Chereads / Jodoh Tidak Terduga / Chapter 7 - Kerinduan

Chapter 7 - Kerinduan

Ciro berjalan pelan sementara lengannya di gandeng erat oleh Khayrani. Ciro mencoba

mengerti atau setidaknya mencoba menerima kalau keluarga kaya yang baru dia

datangi adalah keluarganya sendiri.

"Ciro … Ayo duduk! Mom sangat rindu dan juga khawatir padamu," ucap Khay tidak bisa

menyembunyikan rasa rindunya terhadap putra bungsunya.

"Kami mohon maaf karena baru bisa menemukan putra Nyonya," ucap Indra sementara Khay hanya

mengangguk dengan rasa terima kasih.

Meggie memperhatikan ibu dan anak dengan rasa kagum. Dalam ketidaktahuan Ciro mengenai

dirinya, dia tetap membalas perasaan Khay.

"Apakah dia memang memiliki sikap penuh sayang sangat luar biasa? Dia seperti menerima

kasih sayang Nyonya itu walaupun aku melihat matanya masih terlihat bingung."

Khay masih memperhatikan Ciro dan Khay sementara Indra, Andrian dan Jenny berada di

ruangan lain. Sepertinya mereka sedang membahas kasus mengenai kecelakaan Ciro.

Suara langkah kaki dari luar mengalihkan perhatian Meggie dan pandangannya terpaku

pada sosok pria yang sudah tidak muda lagi tetapi memiliki aura yang terpancar

membuat Meggie tidak mampu bicara.

"Sayang …." Sapa lelaki yang baru memasuki ruangan dan langsung menuju Ciro yang segera

berdiri mengikuti Khay.

"Di mana kamu selama ini. Kami sudah mencoba mencari tahu. Tapi selalu buntu setelah kau

berpisah dengan Elwin," ucap Alex sambil memeluk erat Ciro.

"Apakah dia yang menemukan mu?" tanya Alex menyelidik saat dia memperhatikan Meggie yang

masih duduk terpaku menatapnya.

"Benar. Aku beruntung dia menemukanku pada saat aku tidak berdaya."

Ciro memperkenalkan Meggie dengan nada posesif membuat Alex dan Khay menaikkan

sebelah alisnya heran.

"Apakah kami harus mengucapkan terima kasih sementara kau tidak mengatakan apa pun pada

kami? Bagaimana kalian bisa membiarkan kami khawatir karena tidak dapat

menemukan mu?" tanya Alex tajam.

Mendengar nada suara Alex yang terdengar mengancam membuat Meggie terkejut dan nyaris

saja dia membantah tuduhan tersebut.

"Tidak Tuan! Meggie tidak bersalah! Dokter Magnolia adalah yang pertama menemukan

putra Anda. Dan melaporkannya ke polisi karena dia melihat bekas tindak

kekerasaan yang terjadi," Andrian menjawab pertanyaan Alex pada Meggie.

"Lalu mengapa tidak ada yang memberi informasi pada keluarga kami? Sudah sejak lama

kami melaporkan kepergian Ciro," kata Alex seperti tidak menerima penjelasan

Andrian.

"Karena putra Anda tidak dapat mengingat apa pun. Kami tidak menemukan identitas

dirinya. Untung lah Dokter Magnolia ingat di mana dia pernah bertemu dengan

putra Anda," ucap Andrian lagi.

"Dan bagaimana Nona bisa ingat dengan putraku? Apakah dia melakukan sesuatu yang

membuat Nona tidak bisa melupakannya?" kata Alex dengan nada sedikit santai

bahkan terkesan menggoda.

"Aku mencoba mengingatnya karena heran dengan Dia. Mengapa dia kenal dan ingat

denganku, tapi tidak tahu nama ku. Dan aku baru sadar bahwa aku pernah bertemu

dengannya di salah satu restoran."

"Lalu?" tanya Khay mulai tertarik.

"Ya … Aku ingat dia karena dia yang menghalangi jalanku dengan kakinya yang panjang itu,"

sungut Meggie membuat Khay tertawa. Tapi tidak demikian dengan Ciro.

