Chereads / STORY OF AI / Chapter 8 - 8

Chapter 8 - 8

Gawat,habis sudah! Gelisah Ayuna

"Cepat katakan"tambah Raya pula

Kai pun bercerita bahwa mereka adalah teman semasa kecil,tetapi Ayuna mendadak pindah tanpa mengucapkan perpisahan. Sejak saat itu Kai selalu mencoba menghubungi dan mencari tau keadaannya

"Jadi kalian berdua adalah teman masa kecil yang terpisah lalu bertemu kembali. Apa aku sedang menyaksikan drama di dunia nyata?"tanggap Maru

"Ngomong-ngomong,darimana kau belajar bermain piano? Bagaimana bisa kau memainkannya dan sempurna?! Harusnya kau bilang pada kami,kau tau betapa cemasnya kami tentang kebodohanmu tadi?"Raya menyambung

"Hei,kalian. Kalian tidak percaya pada ku? Kalian meremehkan ku? Maafkan aku yang bodoh dan tidak ada apa-apanya ini berani berteman dengan kalian,aku akan memutuskannya sekarang!"

"Tidak,bukan begitu..."manyun Raya

"Tunggu dulu"kata Maru "Karena Ayuna mengenal Kai...apa kau anak konglomerat juga? Jika begitu semuanya masuk akal"sambungnya

"Apa bukti bahwa aku tidak hanya cantik tetapi juga mahir dalam piano sulit kalian terima?!"katanya dengan nada tinggi

"Tentu saja. Bahkan jika kau mendapat nilai 5 kau pasti mencontek"sanggah Maru

"Apa? Sebaiknya kau jangan bicara. Semua yang keluar dari mulutmu itu tidak aada yang baik. Bagaimana jika nanti aku ketahuan mencontek. Ini semua tidak akan terjadi kalau bukan kau yang menyumpahi ku pagi-pagi. Dasar...bagaimana jika aku ketahuan mencontek juga"

"Menyumpahi?"kata Maru

Raya menyela ditengah-tengah"Aiya,Maru bukan menyumpahi mu. Hanya saja mulut,mulut...astaga,ini sudah kedua kalinya"tatapnya Maru

"Dengar. Mana ada anak konglomerat yang melarat seperti ku,bekerja paruh waktu dan tinggal di rumah kontrakan kecil dan sempit. Kalian sudah dengar?!"jelas Ayuna

"Kau benar. Kai pergi dari rumah tapi dia tetap kaya"angguk Raya

"Tentu saja. Kadang aku suka anak bodoh ini"gumam Ayuna

"Apa?"Raya sedikit mendengar

"Tidak ada"gelengnya

"Tapi,bagaimana kau bisa sekolah disini? Apa ada hubungannya dengan orang tua Kai?"mulai Maru kembali

"Iya juga,dari siapa kau bermain piano?"timpali Raya

"Hei,kalian bercanda?"tambah Kai pula dengan berteriak "Ai itu..."

"Diam!"pekik Ayuna menenangkan situasi yang diluar kendali ini "Apa kalian musuh ku?! Terimalah kenyataan,sialan. Dan kau,berhentilah memanggil ku dengan nama itu!"tekankannya dengan memekik

"Ai...Ayuna. Tunggu,jangan pergi. Cih,ini salah kalian terutama mulut mu itu"katanya pada mereka berdua

"Ha? Ini salah mulut mu. Kai jadi menyalahkan ku"rengek Raya

"Hei,Raya. Kemarilah"ujar Maru

"Apa?"dekatinya perlahan

"Kau mau mencoba ku sumpahi? Aku harus membuktikan teorinya"

"Apa?!"pekiknya,mereka berpandangan "Baiklah. Sumpahi aku agar berpacaran dengan Kai"tempelnya tersenyum-senyum

"Lupakan. Ku rasa Ayuna benar,aku hanya bisa menyumpahi hal buruk. Mungkin kalau menyumpahi mu jatuh didepan kaki seorang pria...?"

