Matahari belum lagi terbenam ketika Alex tiba di rumah dan dia melihat Paula ada di rumahnya dan sedang bersantai menikmati secangkir kopi di temani oleh Khayrani.
"Wow, kapan Mom tiba? Kenapa tidak memberi kabar?" tanya Alex pada Paula setelah melepaskan pelukannya pada Khay yang selalu menyambutnya dengan pelukan.
"Tadi pagi Mom baru sampai dan seperti yang kamu tahu, kadang Mom tidak bisa memberi kabar karena Papa mu sendiri kadang tidak bisa diduga mau kemana tujuannya." jawab Paula yang sangat bahagia karena rumah tangga putra sulungnya selalu berjalan dengan baik.
"Kalau begitu aku masuk dulu ya Mom," kata Alex yang baru saja melepaskan pelukan Paula.
"Ya. Mom ingin di sini dulu menikmati sore yang cerah ini."
"Kami masuk ke dalam dulu ya Mom," kata Khay pada Paula yang di jawab dengan anggukan kepala.
Dengan menggandeng pinggang Khayrani, Alex berjalan masuk ke dalam kamar dan di depan ruang makan dia melihat Ciro yang baru saja turun dari kamarnya yang berada di lantai dua.
"Hay Pap. Baru pulang?" sapa Ciro.
"Bagaimana hari mu? Tidak ada masalah bukan?" tanya Alex pada putranya yang memiliki wajah tidak jauh berbeda dengannya.
"Tidak ada. Seperti biasa saja semuanya. Dan ... Apa aku boleh minta kenaikan honor setelah tepat 3 bulan bekerja?" tanya Ciro sambil menaikkan kedua alisnya lucu.
"Kenapa minta sama Papi, Bukankah atasan kamu itu Lastri?" tanya Alex tertawa.
"Astaga Papi. Aku merasa upah yang kami terima itu sangat kurang Pap," kata Ciro mendesak Alex yang kini sudah di depan pintu kamar.
"Yang kamu terima itu UMR bukan? Lalu apa masalahnya. Kalau kalian semuanya rajin dan tidak macam-macam, Papi tidak sayang untuk memberikan bonus. Kamu bisa tanyakan pada Lastri dan pegawai lainnya," jawab Alex kalem.
"Kalau itu aku memang sudah tahu Pap. Tapi apa salah kalau aku minta kenaikan upah?" tanya Ciro dengan majah memelas.
"Tidak salah. Tapi semuanya harus sesuai aturannya. Dan itu sebabnya Papi selalu menekan karyawan yang mendapat upah UMR harus rajin. Karena kalian semuanya akan mendapatkan upah tambahan dari kerajinan kalian. Apa kamu mau terus berada di kamar kami sementara Papi baru pulang kerja?" tanya Alex tertawa.
"Dan melihat kalian bermesraan? Tidak terima kasih." kata Ciro dengan suara yang sengaja dibuat kesal dengan pertanyaan ayahnya.
Di ikuti suara tawa Alex dan Khayrani, Ciro berjalan keluar kamar dan menemani neneknya yang masih berada di teras.
"Nonna sebelum ke sini apa mampir ke New York dulu?" tanya Ciro pada Paula.
"Benar. Dan Nonna sedikit kecewa karena Al tidak bisa menemani Nonna selama berada di sana," jawab Paula dengan nada mengeluh.
"Mungkin Sorella sibuk. Bukankah Nonna tahu bagaimana sibuknya dia. Bahkan Mom kadang kesal karena Sorella sangat sulit di hubungi," sahut Ciro membela kakak perempuannya Alessia.
"Ya itulah dia. Apa kamu tahu siapa kekasih nya?" tanya Paula dengan suara pelan.
Mendengar pertanyaan Paula membuat Ciro tertawa dengan keras. "Kekasih? Aku tidak tahu apakah Sorella bisa mempunyai kekasih dengan sifatnya yang tidak perduli dan terlalu mandiri," jawab Ciro setelah tawanya reda.