"Benarkah? Aku tidak tahu kalau kau terganggu dengan kaki ku yang panjang. Bukankah saat

di rumah sakit kamu selalu memegang kaki ku?" sela Ciro membuat yang mendengar

terbatuk-batuk.

Meggie mendelik kesal karena malu dengan ucapan Ciro.

"Aku rasa Profesor harus menyelidiki kembali apakah otak mu rusak atau tidak," gerutu

Meggie.

"Atas nama keluarga Sioulus, Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena

Bapak Polisi dan Dokter Magnolia sudah membawa putra kami kembali." Ucap Alex

pada mereka semua.

"Sama-sama Tuan Sioulus. Kami sudah menjelaskan pada Ibu Jenny mengenai kronologis pada

saat di temukan nya putra Anda. "Kami harus permisi. Selamat siang," Indra

berpamitan pada Keluarga Sioulus dan Meggie yang terakhir menyalami mereka.

"Terima kasih sayang! Kamu sudah menyelamatkan putra Tante," kata Khay dan dia segera

memeluk Meggie dengan erat.

"Aku juga minta maaf Tante. Kalau saja aku bisa mengingatnya lebih cepat, mungkin putra Tante

sudah berkumpul dengan keluarganya lebih awal," balas Meggie.

"Kami sudah sangat bersyukur karena Ciro ditemukan oleh mu. Entah kalau orang lain yang

menemukannya," kata Khay lagi.

"Apakah kamu jadi pergi?" tanya Ciro saat Meg bersalaman dengannya.

"Tentu saja. Apakah kau jadi ikut denganku?" goda Meggie.

"Kau pikir bisa?"

"Tidak!" jawab Meg tertawa. "Selamat berkumpul kembali dengan keluarga mu. Aku permisi

dulu. Selamat Siang."

Meggie segera meninggalkan mereka semua dan menyusul kedua polisi yang masih

menunggunya.

"Kau mau langsung pulang Meg?" tanya Andrian begitu melihat Meggie keluar.

"He eh. Aku harus bersiap-siap."

"Butuh pengawalan?" tanya Indra sambil melirik Andrian.

"Terima kasih Pak. Sebenarnya rumah saya tidak jauh dari sini. Jadi saya tidak

memerlukan pengawalan. Selamat siang Bapak-bapak semua," kata Meggie yang sudah

masuk ke dalam mobilnya.

Ciro masih berdiri menatap kepergian Meggie bersama 2 orang perwira polisi.

Hatinya merasa bimbang dan juga ragu saat dia ditinggalkan di rumah keluarga kaya. Keluarga yang menurut Indra adalah keluarganya sendiri.

"Ciro ...."

Terdengar suara wanita memanggil. Nadanya yang lembut membuat Ciro menoleh dan dia sangat terpesona dengan kecantikan seorang wanita yang usianya sudah tidak muda lagi.

"Apakah Anda memanggil saya. Nyonya?"

"Tentu. Mama memanggil kamu sayang."

Khayrani tidak menduga bahwa putranya yang tampan memanggil dia Nyonya. Air mata membayang di pelupuk matanya.

"Ciro ... kamu adalah anak Mami dan Papi," kata Khay sedih.

"Saya minta maaf sudah membuat Nyonya bersedih."

"Maukah kamu memanggil Mami?"

"Baiklah. Saya akan memanggil Mami," jawab Ciro membuat air mata Khay menetes.

"Tidak Mom. Mom tidak perlu menangis. Aku akan berusaha untuk mengingat semuanya," ucap Ciro lembut.

Tangan Ciro terulur untuk menghapus air mata Khay. Sementara dari sudut matanya dia melihat laki-laki menghampiri mereka.

"Bagaimana kalau kamu istirahat dulu. Nanti kami akan memperlihatkan album foto mu," Alex ikut berbicara untuk mengatasi kebingungan Ciro.

"Bisakah aku melihat sekarang? Aku tidak mau terlihat bodoh karena tidak mengenal kalian semua," katanya pada Alex.

"Tentu saja. Ayo kita kedalam...."

Dengan penuh semangat Khay menggandeng lengan Ciro dan membawanya ke ruang keluarga.

"Duduk di sini, Nanti Achen akan mengambil album foto untuk mu."

