"Mau kemesjid mas,?" Maman tukang kebun dirumah keluarga indra menyapanya, dia sudah sangat hapal dengan kebiasa Darren jika tidak berjamaah di rumah maka dia memilih sholat subuh di mesjid depan yang tidak jauh dari rumah.
"Ayo mang bareng," lalu mereka berjalan beriringan menuju mesjid untuk sholat sebuh berjamaah.
***
"Assalamalaikum," Darren masuk kedalam rumah dia menuju ruang tengah ketika dilihatnya Kiara sudah duduk dengan manis di meja makan sambil melihat IG dari ponselnya.
"Waalaikum salam," Faisal menjawab salam Darren yang baru saja masuk kedalam rumah dengan menggunakan Koko dan sarung.
"Sholat di mesjid Dar?" tanya Faisal setelah menjawab salam Darren.
"Iya ka," mereka laku berjalan keruang makan sementara Kiara yang sedang asyik melihat ponsel tidak sadar kalau Faisal dan Darren mendekatinya.
"Eh orang ngucapin salam bukan dijawab, belum apa-apa sudah jadi calon istri durhaka," Faisal menarik kursi makan yang berada dihadapan Kiara.
"Maaf ka gak denger," Kiara melepas headset yang menepel ditelingannya lalu mencium tangan Faisal dan Darren bergantian, kebiasaan yang dia lakukan setelah selesai sholat.
"Kak di Surabaya berapa lama?" Kiara bergelayut mesra ditangan Darren yang duduk disebelahnya.
"Kalau pekerjaannya bisa diselesaikan dengan segera mungkin dua mingguan tapi kalau ada yang gak bisa diproses cepat ya paling sebulanan," Darren memotong Omelet dipiring dan memakannya.
Wajah Kiara langsung berubah seperti orang ingin menangis.
"Kamu kenapa kok mukanya begitu," Darren membetulkan anak rambutnya yang jatuh dimuka Kiara.
"Lama," Katanya pelan seperti berguman.
"Habis gimana sayang, namanya juga kerja kasihan kan kalau Papah disana kewalahan sendiri," Darren mengelus rambut Kiara dengan lembut.
"Tapi memangnya gak bisa dipercepat," Muka Kiara tampak sangat murung wajahnya sudah semangkin mendung Dan ini bertanda akan ada hujan.
"Ststststsr dengerin ya sayang, aku akan pulang setiap minggu jadi anggap saja aaku datang ngapelin kamu, gimana?" Darren mencoba bernegosiasi dengan kekasihnya, Yang sebenarnya diapun tidak bisa jika tidak menatapnya setiap hari , aku janji setiap malam akan meneleponmu kita VC setiap harinya," Darren sendiri sangat sulit berpisah dengan Kiara apalagi dia sudah terbiasa dengan kehadiran Kiara.
"Sekarang aku harus berangkat kamu mau nganter tidak," Darren mencium seluruh wajah Kiara hidung mata pipi kening dan bibir dibagian bibir Darren sedikit melumatnya dan menyesapnya dengan lembut.
"Sudah siang nanti kakak terlambat, yakin gak mau anter?" Darren menggoda gadis yang selalu terus mengusik hatinya.
"Gak usah nanti kalau dibandara aku nangis kakak gak ada gimana," Kiara mengerucutkan kembali wajahnya.
"Ya sudah jangan nangis lagi aku berangkat ya," Kiara menganggukan kepalanya lemah Darren mencium kedua pipi kiara lalu mengecup lama pada keningnya.
"Kak Faisal aku berangkat," Faisal yang sedang dikamarnya lalu keluar dan mengantar Darren bersama Miara hingga sampai depan rumah.
"Aku titip Kiara ya ka," Faisal mengacungkan jempolnya lalu memeluk pundak adiknya.
tak lama mobil yang dikemudikan Pak Maman sudah menghilang dari pandangan Kiara.
"Kak aku kangen," rengek Kiara pada Faisal yang membuat faisal tidak bisa berkata apa-apa kecuali bengong bagaimana tidak baru saja hitungan detik Darren berlalu adiknya sudah merindukannya.
****
Jam 10.pagi Darren sudah mendarat dibandara di Surabaya setelah mengambil barang bawaannya di bagasi bandara ia kemudian keluar, Surya supir Indra di Surabaya yang akan menjemputnya itu lah pesan yang dikirim sebelum Darren take off dari bandara cengkareng.
