prang-orang yang profesional dalam bidangnya," tak lama mereka sampai direstoran yang dimaksud.
"Ayo turun kita makan siang dulu baru nanti memikirkan apa yang perlu dipikirkan," Indra turun dari mobil diikuti oleh Darren, lalu mereka masuk kedalam restoran.
"Jadi sebaiknya kita mengiklankan melalui media sosial berbayar untuk hotel dan Apartemennya? begitu maksudmu?" Indra tertarik dengan rencana Pemasaran yang disarankan oleh Darren.
"Iya Om sekarang orang hampir semua menggunakan smart phone jadi dengan menggunakan iklan berbayar jangkauannya akan semangkin luas Om dan biayanya bisa ditekan dari pada kita membuat Pameran sendiri di Mall-mall tapi dengan sewa tempat yang mahal tapi bukan berarti kita juga menghentikan sama sekali Pameran seperti itu, Tapi mungkin frekuensinya yang agar dikurangi yang tadinya satu bulan penuh di beberapa Mall bisa hanya seminggu dibeberap Mall dan bergilir, dan untuk dimedia sosial kita minta pasang selang seling misalnya besok hotel, besoknya rumah dan besoknya lagi Apartemen," penjelasan Darren yang mewakili orang muda jaman sekarang seperti mengena di pikiran Indra yang masih terkadang berfikir konvensional yang tidak jarang akhirnya membuat dirinya dan Faisal bertengkar karena berbeda pendapat.
"Iya seh Om ini terkadang suka berfikir kolot mungkin karena umur Om sudah tidak muda lagi, harusnya memang lebih mendengarkan pendapat kalian yang muda sekarang memang orang lebih suka yang praktis dari pada yang ribet," Darren tersenyum mendengar perkataan Indra.
"Satu lagi Om mengapa saya sarankan pemasaran lewat media sosial, karena orang jaman sekarang itu malas bergerak untuk mencari sesuatu, dari pada jalan kemall lebih baik dia menanyakan lewat media sosial iklan yang terpasang selain itu Om bayangkan kertas yang kita buat untuk iklan diberikan kepada orang lain langsung dibuang ketempat sampah akhirnya malah tidak tersampaikan iklan kita tersebut, tapi kalau dimedia sosial orang akan bertanya Via wa tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun tapi sudah mendapatkan informasi yang diinginkan," Indra semangkin terbuka seharusnya dari awal untuk pemasaran dia meminta saran pada Darren ataupun Faisal, namun terkadang saran dari yang lebih muda malas untuk diterima karena gengsi selain itu juga karena rata-rata orang yang memegang saham dan bekerja disana adalah para sepuh yang sudah mulai mau pensiun tapi ingin menginvestasikan uangnya oleh karena itu Indra tidak ingin membuat kecewa.
"Bagaimana kalau Om mencari animator dan Desain grafis yang bagus agar bisa membuat iklan yang menarik dibandingkan Om menyewa tempat di Mall yang lumayam mahal lebih baik menggaji mereka. Cari yang kreatif jangan yang berpengalaman karena kalau yang berpengalaman akan meminta bayaran mahal tapi pemula dengan keberanian dan kemampuannya berkreasi akan lebih menguntungkan buat perusahaan Om, Selain itu memberikan kesempatan bagi pemula untuk bekerja dan mencari pengalaman toh kalau mereka sudah mahir dan profit perusahaan berkembang kita bisa mempertahankan mereka dengan menaikan gajinya, bagaimana Om?" Indra kembali berfikir gagasan Darren memang selalu menarik.
" Okey kalau begitu kita rapatkan dengan penegang saham sambil makan malam suasana santai biasanya mereka lebih suka dari pada duduk dimeja rapat seperti yang dilakukan anak muda," Indra lalu membuat jadwal rapat dismartphonenya dan menyebarkan pada Wa grup pemilik saham dan kepala cabang.
"Maaf Om mengapa tidak menyuruh sekretaris Om untuk melakukannya bukan kah itu termasuk pekerjaannya," Darren heran dengan yang dilakukan Indra.
"Percuma aku suruh juga 1000x dia akan bertanya dan hasil akhir tetap aku yang akan buat, Hari ini aku minta Rio bertemu dengan ku untung membicarakan Eva," Darren hanya menganggukan kepalanya mengerti dengan maksud dari yang dilakukam Indra.
Tak lama ponsel Darren berdering dilihatnya siapa yang meneleponnya.
"Hai sayang kamu lagi apa," Terdengar suara riang dari seberang sana.
"Aku sedang makan siang sama Om Indra, kamu lagi dimana?" Darren balik bertanya.
"Aku sedang dikampus lagi makan habis makan siang sama teman-teman , kerjaanya gimana kak?" Suara riang masih terdengar disana.
"Oooh ya sudah kalau pulang kuliah langsung pulang ya sayang jangan ngider dulu," Darren melontarkan candaan yang sebenarnya larangan yang harus Kiara lakukan.
"Iya aku pulang langsung kok pa Maman juga masih stand by didepan kampus, kak gimana kerjaanya beres?" Kiara kembali bertanya karena Darren belum menjawwb pertanyaanya.
"Alhamdulillah lancar sayang, mudah-mudahan aku bisa pulang cepet doain aja yah," Kiara senang mendengarnya teman-temanya asik menggoda namun ia tidak perduli karena rindu nya terhadap kekasih hatinya sedikit terobati.
"I love u baby," Darren berkata dipercakapan terakhirnya dengan Kiara.
"I love you too Ka," kata terakhir disambut dengan teriakan uhhhh oleh teman-teman Kiara. Darren hanya tersenyum mendengarnya kemudian sambunganpun terputus. Darren kembali kemeja dimana Indra menunggunya terlihat disana sudah ada seorang Pria seumuran Indra sedang duduk berbincang-bincang dengan Indra.