"Achen? Siapa dia?" tanya Ciro.

"Achen salah satu orang yang banyak membantu keluarga kita," kata Alex.

Tidak berapa lama, seorang wanita bermata sipit datang menemui mereka dan di tangannya terdapat beberapa album foto serta beberapa fd.

"Sekarang kamu lihat di album foto ini ... Mama yakin kamu bisa mengingat nya," kata Khay bersemangat.

"Terima kasih Mom."

Alex dan Khay banyak memberikan penjelasan tentang siapa-siapa saja yang ada di foto serta hubungan mereka.

"Jadi kita mempunyai keluarga besar?" tanya Ciro menutup album fotonya.

"Benar."

"Lalu siapa wanita itu?" tanya Ciro menunjuk lukisan wanita cantik yang dipasang di dinding.

"Dia adalah kakak mu. Namanya Alessia. Dan lusa dia akan datang. Als sangat bahagia mendengar kamu sudah pulang ke rumah," jawab Alex.

"Oh."

"Seberapa jauh kamu mengenal Dokter Magnolia?" tanya Alex tiba-tiba.

"Mengenal? Aku tidak tahu."

"Bukankah aneh, kamu ingat dengannya sementara kamu tidak ingat siapa kami?" tanya Alex dengan tatapan curiga.

"Aku tidak tahu. Aku hanya tahu kalau dokter Meggie yang menemukan aku," jawab Ciro cepat.

"Papi ... please," tegur Khay dengan menatap Alex.

"Menurut Mommi, kamu tidak perlu memaksakan diri untuk mengingatnya. Pelan-pelan saja. Mommi yakin kamu pasti akan mengingat semuanya."

"Ya," jawab Ciro singkat.

"Bagaimana kalau kita makan siang?" tanya Khay lagi.

Dan Ciro hanya mengangguk setuju

Alex seringkali memperhatikan Ciro. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. Sementara Khay sangat bahagia karena putra bungsunya sudah kembali.

Tidak banyak yang dibicarakan di meja makan. Ciro hanya menjawab singkat setiap pertanyaan yang diucapkan oleh Khay. Dan terkadang Alex melihat Ciro merasa bosan dengan pertanyaan tersebut.

"Papi rasa sekarang biarkan Ciro istirahat. Dan ingat yang tadi Mommi katakan. Jangan paksakan diri. Oke?"

"Hm ... Kalau begitu, ayo Mom antar kamu ke kamar!" kata Khay setelah mereka sudah selesai.

"Sayang ... Papi dan Jenny akan keluar sebentar," beritahu Alex ketika Khay mulai berjalan ke arah kamar Ciro.

"Bersama Jenny? Mau kemana?"

"Ada yang harus Papi cari," jawab Alex tersenyum.

"Baiklah. Hati-hati!"

Alex segera keluar dan memanggil Jenny agar menemani nya.

"Kita ke rumah sakit tempat Ciro menjalani perawatan!" suara Alex terdengar tajam saat dia mengatakan tujuannya pada Jenny.

"Baik Tuan."

Sepanjang jalan menuju rumah sakit, Alex mencari tahu informasi tentang Profesor Wildan melalui internet dan dia tersenyum dengan prestasi yang mencengangkan dari Profesor Wildan. Dan membuat janji untuk bertemu.

Kedatangan seorang Alexander Sioulus di salah satu rumah sakit swasta yang mempunyai nama cukup menarik perhatian. Apalagi Alex selalu di kawal oleh beberapa pria kekar dan juga. gagah selain Jenny.

"Selamat siang. Aku sudah membuat janji dengan Prof Wildan. Aku bisa menemuinya di mana?" tanya Alex pada resepsionis rumah sakit.

"Selamat siang. Maaf apa saya boleh tahu nama Tuan?"

"Alex. Alexandre Sioulus," jawab Alex singkat tetapi bisa membuat resepsionis itu gugup.

"Oh. Maaf Tuan. Saya akan panggilkan sekuriti untuk mengantarkan Anda."

"Tidak perlu. Katakan saja di mana aku bisa menemuinya."

Dengan gugup akhirnya resepsionis itu mengatakan dimana dapat bertemu dengan Profesor Wildan.