"Hey, kenapa bisa begitu?" tanya Paula penasaran.
"Sorella terlalu mandiri yang membuat sebagian lelaki merasa tidak ada artinya untuk berada di sisinya. Sedangkan dia sendiri selalu menganggap semua teman pria nya adalah teman baik dan sampai saat ini tidak ada yang khusus," jawab Ciro.
"Sungguh?"
"Sungguh. Itu kalau Nonna tidak percaya dengan berita gosip yang beredar," jawab Ciro memandang jahil pada Paula.
"Jadi berita itu hanya gosip saja?" tanya Paula tidak percaya.
"Ya. Papi sudah menyelidikinya dan laki-laki itu hanya mencari cara untuk mendekatinya. Bukankah Nonna tahu kalau di sana Sorella hanya bekerja sebagai humas saja. Bahkan bukan di perusahaan Sioulus," jawabnya santai.
"Als tidak bekerja di Sioulus apa karena dia ingin ambil alih kantor media tersebut?"
"Itu juga yang aku pikirkan. Karena dia adalah wanita yang mempunyai ambisi cukup tinggi."
"Dan kamu sendiri, sampai kapan akan berkerja sebagai pegawai rendahan?" tanya Paula pada Ciro yang hanya menggaruk kepalanya.
"Sampai aku layak menjadi seorang pegawai yang memiliki prestasi Nonna."
"Omong kosong. Kamu itu adalah calon penerus SCC yang bisa langsung mendapatkan posisi tinggi." dengus Paula dengan suara ketus dan lagi-lagi Ciro hanya tertawa menanggapinya.
"Mom tidak perlu khawatir kalau Ciro selamanya menjadi pegawai rendahan. Minggu ini adalah terakhir dia bekerja sebagai ob karena selanjutnya dia akan mulai belajar sebagai eksekutif yang akan mewakili SCC di Singapura. Mom tentu tahu kalau Dante akan segera kembali ke Turin," jawab Alex yang baru keluar dan bergabung dengan mereka.
"Begitu? Dan dia menjadi eksekutif lajang dengan ketampanan di atas rata-rata?" tanya Paula yang mengundang tawa.
"Di atas rata-rata, bukan berarti aku memiliki kelainan bukan?" tanya Ciro dengan mengedipkan sebelah matanya.
"Kelainan mu adalah karena kamu tertalu tampan dan gagah sayang. Kadang aku berpikir siapakah wanita yang pantas menjadi pendamping untuk cucu lelaki ku ini," puji Paula dengan mata berbalut kekaguman.
"Terima kasih atas pujiannya Nonna. Siapapun wanita yang akan menjadi pendamping hidupku, aku berharap dia seperti Mom. Wanita mandiri, dan berpendirian kuat, tegas tanpa mengurangi rasa kasih sayangnya," ucap Ciro sambil melirik Khay yang segera mengacak-acak rambut putranya. "Mom, aku bukan anak kecil lagi," katanya dengan merajuk.
"Berapa pun usiamu, kamu tetap anak kesayangan Mom," jawab Khay dengan lembut.
Ciro baru saja melepaskan seragam kerjanya dan dia sedang bersiap untuk meninggalkan pantry ketika melihat Lastri memasuki pantry.
"Apakah Tuan muda akan segera pulang?" tanya Lastri setelah dia berada di sebelah Ciro.
"He eh. Tugas ku sudah selesai. Aku minta maaf tidak mengunjungi Kakak selama bekerja di sini," sahut Ciro dengan ceria.
"Kalau tuan yang mengunjungi ku, Kakak tidak tahu apa yang harus kakak katakan," jawab Lastri dengan senyumnya yang ramah.
