Chereads / Cinta Angie / Chapter 12 - Bab 11 : Gangguan

Chapter 12 - Bab 11 : Gangguan

"Selamat pagi, Angie cantik."

"Pagi, Johan." Angie menyapa pria lesung pipit itu dengan anggukan kepala.

Pria itu sepertinya menunggu kedatangan Angie di lobi kantor.

"Sudah sarapan?"tanya Johan antusias, menjajari langkah Angie.

"Sudah."

"Nanti siang makan diluar yuk."

"Maaf, ada rapat."

"Nanti sore mau pulang bareng?"

Angie berhenti berjalan. Angie berpaling menatap Johan dan menggeleng.

"Maaf Johan. Aku tidak bisa." Angie melangkah pergi meninggalkan Johan yang kesal.

"Dasar cewek kecentilan."

Ejekan Johan dapat di dengar Angie. Angie berbalik melihat Johan yang berkacak pinggang dengan ekspresi jengkel. Angie berbalik lagi dan masuk ke lift tanpa berkomentar.

----------

Ponsel Angie sudah berhenti bergetar. Tapi tidak sampai lima menit, ponsel nya kembali bergetar lagi, dan tentu saja dengan nomer lain yang juga tidak dikenal.

"Perlu aku yang mengangkat nya?"

Angie mendongak dari kegiatan nya mengetik laporan. Pertanyaan Sinta dijawab dengan gelengan kepala.

"Puk.. puk.. sayang.. semangat ya,"hibur Sinta mengepuk-puk rambut Angie. Angie mengangguk, dengan kepala menunduk di atas meja. Stres.

Sinta tahu bahwa Angie sedang menghindari seseorang. Seharian ini, ponsel Angie bergetar tanpa henti.

Angie menatap sebal ponsel nya yang terus berjoged ria. Direnggutnya dengan marah, ponsel itu dan berjalan ke luar ruangan.

"Halo.."

"Akhirnya kamu mengangkat telpon, sayang. Aku sangat merindukanmu."

"Jangan mengatakan hal-hal yang menjijikan, Anton." Angie bergidik saat mendengar nya.

"Pulang kerja aku jemput ya.."

"Tidak."

"Kita dinner lalu aku antar pulang."

"Tidak mau."

"Sekalian aku mau bicara sama om Sanjaya."

"Papa lagi nginap diluar kota. Percuma. Jangan telpon aku lagi."

Angie mematikan ponsel nya dengan. kesal. Belum sempat beranjak, ponsel nya kembali bergetar. Angie kesal dan langsung mematikan ponsel nya.

"Wah.. wah.. ada yang lagi pacaran sembunyi-sembunyi disini."

Angie melihat Lisa si wanita terbang dengan sepatu hak tinggi nya, datang mendekati Angie dengan angkuh.

"Permisi, aku masih ada pekerjaan."

Lisa mengulurkan tangan mencegah Angie pergi. Angie menatap Lisa dan menantang nya.

"Ada perlu apa?"

"Tidak ada. Tidak perlu apa-apa. Hanya ingin ngobrol dengan mu."

"Ngobrol? Maaf, kita bukan teman."

"Tidak masalah,"katanya sambil menyentuh dagunya, kemudian memutari Angie dan menilai penampilan Angie. "Kalau diperhatikan, kamu oke juga."

Angie hanya mengedikkan bahu dan berjalan lewat.

"Dasar orang udik sombong," Lisa jengkel dan menghentak-hentak kan kaki nya melihat Angie pergi begitu saja.

----------

Kring.. "Angie, masuk ke dalam."

Kring.. "Angie, bawa laporan itu ke Pak Adiwijaya."

Kring.. "Angie, bawakan aku kopi."

Kring.. "Angie, tolong fotokopi laporan ini."

Kring.. "Angie, meeting sekarang."

Kring.. "Angie.. Angie.. dan Angie.."

Itulah yang dilakukan Aaron selama tiga hari ini. Entah apa yang merasuki pikiran nya, hingga usil menganggu Angie.

"Angie, apa kamu melakukan kesalahan sebelum ini?"tanya Sinta bingung melihat tingkah bos nya.

"Aku rasa tidak,"jawab Angie yang sedang membawakan kopi untuk ketiga kalinya hari ini.

"Aku heran. Biasanya tugas yang kamu lakukan tiga hari ini adalah tugasku. Kamu kan partner, jadi ini bukan tugasmu,"komentar Sinta saat melihat Angie membawa kopi untuk bos.

"Salah makan mungkin."

Belum sempat Sinta menanggapi, telpon di mejanya berbunyi..

Kring.. "Angie, mana kopiku?"

"I'm coming.."

Tok-tok-tok

"Masuk."

Angie membuka pintu dan masuk ke ruangan Aaron. Angie melihat Aaron yang sedang duduk di meja kerjanya, mendongak saat dirinya memasuki ruangan.

