Cuaca yang cerah dan hari yang sibuk seperti biasanya,hanya saja tempatnya berbeda. Saat ini Tao baru mendarat di Indonesia "Tukang oceh,huh?"tawanya seraya mengenakan kacamata
Saat yang sama di sekolah,Ayuna memperhatikan sekitarnya dari dimulainya kelas hingga akhirnya pulang "Aneh,aku tidak menemukan tanda-tanda kehidupannya. Apa anak itu mencoba minum tanpa sepengetahuan ku?"gumamnya sambil berjalan
"Sebenarnya anak siapa yang membuat bibi ini khawatir?"dengar Raya
"Apa kau tau,menguping itu tidak sopan"tengok Ayuna
"Salahkan pendengaraku yang tajam"
"Siapa yang kau cari sejak pagi taadi?"Maru menyambung
"Siapa lagi. Tentu saja cinta masa kecilnya,Kai Xin"senggol Raya
"Cinta masa kecil apanya. Apa yang bisa disukai saat kecil,dada yang sebesar kecambah?"tawa Ayuna
"Itu vulgar,bodoh. jangan menodai cinta pria kecil yang polos"tanggap Raya sambil tertawa
"Apa yang salah dengan itu?"sela Maru
"Apa? Dada? Atau kecambah"kedip Ayuna
"Aishh. Bukan itu, lupakanlah. Sejak kapan kau dekat dengan Tao sampai mencarinya? Padahal dia adalah musuh bebuyutan mu? Bagaimana cara mu menarik Tao dan Kai bersamaan?"ubahnya topik saat itu juga
"Apa maksudmu"katanya dengan suara keras "Melawan api dengan api,melawan air dengan air"gantinya dengan suara lembut seraya menyelipkan rambutnya
Raya memukul pelan "Dasar kau ini. Jadi diantara mereka siapa yang api dan air"
"Tentu saja berdasarkan kepribadian,Tao adalah api dan Kai adalah air"sambung Maru mengamati
Ayuna bertepuk tangan "Seratus untukmu,Maru"lalu ia merangkul Raya dan berbisik"Bayangkan saja Tao mengatakan ini,aku adalah pria yang membara. Dengan kemeja hitam yang membiarkan dada bidangnya terekspos. Dan,dan bayangkan Kai mengatakan,aku adalah pria yang memikat. Dengan setangkai bunga mawar yang digigitnya. Sudah kau bayangkan?"
"Ya..."tenggelam dalam khayalannya
"Bagaimana?"bisik Ayuna lagi
"Luar biasa!"kekehnya
"Tentu saja. Lihatlah kau mimisan,kelihatannya kau sangat menikmatinya"mereka berdua sibuk mengelap maksudnya menghapus abs...bayangan itu
"Kalian dua gadis mesum. Berjalan terpisahlah dariku"ketus Maru menatap jijik
"Hei,jangan jahat begitu Maru. Apa kau cemburu karna aku hanya mengatakannya pada Raya? Kalau begitu kemarilah,akan ku katakan juga padamu"jahili Ayuna menempel padanya
"Cukup. Berteman denganmu sudah mempengaruhi pikiranku. Jangan rusak juga otak ku"berinya jarak
"Hei,ayolah"kekehnya menyusul Maru
"Kalian berdua,tunggu aku! Ah sial,darah ini...apa aku jadi gadis mesum? Hei Ayuna,ini salah mu!"kejarnya mereka berdua
``````````````````````````````````````````````
Ini kali kedua Ayuna terlambat dalam minggu ini. Seperti biasanya ia memanjat pagar belakang sekolah "Astaga,apa aku harus memanjat seperti ini? Bagaimana jika rok ku robek. Sekolah ini kenapa mempersulit siswanya"gerutunya sambil terus memanjat
"Selamat pagi,Ayuna"suara dari barisan orang itu mengejutkan Ayuna
Sial. Apa aku tertangkap basah? Tapi ini bukan kasus besar,kenapa semua guru ada disini dan juga...kepala sekolah!? Ia mematung disisi tembok sebelahnya
"Kalian bantu nak Ayuna turun"kata kepala sekolah itu ramah
Tamat sudah riwayat mu Ayuna,ia masih tak berani bergerak"Nak Ayuna,ada apa? Apa kau sakit? Harusnya tidak usah datang ke sekolah,jangan memaksakan dirimu. Kesehatanmu sangat penting"kata guru yang beberapa waktu lalu berdebat dengannya itu
Ada apa dengan si tua tukang gosip ini? Apa maksudnya untuk mengekuarkan ku dari sekolah?! Itu terlalu berlebihan kan? Meskipun aku melakukannya setiap minggu...
