Chereads / Cinta Angie / Chapter 9 - Bab 8 : Pacar dia

Chapter 9 - Bab 8 : Pacar dia

Kantor Pusat Aditama Grup

"Permisi, saya ingin bertemu dengan Pak Aaron,"kata Angie sopan pada resepsionis.

"Maaf, apa sudah ada janji dengan Pak Aaron?"

"Sudah."

"Siapa nama anda? Saya akan berbicara pada beliau kalau anda sudah datang."

"Angie dari kantor Sanjaya & partner. Terima kasih."

"Baik. Silakan tunggu sebentar."

Angie berjalan menjauh dari meja resepsionis. Mendongak ke atas melihat lukisan langit biru yang indah dan menentramkan. Tanpa sadar, saat mendongak, Angie tidak mengetahui jika kakinya menghalangi langkah seorang wanita. Dan wanita itu langsung tersandung, terbang indah lalu terduduk, yang pastinya sakit. Rok pendeknya tersingkap hingga setengah paha.

"Gawat."

Mata Angie melotot melihat hasil perbuatannya. Rambut wanita itu sedikit mencuat ke atas, salah satu sepatu hak tinggi nya mampir ke meja satpam di pintu lobi. Angie melihat resepsionis dan satpam terburu-buru menghampiri wanita terbang itu.

"Nona Lisa.. nona Lisa..."

"Anda baik-baik saja?"

Resepsionis itu membantu wanita itu berdiri dan mengarahkannya ke sofa panjang. Wanita itu berjalan tertatih-tatih. Sepatunya direbut kasar dari tangan satpam yang membawakannya kembali. Angie maju perlahan mendekati wanita terbang itu dan para dayang nya.

"Maafkan aku. Aku tidak sengaja."

"Dasar orang kampung.. belum pernah lihat gedung bertingkat? Lihat sana lihat sini. Dasar kampungan,"semburnya marah.

Satpam dan resepsionis yang tadi menerima Angie, hanya meringis ngeri dan tertunduk mendengar wanita itu memarahi Angie.

"Saya ambilkan minum, nona Lisa."

Wanita terbang itu mengusir resepsionis yang menawari minum, dengan kibasan tangan nya. Satpam pun juga mengundurkan diri.

"Lihat, sepatu baru ku putus hak nya. Gaun kesayangan ku jadi kusut. Dan aku jadi bahan tertawaan semua orang. Mau ditaruh dimana muka ku ini.. Hah???! Dasar kurang ajar tidak tahu diri.. Dasar orang udik."

Wanita terbang itu masih betah memarahi Angie. Diomeli seperti ini, membuat Angie teringat kembali masa kecil nya, dimana Angie dan kedua saudarinya ketahuan Ibu panti asuhan, ketika sedang memanjat pohon mangga di belakang rumah. Angie tersenyum kecil mengenang hal itu.

Angie mendongak menatap wanita terbang itu yang masih mengomel. Tiba-tiba dia berhenti... ajaib. Sungguh. Dia melihat sesuatu di belakang Angie. Dia langsung berdiri dan berlari melewati Angie.

"Ada apa ini?"

Angie berbalik dan menaikkan sebelah alisnya karena terkejut melihat wanita terbang itu bergelayut manja pada Aaron.

"Pacarnya?"tebak Angie dalam hati.

"Lisa, kamu baik-baik saja?"

"Tidak baik. Semua gara-gara wanita kampungan itu.."

Aaron terkejut melihat Angie yang dituduh oleh Lisa.

Angie menghampiri mereka dan membungkuk. "Aku minta maaf sekali lagi. Aku tidak sengaja."

"Dia pasti sengaja ingin mempermalukan aku disini,"teriak Lisa histeris, sambil menunjuk-nunjuk Angie dengan jarinya yang ter-medicure pedicure cantik.

Angie mengamati lebih teliti, wanita yang diduganya sebagai pacar Aaron.

"Wanita itu berkelas, dilihat dari proposi tubuhnya yang bak gitar spanyol dan penampilan fashion nya yang elegan dan terlihat mahal,"komentar Angie dalam hati. Hati Angie mulai terasa panas, sepertinya.. api cemburu mulai merambati hatinya. "Tidak.. tidak boleh. Aku harus bisa mengendalikan diri." Angie menarik napas sedikit gemetar.

"Sudah Lisa, jangan bikin ribut lagi."

Suara Aaron terdengar lembut, membujuk wanita terbang itu untuk tenang. Angie melihat tangan Aaron merangkul bahu wanita itu dengan mesra.

"Pecat dia.."