Darren keluar dari pintu kedatangan berharap tidak perlu menunggu terlalu lama ketika suara dering ponselnys berbunyi.
"Selamat siang Pak Darren saya Surya yang disuruh untuk menjempur Anda oleh Pak Indra," Surya melambaikan tangannya ke arah Darren, Darren yang melihatnya berjalan kearah Surya.
"Siang Mas Saya Surya," Surya menyalami Darren lalu membantu membawakan tas serta koper milik Darren.
"Sendira Mas? Biasanya kalau urusan di Surabaya dulu bapak selalau bersama putranya Mas Faisal, dia bilang dia tidak percaya kalau tidak anaknya sendiri," Surya kemudian melirik Kearah Darren yang sedang sibuk dengan ponsel dan Darren hanya tersenyum mendengar perkataan surya.
"Mas Darren apanya Pa Indra?" Darren terdiam mendengar pertanyaan Surya.
"Aku calon menantuny Pak," Darren berkata santai.
"Wahhhh pantes bapak begitu antusias dengan mas Darren rupanya calon mantu," Kemudian Surya kembali berkonsentrasi mengendarai mobilnya sementara Darren melanjutkan berchating ria dengan kekasih hatinya.
Me :
"Aku sudah sampai bandara dijemput sama supir Papah,"
Kiara:
" Alhamdulillah, selamat sampai tujuam
Me:
Darren mengirimkan fotonya yang sedang didalam kendaraan.
Kiara :
"Aku kangen ka kapan pulang?"
Me :
Baru sampai sayang, doain kerjaannya lancar gak jadi aku gak butuh waktu lama disini, ya.
Kiara :
"Iya kak aku pasti doain tapi aku kangen jadi gimana dong?"
me:
" Aku musti gimana sayang, Papah tuh cuma percaya sama aku dan Ka Faisal,"
Darren masih berusaha membuat Kiara tidak merengek terus.
Kiara :
" Ia aku tahu kak, Kakak disana jangan macem-macem, kalau kamu lirik-lirik cewek liat aja," Kiara mengancam. Darren tertawa membacanya yang membuat Surya melirik melihat Darren terdengar suara Darren tertawa.
Me :
"Sayang kamu tau gak tadi Supirnya nanyain aku, aku apanya Pak Indra katanya,"
Kiara :
"Lalu kakak jawab apa?"
Me:
" Aku bilang calon mantunya Hehehehe,"
Kiara:
" Bohong....."
Me:
Serius aku bilang begitu kamu suruh tanya aja papah, kalau gak percaya."
Kiara:
"Terus dia bilang apa."
Me:
"Dia bilang pantas Mas yang disuruh datang calon mantu toh, gitu kata nya yank.
Kiara :
Bagus deh jadi kamu gak bisa macam-macam,"
"Mas saya lupa Pak Indra tadi menyuruh saya untuk mengantar mas kekantor dulu baru nanti kehotel," Chatingan Daren dan Kiara terhenti karena pemberitahuan dari Surya.
" Ya sudah tidak apa-apa kok Pak," Darren kembali pandangan menuju pada ponselnya.
" Mas sudah sampai," Darren yang sedang asyik chatting dengan Kiara baru sadar karena keasyikan.
Setelah selesai mengirim pesat untuk Kiara lalu turun dari mobil memasuki perusahaan cabang milik Indra, beberapa pasang mata melihat bahkan ada yang bisik-bisik, Wajah tampan dan maskulin Darren membuat orang yang melihat terpana.
"Siang mba Eva saya mau mengantarkan Mas Darren, Bapaknya ada didalam?" Eva yang sedanga asyik melihat komputer sedikit terkejut begitu disapa oleh Surya.
"ehhh iya pa, Bapak sudah menunggu," Eva melirik kearah Darren yang tatapan tidak terlepas dari ponsel karena belum selesai berchattingan dengan Kiara.
'Iiiih tampan banget anak Pa indra kalau Faisal susah didekati kayanya yang ini lebih mudah,' Eva tersenyum-senyum sendiri.
"Mba," Surya nenganggetkan Eva yang sedang memandang Darren sementar yang dipandanginya sedang sibuk dengan pesan di ponselnya.
"Iiiiiih bapak ngagetin aja," Eva kesal karena dikejutkan oleh Pak Surya.
"Bisa tolong kasih tahu putranya sudah datang sama pa Indra," Surya mengingatkan tujuannya datang ketempat ini.