"Mati saja kau"kata Raya tidak bersemangat

************

Ayuna datang lebih awal untuk sift malam,tampak seorang wanita yang tengah menata letak barang

"Kenapa kau datang sekarang? Masih ada 2 jam lagi"

"Tidak apa bibi. Aku bosan di rumah,bibi pulanglah. Aku yang mengurusnya sekarang"katanya sopan,Ayuna membantu melepaskan seragam

"Benarkah? Kalau begitu bibi pulang ya, kau,berhati-hatilah pada pelanggan yang mabuk,ya"pesannya

"Baiklah,bibi. Sampai jumpa,hati-hati dijalan"lambainya

Tiak berapa lama Tao muncul didepannya "Astaga"kagetnya

"Apa"kata Tao

"Kenapa kau tau tempat ini?"tatapnya curiga. Jaket itu...? "Ternyata kau benar memata-matai ku,penguntit"ketusnya

"Kau sakit? Ini didekat rumah ku,apa aneh kalau aku tau. Apa salah ku kalau dia terlihat didepan mata ku?"tutur Tao

"Lah,kok ngamok. Cepat belanja dan bayar"

"Cih,bahasa apa itu"dumelnya menyusuri kebelakang,mengambil sekaleng bir lalu membawanya ke kasir

"Letakkan"kata Ayuna

"Apa?"

"Haih"Ayuna keluar dari meja kasir lalu mengembalikan bir itu lagi

"Apa yang kau lakukan?"

"Kau mau jadi preman? Putus cinta? Atau mau coba-coba? Mungkin rasanya manis seperti leci karna putih,kau pikir begitu? Sudah tau tidak bisa minum dan dibawah umur,kenapa membuat sial ditempat kerja ku. Kau mau aku dipecat?"omelnya

"Kenapa kau yang marah?! Darimana kau tau aku tidak bisa minum? Kau mencari tau tentang ku? Ugh,ini mengerikan"jauhi Tao

"Kau bercanda? Pria dengan wajah putih cerah yang labil dan bodoh serta bibir yang lebih merah dari ku. Menurutmu aku tau darimana?"

"Kau mengajak ku berkelahi? Jangan nilai pria dari tampilannya...Lupakan!"Tao mengambil bir itu kembali "Cepat hitung ini. Dengan begitu baik kau atau aku akan merasa senang karna tidak perlu mengotori mata"

"Cih. Karna aku sedang senang,kemarilah. Aku akan mentraktirmu mi"tariknya Tao untuk duduk

"Apa ini? Kau mendiskriminasi orang kaya,kau pikir aku tidak mampu membeli mi? Apa kau mau meracuni ku?"tatapnya curoga

"Aku berharap begitu. Tapi nanti dosa ku akan bertambah. Sangat payah untuk beramal sekarang,aku tidak tau apa umurku cukup untuk menebus semua dosa-dosa ku"

"Maka berhentilah berakting"sanggah Tao.Mereka duduk bersama menyeruput secup mi dan

bercengkrama layaknya seorang teman"Pertama kali melihatmu,aku pikir kau pria yang dingin ternyata tukang oceh"kata Ayuna

"Aku juga,saat melihat dan mendengar kau memainkan piano dengan mata kepalaku sendiri ku pikir aku gila. Bukan...apa dia sedang menipu saat ini? Aku serius saat itu aku begini,buset,ternyata dia mahir juga!"bahas Tao

"Ahahaha"akan ku lepaskan kau kali ini saja bocah "Lihat. Kau hanya perlu membiarkan seseorang untuk sedikit mengenalmu"

"Bagaimana denganmu?"