Angie diam, tidak membela diri. Angie merasa tidak penting berdebat dengan wanita sosialita itu. Angie dapat menangkap mata wanita itu yang memandang rendah dan jijik pada nya, selama perdebatan mereka.

Aaron melihat ke arah Angie, yang hanya diam memandang dirinya dan Lisa. Selain ucapan permintaan maaf, tidak terdengar apa-apa lagi dari bibirnya.

"Lisa.."

"Aku tidak mau tahu, dia sudah mempermalukan aku, sayang. Mau ditaruh dimana muka ini, sayang..,"rajuk wanita terbang itu. Bertingkah seperti anak kecil yang tidak mendapatkan boneka kesayangannya.

Angie bergidik mendengar nada manja menjengkelkan itu. Aaron nampak kewalahan menghadapi sikap cengeng wanita yang dipanggil Lisa itu.

Angie menatap Aaron dan tersenyum sinis. "Kalau begitu, aku pergi. Nanti biar kantor kirim orang lain menggantikan aku."

"Tunggu Angie.. tunggu." Aaron setengah berteriak membuat Angie yang sudah berbalik arah menuju pintu lobi, berhenti melangkah.

"Aaron, kamu mengenalnya?"tanya Lisa tidak percaya.

"Nanti aku jelaskan. Aku akan menyuruh sopir mengantarmu. Ana, tolong antar Bu Angie ke ruanganku."

"Baik pak. Silakan Bu Angie."

----------

Aaron memasuki ruangan legal dengan perasaan lelah. Akhir-akhir ini berbicara dengan Lisa membuat tekanan batin. Emosi jiwa.

Perlahan tapi pasti, sifat asli Lisa mulai muncul ke permukaan. Manja, egois, ingin semua dituruti, gampang marah, dan yang paling utama.. dia sudah seminggu tidak mendapat jatah. Aaron frustasi secara mental dan seksual. Aaron memijit kepalanya yang mulai nyut-nyut, mendekati meja sekretarisnya.

"Pak Aaron ditunggu Bu Angie di ruangan,"kata Sinta, sekretaris nya.

"Baiklah. Tahan telpon dari Lisa. Bilang aku ada rapat."

"Baik pak."

Cklek...

"Maaf menunggu lama." Angie hanya diam melihat yang Aaron melintasi ruangannya dan duduk di depan Angie.

Aaron meneliti Angie sekilas dan bertanya, "Baik-baik saja?"

"Baik."

Aaron memundurkan badannya ke sandaran kursi, memutar kursinya itu dan melipat tangan di dada. Wajah Angie datar tanpa ekspresi saat membalas tatapan Aaron yang mengamati nya. Aaron menghela napas, yang entah ke berapa kali pagi ini.

"Sebaiknya kita mulai bekerja. Mejamu ada di dekat Sinta. Semua dokumen yang diperlukan, silakan minta ke Sinta."

"Baiklah." Angie langsung berdiri dan berbalik.

"Tidak ada yang mau kamu jelaskan?"

"Tentang?" Angie berbalik dan mengangkat sebelah alisnya.

"Kejadian di bawah tadi?"

"Aku rasa aku tidak perlu menjelaskan apa pun, karena bapak pasti sudah mendapatkan versi lengkap nya dari pacar bapak. Permisi."

Blam. Pintu sedikit terbanting saat Angie keluar.

----------

"Angie, apakah kamu tahu siapa wanita yang tadi bertengkar denganmu?"tanya Sinta bergosip sambil mengambil beberapa dokumen dan meletakkan nya di atas meja Angie.

"Tidak. Siapa dia?"

"Lisa, model utama yang dikontrak kantor pusat. Dia juga pacar Pak Aaron."

Angie mendongak menatap Sinta saat mengetahui siapa pacar Aaron. Benar dugaannya. Kepalanya digelengkan untuk menyingkirkan pikiran yang menganggu. "Seleranya buruk,"komentar Angie dalam hati.

"Aku sudah mendengar Pak Aaron punya pacar. Tapi baru pertama kali bertemu. Cukup mengesankan," ucap Angie diplomatis pada Sinta yang bergosip.

"Orangnya sangat cantik, tapi karakter nya... jangan ditanya deh... bisa bikin orang paling sabar di dunia, murka."

"Separah itu?"

Angie berusaha menanggapi sepintas lalu. Dia tidak mau terlalu peduli dengan kehidupan pribadi orang lain, terutama kehidupan pribadi Aaron.

"Sinta, tolong katakan padaku dimana mesin fotokopi nya?"tanya Angie yang ingin mengalihkan pembicaraan yang tidak disukainya ini.

"Keluar lalu ke arah kiri dari ruangan legal."

"Terima kasih."

Bersambung...