"Catnya yang warna biru pagar putih ka, " Rika menunjukan rumahnya kepada Darren.
"Yang pagar ini ka?" tanya Darren, meyakinkan.
"Ia ka betul," lalu Rika turun dari mobil setelah Darren memarkir mobilnya.
"Terima kasih ka, mau mampir dulu?" Rika menawarkan mereka untuk mampir.
"Gak usah ka sudah malam ketemu sampai besok ya?" Kiara lalu membuka jendela dan melambaikan tangannya dapa Rika , Darren kembali melajukan mobilnya untuk pulang jam sudah menunjukan pukul 7 malam.
***
Kiara keluar dari kamarnya ketika dia selesai mandi dan dia sudah menggunakan Piama tidur.
"Kamu gak lapar Ra?" Faisal bertanya kertika melihat adiknya duduk diruang TV.
"Gak ka makan jam segini nanti aku jadi bola badannya," Selorohnya sambil tangannya memindahkan canel TV dengan remot ditangannya.
"Paling gak isi perutnya dengan makanan jangan kosong banget?" Rendy tiba-tiba sudah berada disampingnya.
"eh Om dokter kirain siapa usah dua hari gak pulang kirain udah pindah rumah," Kiara merebut kembali remot TV yang tadi diambil oleh Rendy.
"Nih makan apel aja," Darren menyodokan sepiring buah apel yang sudah dia kupas.
"Widih calon suami yang baik tau aja si tuyul laper sebenernya," Goda Rendy yang melihat Darren membawakan sepiring Apel dan segelas air putih. Darren duduk disamping Kiara lalu menontop TV yang tadi dilihat oleh Kiara.
"Gak usah takut gemuk yang penting sehat kalau kamu rajin olah raga juga gak gemuk kok dari pada tar gak bisa tidur karena lapar," Darren tersenyum kearah Kiara yang sedang memakan Apel pemberian Darren.
"Terima kasih ya ka," Kiara mengusap-usap lengan Darren dengan lembut. Darren menatap Kiara lalu mengusap dengan lembut kepala Kiara.
" Malesin banget gue disini jadi nyamuk, Mendingan gue ngamar lah," Dia berjalan menuju kamarnya dengan kesal lalu menutup pintu kamar dengan sedikit kesal. Darren hanya tersenyum.
"Ka Faisal kemana Ka?" Tanya Kiara karena tadi dia masih duduk di meja makan sambil menikmati Roti bakar yang dia beli dijalan ketika pulang setelah mengantar Rika teman Kiara kerumahnya.
"Gak tau mungkin udah kekamarnya," Darren masih menemani Kiara yang sedang menghabiskan buah apelnya. tak lama Kiara berdiri hendak menyimpan piring bekas apel potong yang tadi.
"Kamu mau kemana?" Darren menarik tangan Kiara hingga dia jatuh terduduk dipangkuan Darren, Kiara yang terkejut karena terjatuh langsung memeluk erat Tubuh Darren. wajah mereka saling berhadapan hanya berapa senti saja nafas Darren terasa hangat di wajah Kiara Darren mengambil piring yang masih dipegang oleh Kiara.
"Aku mau naruh piring itu kedapur?" Kiara menunjuk piring yang tadi ia pegang.
"Bisa disimpan nanti kok," Darren mempererat pelukannya pada Kiara lalu mengusap punggung Kiara lembut.
"Kak...," Kiara memanggil Darren yang masih memandangi wajah Kiara.
"Hmm...," Darren hanya berguman mendengar panggilan Kiara sementara Kiara tertunduk dengan wajah bersemu merah.
"Aku duduk dikursi aja ya, aku kan berat" Kiara berusaha melepaskan pelukan Darren.
"Aku suka kok kaya gini lagian yang bilang kamu berat siapa?" Darren memandang Kiara lalu menyelipkan rambutnya yang kuping Kiara.
Cup..
Kecupan lembut mendarat di bibir Kiara, Kiara sempat terkejut jantungnya berdegug keras, Ini memang bukan kecupan pertama yang Darren berikan padanya namun terasa lebih hangat dan lembut.
"Aku sayang kamu," Tiba-tiba Darren mengungkapkan isi hatinya. Kiara yang sudah bisa menguasai hatinya memandang Darren lalu melingkarkan tangannya di leher Darren dan menaruh kepalanya di pundak Darren dia tersenyum senang.
"Cuma sayang doang nih?" Kiara menggoda Darren dengan berbisik ditelinga Darren. Darren yang mendengarnya langsung tertawa.
"Udah berani menggoda nihhh kalaubsetan lewat aku gak tanggung jawab nih," Darren menggoda Kiara lalu menarik Kiara agar dia bisa menatap wajah Kiara lalu memegang wajah kiara dan mencium bibir Kiara dengan lembut. Kiara seperi tersetrum dengan dia menikmati permainan Bibir Darren. Darren menghentikan ciuman lembutnya.
"I love u," Darren berbisik lembut.
"I love u too ka," Kiara membalas sambil tersenyum wajah lembut membuat Darren selalu merindukan Kiara dimanapun dia berada. Darren hendak mencium kembali namun terhenti ketika Dering polselnya berbunyi.
"ngakat ka siapa tau penting," Darren merogoh saku celananya pendeknya dimana dia menyimpan ponselnya.