Kemeja kusut, lengan kemeja sudah dilipat hingga ke siku. Dua kancing kemeja paling atas terbuka, dasinya sudah kendur. Rambutnya entah sudah berapa kali diremas dan diacak-acak. Dan tampangnya... luar biasa tampan.

"Ini kopinya." Angie meletakkan gelas mug itu di meja yang berantakan.

"Hmm, terima kasih,"kata Aaron ringan.

Aaron menyandarkan tubuhnya ke kursi, sedikit memutar kursinya ke kanan dan kiri. Matanya mengamati Angie yang perlahan berjalan mundur menjauhi meja kerjanya.

"Kalau begitu, permisi pak."

"Mau makan malam bersama?"tanyanya dengan senyum menggoda.

Angie terdiam mendengar ajakan makan malam bersama. Angie menatap Aaron, mencoba mencari apa maksud tawaran itu. Angie menggeleng. "Aku rasa tidak. Itu tidak baik."

"Apa kamu sudah punya pacar?"tanyanya lanjut. Matanya menatap tajam Angie, menuntut jawaban jujur.

"Kenapa ingin tahu?"

Aaron berdiri dan memutari meja kerjanya. Mata Angie mengikuti gerakan tubuh Aaron. Sambil melipat tangan, Aaron duduk di pinggir meja berhadapan langsung dengan Angie.

"Jujur.. aku sudah tertarik padamu sejak awal. Aku ingin mengenal mu secara pribadi, kalau kamu tidak keberatan."

"Lisa?"

Dengan santai dan mengangkat bahu, Aaron menjawab perihal hubungan cintanya. "Lisa? Hubungan kami semakin renggang. Jadi... ada kemungkinan kami akan putus."

"Astaga.. dasar playboy cap buaya,"komentar Angie dalam hati.

"Aku tidak mau merusak hubungan orang lain. Maaf, aku tidak tertarik. Permisi." Angie berbalik.

"Setiap hari aku memikirkan mu. Aku selalu memelukmu dalam hatiku. Aku akan terus melakukannya sampai aku bisa merasakan mu dalam pelukanku. Kurasa aku jatuh cinta padamu."

Angie kembali tidak bergerak mendengar suara rayuan lembut Aaron. Matanya menatap nanar pintu ruangan Aaron.

"Aku sedang membaca salah satu rayuan gombal di internet. Ternyata.. ck..ck.. Angie yang dingin terpengaruh juga,"ejek Aaron tertawa.

"Ja.. jangan ngomong sembarangan,"jawab Angie gugup. Dia harus segera keluar dari sini tetapi kakinya lengket tidak mau diajak kerjasama.

Aaron berjalan melewati Angie. Mengunci pintu ruangan dan kembali mendekati Angie, yang diam terpaku.

"Pak.." Angie perlahan mundur hingga pantat nya menabrak meja. Aaron terus maju mendekati Angie. Tubuh Aaron langsung mengurung Angie di meja, dengan kedua tangan.

"Kamu tahu.. bahkan Lisa tidak mampu membuatku penasaran sekaligus mendamba, seperti apa yang kurasakan padamu,"bisik Aaron lembut di telinga.

Angie menjauhkan tubuhnya dan menatap Aaron. "Mata itu..,"kata Angie dalam hati. Mata yang membuatnya terhipnotis. "Mata itu mata yang pernah memandang diriku mesra, seakan hanya aku adalah wanita paling cantik."

Aaron memajukan tubuhnya, membuat Angie condong ke belakang dan harus menahan tubuhnya di meja dengan kedua sikunya. Aaron tersenyum sensual melihat Angie yang gugup.

Tercium aroma samar parfum Angie. Kepala Aaron semakin menunduk dan bertumpu di bahu Angie. Kemudian, Aaron mengangkat kepala dan mencium udara di sekitar garis wajah Angie hingga ke leher. Angie merinding merasakan napas hangat Aaron yang menerpa wajahnya. Angie menahan nafas, matanya mengikuti gerak kepala Aaron yang mencumbu tanpa menyentuhnya.

Aaron kembali menatap mata Angie yang terpaku. Aaron membelai pipi kiri Angie. "Hmm, halus. Sehalus sutra terbaik,"kata Aaron dengan suara serak. Tangan meraba bibir Angie, membuat Angie menelan saliva nya. "Lezat."

Aaron membungkuk mengecup ringan bibir Angie. Aaron tidak memaksa. Matanya kembali menatap Angie, meminta izin.

Dengan tangan gemetar, Angie mendorong dada bidang Aaron menjauh. Angie keluar dari jangkauan Aaron. Angie terengah-engah karena debaran jantung nya tidak karuan. Wajahnya memerah, tangannya mencengkram leher kemejanya. Tindakan Angie memicu senyuman lebar di wajah Aaron.

"Tidak kebal, rupanya.." Aaron berjalan mendekati Angie.

"Jangan.. jangan mendekat."

Aaron berhenti dan mengangkat kedua tangan nya tanda menyerah.

"Permisi pak." Angie segera berlari ke luar ruangan diiringi tawa riang Aaron.

Bersambung...