"Guru Wang benar,Ayuna. Tidak perlu datang"timpali kepala sekolah
Gleg,akhirnya aku tau namanya...bukan! Apa-apaan dengan senyum mereka itu,matilah aku. Apa yang harus ku lakukan? Berpura-pura kejang atau pingsan? Paniknya
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa menahannya disana?"hadir Kai yang membuat Ayuna seperti melihat matahari cerah dibelakangnya
Akhirnya si bodoh ini berguna juga untuk ku. Leganya bersandar pada pagar "Oh? Ayuna,kau baik-baik saja?"Kai menopangnya
"Jika kau terlambat sedetik lagi saja aku sudah mati jantungan disini"bisiknya lemas
Jantungan? Apa dia termakan omongannya sendiri "Apa mereka membuat mu terlalu lama berdiri diterik begini?"tatapnya tajam para barisan guru itu "Atau kau yang berani macam-macam padanya lagi?!"gertak Kai
"Ti-tidak berani tuan muda Kai"tunduk guru Wang
"Tsk. Padahal aku menyuruh kalian menyambutnya bukan menakutinya"kesalnya menyibak rambut
Ayuna melotot "Kau? Kau yang menyuruh mereka?!"
"Iya. Supaya mereka tidak mencari masalah denganmu lagi"senyumnya
"Aku menyesal menganggapmu berguna"decih Ayuna mendorongnya
"Apa dia tidak suka kejutanku? Bukankah ini yang disukai gadis sederhana?"dengan merentangkan tangannya keatas
Dikantin,saat jam makan siang. Ayuna dihidangkan banyak makanan diatas mejanya
"Waseh! Apa ini perlakuan penuh cinta dari anak konglomerat? Makanan mewah ini diantarkan langsung oleh lima koki bintang lima!"cengang Raya menelusuri satu-persatu makan yang datang itu
"Kau bicara apa"tepuk Ayuna "Maaf,kami tidak memesan ini...apa kalian salah meja?"
Koki itu tersenyum"Silahkan nona,ini semua disiapkan oleh tuan muda Kai Xin"
"A-apa ini The Glamburger?"tanya Maru dengan nada bergetar
"Benar sekali"jawab koki itu mempermisikan diri
"Ada apa dengan makanan ini sampai kau gemetaran begitu?"tanya Raya
"Ini...adalah makanan seharga 1.770 dolar"kata Maru menelan ludah
"1.770 dolar...? Jangan bermain angka dengan ku,berapa itu?"tanya Raya lagi
"25,11 Juta!"ujar Maru menoleh tercengang
"Apa?!"pekik mereka bersamaan
Belum selesai disitu,Maru menunjuk toping berwarna emas itu"Itu..adalah emas asli"
"Apa!?"pekik mereka lagi tercengang
"Apa anak itu gila?!"kata Ayuna memperbaiki ekspresinya
"Aku takut mati tercekik karna memakn emas"lemas Raya
Ayuna mendesah stres"Apa gunanya memakan emas ini jika akhirnya keluar dari pantat ku. Apa tidak bisa dijual saja?"
"Kenapa para orang kaya ini tidak masuk akal. Harga sekeranjang apel ini saja perbuahnya mencapai satu juta"kata Maru
"Jangan katakan lagi. Aku bisa trauma pada makanan. Seharusnya aku sudah curiga sejak dia mengganti seragam seharga puluhan juta dengan entengnya"membesarkan matanya "Kami tidak bisa memakan ini,pak. Apa bisa tolong bawa kembali?"
"Maaf,tidak bisa nona. Tuan Kai Xin bilang,jika nona tidak mau memakannya ini semua akan dibuang"
"Ap...! Baiklah,baiklah..."pasrahnya
"Begini cara anak konglomerat mengejar cinta? Ayuna,aku peringatkan jangan sampai mati berdiri"timpali Raya
Ayuna menggebrak meja"Baiklah. Jika dia memaksa ku aku punya cara untuk mengurusnya. Boleh juga,Kai Xin"senyumnya kesal "Kalian semua! Silahkan ambil semua makanan yang ada dimeja ku,cepatlah. Kapan lagi kalian bisa makan makanan mahal begini"sorak dengan suara keras pada seisi kantin. mereka menyerbu berebut
"Non,nona..ini,tidak boleh begini nona"panik koki itu
"Tidak apa. Bukankah itu dimakan"Ayuna melipat tangannya