Tanggal 20 Juni adalah hari ayah. Banyak pesan,notif dan vidio yang terlihat diponsel Ayuna tentang keharuan itu. Ia menyandang tasnya dan menatap ruangan senyap itu sebelum menguncinya. Pasti ada orang bodoh yang sedang menyudut sedih dipojokan,menungnya lalu mengetik pesan pada temannya "Felicia,jangan sedih atau iri. Jika mereka ada hidup kita belum tentu berubah"kirimnya
"Ugh,bodoh.Belum tentu juga tetap sama"balasnya
Ayuna mendesah kasar"Hah...anak ini"gelengnya
Maru dan Raya datang lebih dulu ke sekolah
"Hei,Maru"sapanya duduk diatas meja Maru"Apa menurutmu Ayuna itu penggila pria?"
"Tidak salah lagi. Bukankah kalian satu komplotan?"tanggapnya
"Jangan bicara sekan itu kejahatan. Memandang wajah pria tampan itu baik untuk otak,kau tidak tau? Ku kira kau ssepintar apa. Memandang pria tampan bisa membuat lebih fresh dalam mengerjakan pelajaran juga meningkatkan gelombang aktif pada otak,yang menciptakan efek positif pada otak"mengangkat dagu bangga
Kenapa rasanya deja vu? "Aku lihat energi kematian mengelilingimu saat pelajaran,arwah mu hampir keluar"oloknya
"A-Ayuna tidak terlihat begitu perduli pada mereka sekarang. Mungkinkah,mungkinkah dia masuk kategori ke-tiga?!"alihnya
"Momentum. Maksudmu cinta yang matang? Aku rasa itu terlalu cepat"
"Ce-cepat? Maru,apa kau juga..."ohow,tampaknya gadis kecilku akan dewasa
"Tidak. Aku tidak akan pernah jadi bagian dari kalian"patahkannya pikiran yang membelot itu
"Cih,kau bilang negitu karna belum pernah jatuh cinta. Oh? Apa kau akan pacaran saat kuliah?"antusiasnya tiba-tiba
"Tidak. Aku akan bekerja lalu menga..."Maru teringat ucapan Ayuna tentang menemukan cinta pertamanya. Tatapannya yang sama dengan waktu itu,secercah kerlip harapan. Lalu menyelinap memori tentang Ziu "Sial. Setiap aku mengingatnya darahku mendidih"tuk,ujung penanya bengkok karena ditekan terlalu kuat
"Tidak lagi. Aku tidak berani mengusik mu,kau sangat mengerikan,Maru"Raya kembali ketempat duduknya
"Huft,hai"sangal Ayuna menyapa
"Kenapa hari ini kau datangnya lama?"tanya Maru
"Seperti dia pernah datang tepat waktu saja"kata Raya
"Ada begitu banyak kerumunan diluar sana. Ada apa ini?"intipnya dari jendela
"Kau tidak tau Ziu akan konser untuk merayakan hari ayah di sekolah ini? lihatlah panggung yang megah itu dan lautan manusia disana"beritau Raya
"Apa dia mencari muka setelah kejadian kemarin?"ketus Ayuna
"Kalian tidak penasaran?"ujar Raya
"Apa?"kata mereka serempak
"Dendam idol! Aku rasa dia membuat suatu rencana untuk mempermalukan Kai?"lanjutnya
"Kau terlalu banyak menonton drama"abai Ayuna
"Tapi...aku juga berpikir begitu. Kau harus hati-hati,Ayuna"kata Maru gelisah
"Sial"umpat mereka berdua
"Kenapa?"tanya Maru terkejut
"Jangan katakan itu"Ayuna menarik nafas sepanjang kalimatnya
"Kau harusnya tidak mengatakannya. Ingatlah terakhir kali setelah kau mengatakan sesuatu"Raya menepuk jidatnya
Itulah bagaimana bisa Ayuna berada diatas panggung sekarang ini "Ayolah,Ayuna Irene. Kau adalah Dewi Feng Yuang kan? Lakukanlah sesuatu dipanggung ini"jebak Ziu menyeringai dengan menyodorkan mike
Kan. Mulutmu itu sial Maru! Jeritnya dalam hati. Ayuna meraih mike itu,meski saat ini dia gugup tetapi ekspresinya tertutupi dengan baik
Mari kita lihat apa yang akan dilakukan gadis ini. Melawak didepan sini atau menolak lalu turun dari panggung. Dari penyelidikan ku dia tidak punya latar belakang ataupun koneksi,seorang pekerja paruh waktu di minimarket kecil. Bagaimana bisa gadis miskin sepertinya masuk ke sekolah elit yang isinya orang-orang berkelas? Tentu saja aku haru menyingkirkannya! Sembunyikan Ziu dengan akting yang terlatih itu
"Dewi Feng Yuang! Dewi Feng Yuang!"sorak-sorai dibawah panggung mulai meledak
"Astaga,apa yang harus kita lakukan?"risau Raya melihat Ayuna diatas sana
"Si sialan itu. Tenanglah,Ayuna pasti punya sesuatu"kata Maru mengontrol kecemasannya
"Kau serius mengatakan itu? Bagaimana mungkin,Ayuna tidak punya keahlian apapun selain angkting. Kau dengar saat dia bernyanyi diruang musik? Suaranya...ugh,dia bahkan payah dalam memainkan alat musik"
"Aku tau. Tapi tidak ada yang bisa kita lakukan"ujar Maru kesal karena tidak bisa berbuat apapun
Sementara Ayuna yang berdiri diatas sana mulai menegakkan bahunya,menaikkan dagunya dan kini penuh dengan percaya diri,tersenyum menyiratkan balas dendam pada Ziu "Aku akan memainkan piano"katanya kemudian
Ucapannya itu memicu kericuhan" Yang benar saja,dia akan bermain piano?"