"Papah," Darren menunjukan nama pada ponselnya.
"Waalaikum salam, ada apa om?" Darren menjawab salam dari Indra.
"..."
"Besok om?"
"...."
"Iya om, sekarang saya cek dulu masih ada tidak penerbangan ke Surabaya Besok pagi,"
"..."
"Iya om nanti saya kabari kalau sudah dapat?"
"...."
"Ada Om lagi duduk dekat saya," Darren memberikan ponselnya pada Kiara yang masih yang masih duduk dipangkuannya, Kiara hendak berdiri namun Darren menahannya dengan tetap memeluknya.
"Iya pa,"
"....."
"ihhh apaan sih pah,"
"....."
"Emang barang dipinjem,"
"...."
"Iya gap papa tapi nanti pulangin utuh ya,"
"...."
"waaalaikum salam," Kiara mematikan panggilan teleponnya.
"Nih Ka, Kaka mau kesurabaya jam berapa besok," tanya Kiara kembali memeluk leher Darren setelah ia mengembalikan ponsel Darren.
"Belum tau ini baru mau cari," Darren membuka aplikasi pembelian tiket.
"Aku turun ya ka," Kiara merengek manja.
"Udah disini aja akau suka kaya gini," Darren menyendekan kepala Kiara didadanya semwntara dia sendiri menyenderkan punggungnya disofa sambil tangannya mencari tiket penerbangan besok. sudah dua hari memang Indra Ayah Kiara berada di Surabaya untuk kepentingan bertemu kolega bisnisnya dia tidak bisa kewakilkan pada Faisal karena koleganya ini sudah menjadi rekan bisnis yang cukup lama .
"Tadi Papah bilang apa yang?" Tanya Darren yang masih mencari tiker penerbangan untuk besok.
"Katanya Papah pinjem ka Darren dulu barang 3 - 4 hari nanti dikembaliin," Kiara tertawa sambil menutup tangannya.
"Emang ka Darren barang di pinjem," Goda Kiara sambil memegang rahang pada wajah Darren.
Cup
kali ini Kiara yang mengecup pipi Darren dengan cepat, Darren menatap Kiara sebentar, tersenyum lalu kembali mencari tiket melalu beberapa Aplikasi rata-rata yang pagi sudah tidak ada penerbangan jika berangkat subuh dia belum mempersiapkan keperluan untuk ke Surabaya belum lagi dia harus mengambil beberapa dokumen. sementara Darren masih mencari tiket Kiara yang sudah mulai mengantuk tertidur dengan nyamannya didada Darren.
"Dapet juga okey Done penerbangan jam 10.30," lalu dia membayar tiket sesuai harga yang tertera diaplikasi melalui mobile bankingnya.
"sudah malam ti..," Darren yang melihat Kiara sudah tertidur pulas di dadanya lalu berdiri menggendong Kiara menaiki tangga menuju kamar tidur kiara.
Darren membuka perlahan pintu kamar dengan tangan yang masih menggendong Kiara lalu menaruh tubuh Kiara diatas kasur dengan perlahan lalu menyelimuti tubuh Kiara, Dia memandang wajah orang yang saat ini dicintainya.
"sweer dream baby," Darren mengecup kening Kiara lalu perlahan keluar kamar dan menutupnya lalu dia bergegas menuju kamarnya untuk mempersiapkan keperluannya berangkat kesurabaya menyusul Indra untuk membantu menjelaskan Proyek yang akan digarapnya.
ketika hendak masuk kamar pintu kamar Faisal terbuka.
"Kiara kemana Dar?" tanya Faisal ketika dia melihat disekitaran rumah tidak ada Kiara.
"Sudah tidur ka, oya kak besok aku mau nyusul Om Indra ke Surabaya tadi dia telepon aku naik pesawat jam 10.30 tapi pagi-pagi aku kekantor dulu untuk ambil beberapa berkas yang diperlukan," Faisal menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Okey, tapi Kiara sudah tau tar disangkanya lu kabur lagi, tuh tuyul kan pikirannya suka aneh-aneh, secara ade gua udah bucin akut sama lo" Faisal berjalan kearah Dispenser dekat dapur bersih .
"Udah tadi Om Indra yang ngomong langsung sama Kiara,aku kekamar dulu ya ka mau nyiapin pakaian yang harus dibawa besok," Faisal hanya mengangkat jempol secara dia sedang minum air yang tadi dia ambil dari didispenser.
***
pukul 3.30 Darren terbangun dari tidurnya karena Alarm diponselnya ia berjalan kekamar mandi yang terletak didalam kamarnya tidak butuh waktu lama 20 menit kemudian dia sudah selesai mandi.
dia mengecek kembali keperluannya koper kecil dan tas ransel yang biasa dia bawa didekatkan agar tidak tertinggal lalu ia keluar dari kamarnya namun hanya menggunakan sarung dan kemeja kokok jika subuh dia lebih suka sholat di mesjid yang tidak jauh dari rumah,
"Mau kemesjid mas,?" Maman tukang kebun dirumah keluarga Indra menyapanya, dia sudah sangat hapal dengan kebiasa Darren jika tidak berjamaah di rumah maka dia memilih sholat subuh di mesjid depan yang tidak jauh dari rumah.
"Ayo mang bareng," lalu mereka berjalan beriringan menuju mesjid untuk sholat sebuh.
***