Chereads / Cinta Angie / Chapter 15 - Bab 14 : Cuti

Chapter 15 - Bab 14 : Cuti

Aaron berdiri membelakangi pintu ruang kesehatan yang tertutup. Dipandangi nya kedua tangannya dengan nanar.

"Apa yang kupikirkan tadi? Kenapa aku bisa bertindak berlebihan seperti itu?"tanya nya pada dalam hati. "Dan tanganku, apa yang sudah aku sentuh?"

Aaron berbalik menatap pintu, seakan dia dapat melihat Angie yang sekarang sedang mengompres memar di pinggang nya. Aaron menggelengkan kepala, lalu beranjak dari tempat itu dan kembali ke ruangan legal.

Pukul 18.00

Aaron melangkah menuju lobi dimana Angie sudah menunggu disana. Aaron melihat Angie sedang duduk dan berbincang dengan Johan, pria yang diketahui Aaron sedang naksir Angie. Aaron merasakan gemuruh di dadanya, rasa cemburu menguasainya.

"Ehem.." Aaron berdiri di belakang Johan dan melototi nya. Jika Aaron memiliki mata sinar laser, mungkin lubang sebesar black hole ada di kepala Johan.

"Oh, Pak Aaron sudah datang. Saya hanya menemani Angie ngobrol supaya tidak bosan menunggu disini. Kalau begitu saya permisi dulu. Angie, aku pulang dulu."

Johan ngoceh tidak karuan dan segera kabur dari sana. Gosip terbaru mengatakan bahwa di ruang kesehatan tadi siang, Angie bermesraan dengan Pak Aaron. Pak Aaron yang terkenal ramah, tapi tidak mengenal ampun bagi orang yang menganggu privasi nya. Dan sekarang, seluruh kantor mengetahui bahwa Angie termasuk privasi Pak Aaron. Tidak tahu bagaimana nasib Lisa sang model yang menjadi pacar Aaron selama ini.

"Ayo kuantar pulang,"ajak Aaron yang terdengar seperti perintah di telinga Angie. Angie cemberut sambil berdiri dan mengikuti Aaron menuju mobilnya.

Blam.. Pintu mobil tertutup. Angie duduk di kursi penumpang dan segera memakai sabuk pengaman. Angie meringis sambil menunduk. Tidak jadi memasang sabuk.

"Ada apa?"tanya Aaron saat mendengar Angie mengerang pelan.

"Lenganku sedikit sakit."

Aaron memandang Angie dengan perasaan frustasi. Aaron melepas sabuk pengaman nya sendiri, lalu membantu Angie memasang sabuk.

Deg.. deg..

Jantung Aaron berdetak begitu kencang hingga rasanya terdengar sampai ke telinganya, saat badannya membungkuk di depan Angie mengambil sabuk pengaman dan memasang nya. Aaron tidak segera kembali ke kursi pengemudi. Posisinya tetap membungkuk, memperhatikan wajah Angie dari dekat.

Sedetik tetapi terasa seperti seabad lamanya, saat tubuh Aaron begitu dekat dengan dirinya. Angie terhipnotis dengan matanya yang memandangnya dengan intens. Angie berjuang keras untuk memalingkan wajahnya dari Aaron.

Akhirnya Aaron menjauhkan diri dan memutar kunci mobil di kontaknya. "Ayo, aku akan mengantarmu pulang."

"Ya."

Perjalanan pulang terasa begitu tegang, sampai-sampai udara di dalam mobil dapat teriris karena tajamnya ketegangan diantara mereka.

Aaron melirik Angie yang melihat kota dari jendela. "Mau cerita?"

Angie berpaling menghadap Aaron. Angie mengangkat bahu. "Mobil mogok, lalu terjatuh waktu berjalan mencari taksi."

"Seperti biasa singkat padat dan jelas. Tanpa embel-embel atau pun emosi,"omel Aaron dalam hati. Kedua tangan nya mencengkram erat kemudi mobil.

"Tetapi aku merasa kejadiannya tidak sesederhana itu." Aaron menoleh dan melihat Angie yang kembali memalingkan wajahnya. Aaron hanya dapat menghela napas panjang. "Tidak cerita tidak pa-pa."

Aaron berhenti di persimpangan lampu lalu lintas. Aaron berusaha tidak melihat ke Angie lagi. Karena jika melihat kondisinya, Aaron ingin marah dan memukul seseorang.

"Besok ambillah cuti sehari. Istirahatlah."

"Baik."

Aaron menghela napas ke sekian kalinya. Sungguh sulit berkomunikasi dengan Angie. "Apa kamu selalu pelit dengan kata-katamu?"tanya Aaron penasaran, sambil memasukkan gigi satu dan menjalankan mobilnya.

Angie melihat ke arah Aaron. "Tidak."

"Lihat. Jawab sepatah-patah. Baru kali ini, aku bertemu wanita yang irit bicara."

Angie tertawa kecil. Aaron terkejut mendengarnya dan menoleh. Dia tertawa?