Ayuna terdiam "Aku? Mereka akan sakit kepala nanti"

"Tepat sekali. Dengan topengmu yang banyak itu"lontar Tao begitu saja lalau menyeruput mi kembali

Ayuna meletakkan sumpitnya dengan keras "Bocah,aku sudah membiarkanmu dari tadi dan mentraktirmu. Jangan sampai aku mengeluarkan semua ucapan yang terkumpul di anusku,jika itu terjadi kau harus memuntahkan semua mi yang kau telan itu"geram Ayuna menahan

"Joroknya...Baiklah! Akan ku muntahkan semua yang ku makan,siapa tau kau mendapatkan potongan steak disana. Aku sudah curiga dari tadi,kenapa kau baik begini. Lepaskan topengmu dan katakan apa mau mu"kata Tao menyandar dan melipat tangannya dengan santai

Tak,tali kesabaran Ayuna putus "Topeng?! Biar ku tanya padamu. Apa kau bersikap sama dengan siapapun? Tidak kan. Karna itulah ada ucapan seperti,jangan tanyakan sifatku pada orang lain karna sikapku berbeda pada setiap orang"

"Ucapan siapa?"

"Aku. Contohnya begini,ada paman tukang daging yang genit di komplek ku,setiap pagi aku selalu memakinya karna menggoda bocah SMP dan ada seorang pengangguran yang tampan,setiap pagi aku selalu menyapanya. Bedakan? Padahal yang satu rajin bekerja dan satunya pengangguran. Itulah yang dinamakan attitude. Jika saja kau punya itu aku setidaknya akan berusaha tidak memaki wajah tampan mu"

"Bagimu tampan sudah cukup jadi alasan ya? Tunggu,jadi aku disamakan dengan tukang daging mesum itu? Kenapa juga kau memperhatikan paman yang tidak seusia denganmu,lepaskanlah dia. Aku kasihan padanya ,sudah tidak diperlakukan adil oleh dunia ditambah wajahnya itu mengundang bencana sepertimu. Belajar attitude dari orang yang memaki dan mengincar seorang paman? Lucu sekali"dengus Tao mencibir

"Me-mengincar?! Tidak bisakah kau memakai kalimat prosa,metafora atau apapun itu? Ah,ya ampun pakailah attitude mu atau kau kembalilah ke zaman dulu untuk belajar sopan santun"

Mereka memang benar adalah teman yang sedang bercengkrama,dengan bersemangat

"Apa?! Apa kau tau aku adalah tuan muda yang dididik mengenai attitude sejak kecil,seperti pangeran"

"Pangeran? Memangnya kau Kai,ahaha pangeran katanya"ejek Ayuna tertawa

"Jangan samakan level ku dengan orang seperti itu!"

"Ah,maaf karna telah menyamakan orang beretika sepertinya dengan mu"sindir Ayuna tersenyum

"Kau...!"Tao membuka dan mengepalkan tangannya,tidak tau harus bagaimana dengan wanita ini,lalu memutuskan untuk pergi

"Tunggu"kata Ayuna

"Apa lagi?"Tao berbalik "Jangan bilang...kau serius ingin aku memuntahkannya?"dengan menekan rendah kalimat dibelakangnya

"Ck,bukan bodoh. Aku hanya mau bilang,jangan berkecil hati. Berbahagialah,karena masalah hanya datang pada orang yang masih hidup"ucapnya dengan segenap keseriusan

"Apa maksud mu"kata Tao

"Itu terserah padamu"ujar Ayuna

"Kau tau,itu?"

"Kau pikir ada alasan bagiku untuk bersikap baik pada bocah kurang ajar sepertimu? Melihat pria tampan yang membuatku berdebar pergi keluar memakai jaket dan celana tidur seperti pengangguran yang mabuk-mabukan,kau pikir aku tega?"seraya membersikan meja

"Kau begitu terus terang? Berdebar apanya berdebar. Kau sakit?"oloknya

"Iya. Kau punya obat?"lawan Ayuna pula ketus

Malam itu tak terasa dingin bagi Tao yang berjalan pulang "Panas dalam tubuhku berkumpul dan ku pikir aku akan mati emosi karena! Gadis gila itu!"gerutunya dijalan pulang