"Kenapa tidak tahu apa yang akan kakak katakan? Kakak bisa saja mengatakan kalau honor yang akan aku terima mendapat tambahan karena mereka menilaiku sebagai karyawan yang sangat rajin," jawab Ciro geli.
"Apa itu tidak terlalu berlebihan dengan ucapan tuan muda? Apakah selama bekerja di sini, kamu mengalami gangguan?" tanya Lastri dengan wajah cemas.
"Tentu saja tidak Kak. Mereka kebanyakan menganggapku sebagai model yang sedang menyamar. Untung saja rambut dan jenggot palsuku ini bisa menipu mereka dan aku gembira kalau mereka semuanya menggangku sebagai karyawan asing yang super miskin," jawab Elang membuat Lastri mengikik g
"Kenapa kakak tertawa? Bukankah kenyataan? Mereka semuanya menyarankan diriku untuk mengikuti audisi sebagai modek di SCC karena wajahku cukup menjual. Menurut kakak berapa harga ku ini?" tanya Ciro menggoda Lastri dengan gayanya yang jenaka.
"Hentikan tuan. Anda tidak perlu mengikuti audisi dan kaka yakin Tuan dan Nyonya pasti akan berusaha keras untuk menceganya," jawab Lastri menahan tawa.
"Yeah karena Papa tidak mau semua orang mengenal siapa diriku. Oh iya, Kak Lastri kok tiba-tiba datang ke sini? Bukankah tertalu jauh dari ruang kerja Kakak?"
"Kakak memang sengaja datang ke sini untuk menyapa mu. Setelah 3 bulan di sini, Tuan muda akan bekerja di mana? Maksud kaka di bagian apa?"
"Papa memintaku untuk bekerja di bidang pemasaran. Dan aku harus membantu bagian marketing," jawab Ciro datar.
"Kalau boleh saya tahu, sebenarnya apa tujuan Tuan Alex menempatkan tuan di sini? Sementara dengan mudahnya tuan bisa membuat tuan muda berada di kursi dewan Direkti," kata Lastri seperti bertanya.
"Aku berusaha untuk menjadi baik dimana pun aku berada," jawab Ciro tertawa.
"Benar dan kakak setuju dengan jalan pikiran tuan muda."
"Kalau begitu aku permisi dulu ya Kak. Rasaya aku sudah ingin cepat-cepat mandi agar tubuhku bersih dan saat ini benar-benar sudah tidak nyaman."
"Silahkan dan kalau tuan muda berkenan, apakah bisa saya titip salam untuk Nyonya Khay dan juga Nona Alessia."
"Untuk mama, akan aku sampaikan. Tetapi untuk Sorella? Aku tidak tahu kapan dia punya waktu untuk mengangkat telepon dari kami. Sampai papa mengeceknya langsung," jawab Ciro tertawa.
"Sekali lagi terma kasih ya Tuan Muda. Kalau begitu kakak tidak akan mencegah waktu tuan muda untuk pulang."
Ciro hanya menganggukan kepalanya dan dia masih tidak mengerti dengan sikap Lastri yang masih bersikap seperti dirinya masih sebagai pengasuhnya. Padahal sekarang Lastri sudah menikah dan mempunyai anak.
Dengan langkahnya yang lebar, Ciro meninggalkan tempat kerjanya dan belum sampai di parkiran ia mendapat telepon dari salah seorang temannya yang mengharapkan kehadirannya karena dia baru saja tiba di Indonesia.
"Di mana aku bisa bertemu denganmu?" tanya Ciro pada temannya.
"Aku ada rencana untuk membangun hunian untuk pasangan muda dan aku berharap kamu bisa melihatnya. Apakah kamu bisa?"
"Ya aku akan ke sana. Tapi alamatnya di mana?" jawab Ciro dengan suaranya yang mulai tidak sabar.
"Aku akan mengirimkan alamatnya padamu," sahutnya dan tidak berapa lama Ciro sudah memacu motornya menuju daerah pinggiran kota Jakarta.