"Aku hanya banyak bicara pada orang yang dekat saja."

"Oya? Aku tidak bisa membayangkan seorang Angie yang dingin dan datar, bisa bicara panjang dan bercanda."

Angie melihat ke arah depan, sementara Aaron yang penasaran melirik Angie yang setengah melamun.

"Aku tidak bisa bergaul. Aku selalu canggung di dekat orang, apalagi orang asing."

"Begitu,"komentar Aaron sambil mengangguk-angguk. "Sekarang kita cukup dekat kan?" Aaron melirik Angie yang sekarang sudah sedikit ceria.

"Tidak juga,"jawab Angie sambil menggeleng. "Bapak adalah atasanku. Tidak bisa dibilang dekat."

"Tapi aku mau kita bisa dekat dan akrab,"pinta Aaron menghentikan mobilnya di depan rumah Angie.

Angie melirik ke luar jendela mobil, sudah sampai rumah. Aaron langsung membantu melepas sabuk pengaman. Angie tersenyum berterimakasih.

"Terima kasih untuk hari ini,"kata Angie membuka pintu. "Tidak perlu turun. Aku bisa sendiri."

Cklek. Blam.

Lihat..

Aaron memutar bola matanya melihat Angie yang begitu dingin. "Apa dia tiap hari makan es batu?"

----------

Angie meregangkan badan nya setelah membuka matanya. Seluruh badannya sakit dan ngilu.

"Oh, kenapa kalian berdua disini?"tanya Angie heran melihat Andre yang sedang main game di ponsel, duduk di sebelahnya di ranjang. Sedangkan Andrew berlutut di ranjang di sisi Angie tidur.

"Selamat pagi menjelang siang,"celetuk Andre tanpa memindahkan tatapan dari ponselnya.

"Mama sudah bangun?"sapa Andrew lembut dan mencium tangan Angie yang dari tadi dipegangnya.

"Kok tidak sekolah?"tanya Angie heran.

"Andre ingin merawat mama, jadi bolos." Jawaban Andrew langsung mendapat serangan boneka Tiger kesayangan Angie, hadiah dari si kembar.

"Mama ingin makan disini atau di meja makan? Akung sedang di dapur memasak kesukaan mama,"kata Andrew lagi, tidak mempedulikan Andre yang menatapnya kesal.

"Hehh?? Akung tidak bekerja?"

"Katanya princess sakit, jadi para pengawal harus standby,"jawab Andre sambil meletakkan ponsel dan berbaring di sebelah Angie. Tidak mau kalah, Andrew juga mendesak Angie ke tengah sehingga Andrew juga ikut berbaring di samping Angie.

Angie merangkul kedua putranya bersisian dan tersenyum. "Inilah surga dunia, dikelilingi dua bodyguard tampan." Angie mendaratkan kecupan di masing-masing dahi si kembar.

"Angie, kamu sudah bangun?" Papa Angie, Pak Sanjaya, masuk kamar dan mendapati ketiganya berbaring berpelukan di ranjang.

"Apa yang kalian bertiga lakukan?"omel pura-pura Pak Sanjaya sambil duduk di ujung ranjang.

"Sedang menjaga princess, akung."

Pak Sanjaya tersenyum sayang. "Ayo kalian berdua siapkan meja, kita makan siang sekarang."

"Sekarang? Akung, sekarang masih jam sebelas siang."

"Tidak mau makan lagi?"tanya Akung yang tahu pasti cucu kembarnya doyan makan.

"Mauuu."

"Cepat siapkan."

"Siaaaaappp." Keduanya langsung menghambur keluar kamar.

"Kamu sudah enakan?"

"Hm-hm." Angie bangun perlahan dan duduk. Tangannya menyisir rambutnya yang berantakan. "Kenapa kalian semua ada di rumah?"

"Andrew ngotot tidak mau sekolah. Ya sudah akhirnya bolos semua."

"OOO.."

"Cepat bersih-bersih badan, lalu makan bersama. Oya, kamu berhutang penjelasan, kenapa kemarin malam seluruh badan luka-luka. Wajib dijawab,"gertak Pak Sanjaya pura-pura galak, tapi Angie tahu yang sebenarnya bahwa papanya hanya khawatir.

"Siap pak bos."

Pak Sanjaya keluar kamar dan menutup pintu. Dengan malas, Angie beranjak dari ranjang.

Ponsel berdering..

"Halo.."

"Halo Angie, ini Aaron.

"Ya pak."

"Gimana, sudah lebih baik?"

"Baik. Besok masuk lagi."

"....."

Angie menunggu diam, saat Aaron di seberang juga terdiam.

"Boleh.. aku menjengukmu hari ini?"

"Tidak perlu pak."

"...." Aaron terdiam lagi. Sepertinya bingung mencari bahan pembicaraan.

"Anu pak, saya dipanggil, saya tutup dulu ya."

"Ah ya ya.."

Telpon putus.

Bersambung...