"Argh,aku berharap dia bernyanyi agar setidaknya aku bisa melemparinya"kata Aria
"Apa ini? Jangan lakukan ini pada Dewi-ku!"
"Ah,aku tidak tahan lagi"
"Dewi! Bagaimana pun dirimu aku tetap menyukaimu!"
Apa yang kau lakukan,Ayuna!? Kalimat inilah yang ada dibenak Maru dan Raya
"Silahkan dimulai. Beri tepuk tangan pada Dewi Feng Yuang kita"lalu lempari dia dengan sampah,habislah kau kali ini,Ayuna. Ziu menunggu kejatuhan Ayuna dari belakang panggung
Ayuna sudah duduk,ia meletakkan tangannya untuk bersiap memulai. Ia menutup matanya seraya menarik nafas lalu melepaskannya bersamaan dengan sorot yang berbeda dengan sebelumnya. Ia mengayunkan tangannya keatas dengan lembut lalu menekan tuts dengan intens dan tajam,alunan nada yang menari serta semua mata yang terpaku padanya
Bahkan membuat Raya tercengang"Apa wanita elegan yang disana itu...Ayuna?"
"Apa aku berhalusinasi?"timpali Maru pula tak bisa berpaling "Itu adalah Captive ke-5 oleh Niccolo` Paganini dengan intonasi yang sempurna dan teknik yang tiada duanya. Aku bahkan tidak berani menampilkannya meski sudah ku pelajari sejak kecil"tambahnya
"Kau saja sampai bilang begitu. Kecepatan yang luar biasa dan kesulitan yang tinggi...bagaimana,Ayuna bisa memainkannya? Orang yang selalu merusak telinga ku diruang musik?"kagumi Raya
Disisi lain,Ziu terperangah seperti melihat seorang Dewi yang tengah menari dengan sangat sangat indah sangat mempesona. Dia tersenyum seolah mengatakan "Lihat aku" apa dia benar dewi?
Bahkan saat Ayuna telah menyelesaikannya dengan totalitas mereka tetap terbengong tidak berkutik apalagi berkedip untuk beberapa saat,hingga ada yang mulai bertepuk tangan mengakhiri penampilan yang menakjubkan itu
"Apa kau merekamnya?"
"Astaga,tidak. Bagaimana ini! Eh,untuk apa direkam. Acara ini masuk TV!"
"Benarkah? Ah,untunglah!"
"Itu teman ku!"sorak Raya lantang seraya bertepuk tangan "Kau lihat,mereka bahkan melupakan orang yang membuat acara ini masuk TV. Lihat dia ternganga disana,tau rasa kau!"senggolnya Maru
Maru bernafas lega "Kau benar"ia tersenyum kecil. Ditengah deruan pujian dan tepuk tangan itu Ziu menuju kearahnya lalu bertekuk lutut meraih tangan Ayuna,sedikit lagi saja dia berhasil mencium tangannya tiba-tiba muncul Kai yang naik ke atas panggung "Itu kau"tatapnya Ayuna. Semua orang kelabakan menyaksikan idol dan tuan muda itu disana
"Aku? Apa?"tunjuk diri sendiri. Mereka bertatapan tanpa berbicara lagi,seketika Kai memeluknya dihadapan kerumunan itu "Itu kau! Aku menemukanmu...Ai"peluknya erat dengan senyuman haru
Lagi,dia melakukannya lagi! Kenapa dia selalu muncul disaat begini? Rutuk Ziu mengepal tangannya dan turun dari panggung
Kata terakhir itu membuat mata Ayuna membulat. Ia menjauhkan Kai lalu menariknya pergi dari sana. Semuanya bertambah heboh berkat kejadian tidak terduga lainnya
"Apa yang terjadi? Ya Tuhan, Ayuna mau membawanya kemana?"mata Raya menyipit "Keberuntungan apa yang dimiliki Ayuna sampai berurusan dengan pria-pria tampan?"irinya
"Apa ini saatnya menunjukkan kebodohan mu?"ketus Maru menggeleng
Ayuna membawa Kai ke taman belakang "Kau barusan bilang apa?"tanyanya
Kai tersenyum cerah "Ai!"jawabnya ceria
"Ai?! Kau,kau tau nama itu darimana? Ini gara-gara bocah yang sembarangan memberiku nama itu"kesalnya
"Ini aku!"
Ayuna mengerutkan keningnya "Kau..."
Kai berdecak senyum "Ay-ay,Ay-ay. Wo ai ni"tirunya mengingatkan
Ayuna teringat anak dengan pipi tembam yang tampak bodoh,ia tercengang menarik nafas "Itu kau? Bocah ompong?!"tunjuknya
"Jangan panggil aku begitu. Tapi ya,ini aku!"tawanya merentangkan tangan
"Kau mau apa?"mundur Ayuna
"Peluk. Bukankah biasanya teman yang sudah lama tidak bertemu saling berpelukan?"
"Berhenti mengambil kesempatan dari ku. Bagaimana kau bisa mengenali ku?"penasarannya
"Nada ditiap tuts yang kau sentuh itu sangat berbeda,indah dan hidup. Seperti saat kecil dulu"
"Apa-apaan. Jangan katakan pada siapapun bahwa kita saling kenal. Kau sudah dengar?"
"Tapi kenapa...?"omongan Kai terpotong
"Kau mau merahasikan apa dari kami?"sela Maru yang datang bersama dengan Raya